INVESTASI

Hilirisasi RI Tunjukkan Tren Positif Investasi Nasional

Hilirisasi RI Tunjukkan Tren Positif Investasi Nasional
Hilirisasi RI Tunjukkan Tren Positif Investasi Nasional

JAKARTA - Realisasi investasi di sektor hilirisasi di Indonesia terus menunjukkan tren positif pada tahun ini. Berdasarkan laporan Kementerian Investasi dan Hilirisasi atau Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM), hingga Semester I-2025, nilai investasi sektor hilirisasi telah mencapai Rp 280,8 triliun, angka yang menunjukkan ketertarikan investor dalam pengembangan industri hilir berbasis komoditas lokal.

Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Dedi Latip, memaparkan bahwa pertumbuhan ini sebagian besar ditopang oleh meningkatnya investasi pada hilirisasi komoditas mineral, yang nilainya tercatat sebesar Rp 193,8 triliun. Menurut Dedi, hal ini menjadi indikator bahwa sektor hilirisasi masih menarik bagi investor, khususnya dalam komoditas mineral strategis.

“Besar harapan kami, target pertumbuhan 8% mudah-mudahan bisa tercapai. Di tahun 2025, kami punya target investasi Rp 1.905 triliun,” ungkapnya.

Secara rinci, investasi hilirisasi mineral meliputi nikel sebesar Rp 94,1 triliun, tembaga Rp 40 triliun, bauksit Rp 27,7 triliun, besi baja Rp 21,5 triliun, timah Rp 3,5 triliun, serta komoditas lainnya sebesar Rp 7 triliun. Data ini memperlihatkan bahwa nikel dan tembaga tetap menjadi magnet utama bagi investor, didorong oleh permintaan global yang tinggi dan prospek pasar yang menjanjikan.

Selain mineral, sektor hilirisasi lain yang mendapatkan investasi signifikan antara lain sektor perkebunan dan kehutanan Rp 67,4 triliun, sektor minyak dan gas bumi Rp 17,3 triliun, serta sektor perikanan dan kelautan Rp 2,3 triliun. Angka-angka ini menunjukkan bahwa pengembangan industri hilir di berbagai sektor masih menjadi fokus pemerintah untuk mendorong nilai tambah dari sumber daya domestik.

Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Todotua Pasaribu, menambahkan optimisme terhadap proyek hilirisasi batu bara yang diproyeksikan mulai terealisasi pada tahun depan. Menurutnya, proyek-proyek tersebut telah melewati tahap konseptual dan kini memasuki tahap persiapan komersialisasi.

“Jadi, mungkin kita bisa lihat satu tahun ke depan, ini sudah ada realisasi daripada apa namanya hilirisasi di sektor komoditas batubara. Yang paling dekat sih, ini ada akan menjadi nanti coal to synthetic natural gas,” ungkap Todotua.

Selain batu bara, Todotua menyoroti potensi hilirisasi petrokimia dalam negeri. Program ini diharapkan dapat meningkatkan produksi amonia dan metanol, dua produk yang saat ini masih mengandalkan impor. Peningkatan kapasitas produksi domestik diharapkan dapat mengurangi ketergantungan impor sekaligus memperkuat rantai nilai industri nasional.

“Pertama adalah amonia, kemudian yang kedua adalah metanol. Dua produk ini, dua produk petrochemical ini dalam catatan kita, ini angka impor kita masih cukup signifikan. Dan, dua produk ini, ini dihasilkan daripada apa namanya ekstrak gas,” ujar Todotua.

Para analis menilai bahwa investasi hilirisasi yang terus mengalir ke Indonesia menunjukkan keyakinan investor terhadap prospek jangka panjang industri domestik. Keberhasilan program hilirisasi tidak hanya diukur dari nilai investasi, tetapi juga dari kemampuan sektor ini menciptakan nilai tambah, lapangan kerja, dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Industri hilirisasi di Indonesia saat ini mencakup berbagai komoditas strategis, mulai dari mineral, batu bara, minyak dan gas, hingga perkebunan dan kehutanan. Pertumbuhan investasi di sektor-sektor ini diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai negara produsen komoditas dengan nilai tambah yang lebih tinggi.

Salah satu indikator keberhasilan hilirisasi adalah meningkatnya diversifikasi produk industri dalam negeri. Dengan pengolahan lebih lanjut (downstream processing), produk yang tadinya diekspor sebagai bahan mentah kini dapat dikembangkan menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, sehingga memberikan nilai ekonomi lebih besar dan memperkuat ketahanan industri nasional.

Pemerintah pun mendorong implementasi hilirisasi berbasis teknologi dan inovasi, termasuk pemanfaatan energi terbarukan dan efisiensi proses produksi. Langkah ini diharapkan mendukung pertumbuhan industri yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, sejalan dengan agenda transformasi ekonomi hijau.

Target investasi nasional sebesar Rp 1.905 triliun pada tahun 2025 diyakini dapat tercapai apabila berbagai proyek hilirisasi berjalan lancar dan didukung oleh ekosistem investasi yang kondusif. Regulasi yang jelas, insentif fiskal, dan kemudahan perizinan menjadi faktor penting untuk memastikan investor terus tertarik masuk ke sektor hilirisasi.

Dengan tren investasi yang masih menggeliat, sektor hilirisasi di Indonesia juga berperan strategis dalam mengurangi ketergantungan impor, memperkuat rantai nilai domestik, dan membuka peluang ekspor produk bernilai tambah tinggi. Sektor ini diharapkan mampu menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Secara keseluruhan, realisasi investasi hingga Semester I-2025 menunjukkan bahwa strategi hilirisasi yang dijalankan pemerintah membuahkan hasil. Proyek hilirisasi mineral, batu bara, minyak, gas, dan sektor lainnya menjadi bukti nyata bahwa Indonesia mampu menarik investor sekaligus meningkatkan kapasitas industri nasional.

Langkah ke depan, pemerintah terus memonitor perkembangan proyek-proyek hilirisasi, memastikan implementasi berjalan sesuai rencana, dan memperluas peluang investasi baru. Dengan kombinasi kebijakan yang tepat dan komitmen pelaku industri, sektor hilirisasi diyakini akan menjadi pilar penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan penciptaan nilai tambah bagi masyarakat.

Dengan demikian, tren positif investasi hilirisasi ini menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk memperkuat industri domestik, meningkatkan ekspor, mengurangi impor, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan serta inklusif bagi seluruh lapisan masyarakat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index