JAKARTA - Bursa saham Asia memulai pekan ini dengan penguatan yang signifikan, setelah Ketua The Fed, Jerome Powell, memberikan sinyal pelonggaran kebijakan moneter dalam pidatonya di Jackson Hole, Wyoming. Pernyataan Powell mendorong optimisme investor terhadap prospek pasar saham regional, sekaligus membangkitkan harapan bahwa langkah-langkah stimulus akan lebih longgar pada bulan depan. Investor menilai bahwa langkah ini dapat mendukung pertumbuhan ekonomi global, terutama di kawasan Asia, yang rentan terhadap perubahan kebijakan moneter Amerika Serikat.
Pasar kini juga tengah menanti data inflasi konsumen (CPI) Singapura untuk periode Juli 2025. Data ini diperkirakan menunjukkan pertumbuhan sebesar 0,6 persen secara tahunan (yoy), tidak berbeda dari bulan sebelumnya. Perkiraan ini menjadi perhatian pelaku pasar karena akan menjadi indikator utama untuk menilai tekanan inflasi di kawasan Asia Tenggara dan pengaruhnya terhadap kebijakan moneter lokal. Investor berharap angka inflasi yang stabil dapat memperkuat sentimen positif dan memberikan dukungan tambahan bagi pergerakan saham regional.
Di Australia, indeks ASX 200 menunjukkan performa positif pada perdagangan Senin, 25 Agustus 2025. Indeks ini naik 0,87 persen pada pembukaan, kemudian berlanjut meningkat 0,69 persen atau setara 62 poin, menembus level 9.029,4. Kenaikan ini mencerminkan optimisme investor terhadap sektor saham utama di Australia, terutama saham-saham yang sensitif terhadap kebijakan moneter dan pertumbuhan global. Saham-saham energi dan keuangan menjadi motor utama penguatan, seiring ekspektasi meningkatnya permintaan global dan dukungan stimulus yang lebih longgar.
Sementara itu, di Korea Selatan, bursa saham juga mencatat kenaikan signifikan. Indeks Kospi dibuka menguat 0,75 persen dan terus melaju hingga 0,86 persen, mencapai posisi 3.196,02. Indeks Kosdaq, yang fokus pada saham teknologi dan start-up, melonjak 1,71 persen. Penguatan ini menunjukkan minat investor terhadap sektor inovatif yang menjadi motor pertumbuhan ekonomi digital Korea Selatan. Lonjakan Kosdaq menandakan kepercayaan investor terhadap prospek jangka menengah pasar saham Negeri Ginseng, meskipun indeks ini cenderung lebih volatil dibandingkan Kospi.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 dibuka dengan kenaikan 1,08 persen pada perdagangan pagi, kemudian bergerak naik lebih moderat sebesar 0,51 persen atau 215,39 poin, menjadi 42.848,68. Indeks Topix juga mengalami penguatan 0,53 persen. Pergerakan positif ini sebagian besar didorong oleh optimisme terhadap prospek ekspor Jepang dan stabilitas moneter global. Investor melihat bahwa pelonggaran kebijakan di AS dapat mendukung permintaan internasional terhadap produk-produk Jepang, terutama di sektor manufaktur dan teknologi tinggi, sehingga menambah daya tarik pasar saham domestik.
Indonesia juga menunjukkan dinamika pasar yang menarik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan berbalik arah setelah mengalami kontraksi pada akhir sesi perdagangan pekan lalu, yang turun 0,4 persen menjadi 7.858. Beberapa analis memperkirakan adanya potensi rebound pada perdagangan hari ini, didukung oleh arus net buy asing yang menunjukkan kepercayaan investor global terhadap saham-saham Indonesia.
Selain IHSG, pergerakan harga ETF saham Indonesia, iShares MSCI Indonesia ETF (EIDO), di New York Stocks Exchange juga menunjukkan tren positif. EIDO mencatat kenaikan 1,14 persen, menembus level 18,65 Dolar AS. Kenaikan ini memperkuat optimisme terhadap pasar Indonesia di mata investor luar negeri, sekaligus menegaskan daya tarik saham Indonesia sebagai instrumen investasi regional.
Secara teknikal, IHSG masih memiliki ruang untuk menguat menuju 8.000, namun risiko koreksi ke bawah 7.800 tetap ada. Skenario penguatan ini diyakini akan didorong oleh sentimen positif dari sinyal pelonggaran moneter AS dan dukungan arus modal asing. Pergerakan teknikal ini menegaskan pentingnya keseimbangan antara optimisme pasar dan kewaspadaan terhadap potensi volatilitas jangka pendek.
Pergerakan saham di kawasan Asia juga dipengaruhi oleh sentimen global. Investor menilai pidato Powell sebagai indikator bahwa The Fed mungkin akan memperlonggar kebijakan moneter, sehingga suku bunga acuan AS tidak naik terlalu agresif. Langkah ini dianggap sebagai faktor positif bagi pasar saham, karena menurunkan biaya pembiayaan dan mendukung pertumbuhan ekonomi global. Hal ini memberikan dorongan bagi indeks-indeks regional yang sensitif terhadap kondisi ekonomi AS.
Di Australia, kenaikan ASX 200 mencerminkan optimisme sektor-sektor yang terdampak biaya modal tinggi, termasuk sektor energi dan keuangan. Investor memperkirakan bahwa pelonggaran moneter AS dapat meningkatkan permintaan global terhadap komoditas dan layanan keuangan Australia, sehingga mendukung kinerja saham secara keseluruhan.
Di Korea Selatan, lonjakan Kosdaq menandakan minat investor terhadap saham teknologi dan perusahaan start-up, yang dianggap memiliki potensi pertumbuhan jangka panjang. Meskipun indeks ini lebih volatil, optimisme terhadap dukungan likuiditas global membuat investor bersedia mengambil risiko untuk mengejar peluang pertumbuhan.
Di Jepang, pergerakan Nikkei 225 dan Topix yang positif menunjukkan respons pasar terhadap prospek ekspor yang lebih stabil. Investor melihat bahwa pelonggaran kebijakan moneter AS dapat mendorong permintaan internasional terhadap produk Jepang, terutama di sektor manufaktur dan teknologi tinggi.
Di Indonesia, potensi rebound IHSG menunjukkan bahwa pasar domestik masih menarik bagi investor, terutama dengan dukungan arus modal asing. Para analis menekankan pentingnya memantau level teknikal 8.000 sebagai titik penguatan, sementara level 7.800 tetap menjadi batas risiko penurunan.
Secara keseluruhan, penguatan bursa Asia pada awal pekan ini menandai sentimen positif yang dipengaruhi pidato Powell dan ekspektasi data inflasi Singapura. Investor regional tampak optimis terhadap prospek pertumbuhan ekonomi yang lebih stabil, didukung oleh kebijakan moneter yang lebih longgar. Meski demikian, kewaspadaan terhadap volatilitas tetap diperlukan, mengingat pergerakan pasar saham yang sensitif terhadap perubahan kondisi global.
Dengan kombinasi sinyal pelonggaran moneter, arus modal asing, dan data ekonomi regional yang stabil, bursa saham Asia berpotensi melanjutkan tren positif dalam beberapa sesi mendatang. Penguatan ini menjadi kesempatan bagi investor memanfaatkan momentum rebound, sambil tetap memperhatikan risiko koreksi yang mungkin muncul.