JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menekankan bahwa pembangunan infrastruktur berkelanjutan menjadi fondasi penting dalam mendorong transisi energi dan ekonomi hijau. Hal ini ia sampaikan dalam PYC International Energy Conference 2025 yang berlangsung di Jakarta, Sabtu, 23 Agustus 2025.
Menurut AHY, masa depan ekonomi Indonesia harus dibangun di atas infrastruktur yang tidak hanya efisien dan tangguh, tetapi juga rendah karbon, tahan terhadap perubahan iklim, dan bersifat inklusif. Infrastruktur semacam ini diyakini mampu memberdayakan masyarakat, memperkuat perekonomian, serta menjadi jangkar bagi pengembangan energi bersih yang lebih luas.
Visi ini muncul seiring meningkatnya kebutuhan untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan mempercepat transisi menuju ekonomi hijau. AHY menekankan, pembangunan berkelanjutan bukan sekadar konsep, tetapi kebutuhan nyata yang harus diintegrasikan dalam setiap rencana strategis nasional.
Tantangan Energi Terbarukan dan Akses Listrik
Meski Indonesia telah mengalami kemajuan dalam berbagai sektor, AHY menyoroti sejumlah tantangan yang masih dihadapi. Pada 2024, pangsa energi terbarukan di Indonesia baru mencapai 14 persen, jauh dari target 23 persen pada 2025. Hal ini menunjukkan bahwa langkah strategis dan percepatan transisi energi masih sangat dibutuhkan.
Di sisi lain, AHY menyebutkan bahwa 99,83 persen penduduk Indonesia sudah memiliki akses listrik. Namun, kualitas layanan listrik masih belum merata. Beberapa rumah tangga masih mengalami pemadaman listrik lebih dari lima jam per tahun, dan gangguan layanan terkadang terjadi berkali-kali. Kondisi ini menunjukkan bahwa akses listrik yang merata dan andal masih menjadi tantangan utama.
Selain itu, produktivitas listrik saat ini masih rendah dan kontribusinya terhadap pertumbuhan PDB kurang dari dua persen. Subsidi energi yang besar pun menekan anggaran nasional. Menurut AHY, angka-angka ini bukan sekadar data statistik, tetapi menjadi ajakan untuk bertindak nyata demi masa depan yang lebih berkelanjutan.
Transisi Energi Sebagai Kebutuhan Strategis
AHY menegaskan bahwa transisi energi bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan yang mendesak dari perspektif ekonomi, sosial, dan geopolitik. Transformasi ini menuntut inovasi, strategi, dan perpaduan instrumen keuangan yang tepat agar ambisi iklim dapat diubah menjadi investasi yang nyata.
Dalam hal pendanaan, AHY mengakui tantangan yang dihadapi. Namun, pemerintah dituntut untuk menciptakan arsitektur keuangan baru yang memungkinkan proyek-proyek energi hijau dapat terlaksana. Strategi ini termasuk kombinasi pendanaan publik dan swasta yang terintegrasi, serta penguatan mekanisme insentif agar investasi berkelanjutan semakin menarik bagi para pemangku kepentingan.
Upaya transisi energi ini menjadi sangat relevan mengingat tekanan global terhadap pengurangan emisi karbon, ketahanan energi nasional, serta kebutuhan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang hijau dan inklusif.
Rencana Pembangunan Berkelanjutan di RPJMN
AHY menekankan bahwa pemerintah Indonesia melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029 menempatkan keberlanjutan sebagai inti dari perencanaan infrastruktur dan investasi publik. Pendekatan ini memastikan bahwa setiap proyek pembangunan memperhatikan dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi secara seimbang.
Sejumlah kemajuan telah dicapai di sektor transportasi, maritim, dan perumahan yang terintegrasi. Pembangunan ini menekankan prinsip bahwa transisi energi dan infrastruktur berkelanjutan harus berkembang bersamaan. Dengan cara ini, keduanya saling memperkuat sehingga pertumbuhan ekonomi dapat berlangsung tanpa merusak lingkungan.
AHY menambahkan, pendekatan terpadu ini membantu mempercepat pembangunan wilayah sekaligus memastikan bahwa masyarakat dapat menikmati manfaat dari ekonomi hijau. Infrastruktur yang inklusif akan menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat dan membuka peluang baru bagi pembangunan sosial-ekonomi lokal.
Infrastruktur sebagai Jangkar Ekonomi Masa Depan
Menurut AHY, infrastruktur berkelanjutan bukan sekadar bangunan fisik, tetapi juga menjadi pendorong transisi energi dan penggerak ekonomi hijau. Proyek yang dirancang dengan prinsip rendah karbon, tahan iklim, dan inklusif akan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat dan lingkungan.
Investasi pada infrastruktur hijau akan mendorong inovasi, menciptakan lapangan kerja baru, serta meningkatkan daya saing ekonomi nasional. Selain itu, pemanfaatan energi terbarukan yang lebih luas dapat mengurangi ketergantungan pada sumber energi fosil, sekaligus menekan biaya subsidi energi yang membebani anggaran negara.
Dengan strategi terintegrasi dan visi berkelanjutan, Indonesia memiliki peluang untuk menjadi contoh global dalam pembangunan ekonomi hijau. Infrastruktur yang modern, efisien, dan ramah lingkungan akan menjadi fondasi bagi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, sambil memastikan kesejahteraan masyarakat tetap terjaga.
AHY menekankan, aksi nyata dalam pembangunan infrastruktur berkelanjutan harus segera dilakukan. Hal ini bukan sekadar proyek pemerintah, tetapi tanggung jawab semua pihak: sektor swasta, akademisi, masyarakat, dan pemerintah pusat maupun daerah. Kerjasama lintas sektor menjadi kunci agar visi transisi energi dan ekonomi hijau dapat diwujudkan.