BANK INDONESIA

Bank Indonesia Dorong Obligasi Rupiah Yen Efektif

Bank Indonesia Dorong Obligasi Rupiah Yen Efektif
Bank Indonesia Dorong Obligasi Rupiah Yen Efektif

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) terus mendorong inovasi dalam integrasi pasar keuangan dengan menjajaki peluang perluasan transaksi rekening rupiah-yen untuk pembelian obligasi. Inisiatif ini menggunakan skema transaksi bilateral berbasis mata uang lokal (local currency transaction/LCT) dengan Jepang, yang dirancang untuk mempermudah perdagangan dan investasi, sekaligus meningkatkan efisiensi pasar keuangan Indonesia serta mengurangi risiko fluktuasi nilai tukar.

Gubernur BI, Perry Warjiyo, menekankan bahwa pengembangan rekening rupiah-yen akan memfasilitasi berbagai transaksi keuangan, termasuk perdagangan dan investasi obligasi, melalui sistem yang lebih praktis. “Kami ingin bergerak lebih jauh, menghubungkan dengan pasar uang dan transaksi keuangan. Bayangkan saja, rekening rupiah dan yen di ponsel bisa memfasilitasi perdagangan dan investasi,” ujarnya.

Perry mengajak pelaku industri, termasuk Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), untuk berkolaborasi mengembangkan inovasi ini. Dengan demikian, rekening yen nantinya dapat digunakan untuk membeli obligasi pemerintah, Sukuk Rupiah Bank Indonesia (SRBI), maupun instrumen keuangan lainnya. Implementasi ini diharapkan meningkatkan jumlah partisipan pasar dan memperluas akses masyarakat terhadap instrumen keuangan berbasis mata uang lokal.

Menurut Perry, langkah perluasan kerangka LCT dapat memberikan dampak positif signifikan. Selain meningkatkan partisipasi pelaku pasar, skema ini diyakini akan memperbaiki efisiensi transaksi, menekan volatilitas nilai tukar, memperkuat ketahanan keuangan, dan menurunkan biaya transaksi. “Ini adalah babak baru yang memperluas kerja sama lebih erat, tidak hanya dari sisi perdagangan dan investasi, tetapi juga pendalaman pasar keuangan di Indonesia,” jelasnya.

Kerja sama LCT antara Indonesia dan Jepang pertama kali disepakati pada 2019 dan mulai diimplementasikan pada 2020. Sejak saat itu, transaksi bilateral berbasis rupiah-yen menunjukkan tren positif. Pada periode Januari–Juli 2025, nilai transaksi LCT Indonesia–Jepang tercatat mencapai 5,1 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar 2,23 miliar dolar AS.

Dari sisi pengguna, pemanfaatan rekening rupiah-yen juga menunjukkan pertumbuhan signifikan. Rata-rata pengguna LCT per bulan pada 2025 mencapai 2.072 nasabah, meningkat dibandingkan 1.360 nasabah per bulan pada 2024. Tren positif ini menunjukkan minat masyarakat dan pelaku pasar terhadap transaksi berbasis mata uang lokal semakin meningkat.

Selain itu, BI juga mengimplementasikan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) di Jepang. QRIS memungkinkan masyarakat Indonesia bertransaksi di merchant Jepang tanpa harus menukar valuta asing terlebih dahulu. Pada tahap awal, layanan ini berlaku pada 35 merchant yang berpartisipasi, menggunakan pemindaian JPQR Global melalui aplikasi pembayaran domestik.

Ke depan, BI berencana memperluas jangkauan merchant di Jepang agar transaksi menggunakan QRIS semakin mudah diakses masyarakat Indonesia. Selain itu, implementasi QRIS juga akan diperluas di Indonesia sehingga masyarakat Jepang dapat melakukan pembayaran menggunakan aplikasi pembayaran dari negaranya. Langkah ini menciptakan ekosistem pembayaran lintas negara yang lebih nyaman, aman, dan efisien.

Perry Warjiyo menekankan bahwa inovasi ini bukan hanya sekadar mempermudah transaksi, tetapi juga merupakan bagian dari strategi besar BI untuk mendukung stabilitas moneter dan integrasi pasar keuangan global. Dengan rekening rupiah-yen dan QRIS cross border, transaksi menjadi lebih transparan, cepat, dan mudah dipantau, sekaligus meminimalkan risiko kesalahan transaksi dan fluktuasi mata uang.

Skema LCT ini juga menjadi sarana penting untuk memperdalam pasar keuangan Indonesia, membuka akses bagi investor asing maupun domestik untuk berpartisipasi dalam instrumen keuangan rupiah. Penggunaan mata uang lokal dalam transaksi obligasi pemerintah maupun instrumen keuangan lainnya akan memperkuat fundamental pasar keuangan nasional.

Inovasi rekening rupiah-yen mendukung strategi financial inclusion, memungkinkan individu maupun pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ikut serta dalam pasar global. Dengan memanfaatkan teknologi digital, transaksi menjadi lebih mudah dijangkau, cepat, dan aman tanpa harus bergantung pada perbankan internasional atau proses pertukaran valuta asing yang kompleks.

BI menekankan bahwa pengembangan ini dilakukan secara bertahap dan adaptif terhadap kebutuhan pasar. Pemantauan terus menerus akan dilakukan untuk memastikan sistem berjalan optimal, aman, dan sesuai prinsip prudensial. Kolaborasi dengan industri, regulator Jepang, dan stakeholder domestik menjadi kunci keberhasilan implementasi sistem ini.

Selain meningkatkan akses ke instrumen keuangan, pengembangan rekening rupiah-yen juga diharapkan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan volume perdagangan bilateral, investasi portofolio, dan efisiensi transaksi. Skema ini memperkuat posisi Indonesia dalam peta keuangan global dan memperkuat daya saing pasar domestik.

Dengan integrasi QRIS cross border, masyarakat dan pelaku usaha dapat merasakan manfaat transaksi digital tanpa batas, menandai era baru dalam inovasi pembayaran dan investasi lintas negara. Strategi ini diharapkan akan menjadi fondasi bagi pengembangan instrumen keuangan lainnya dan memperkuat ketahanan sistem pembayaran nasional.

Secara keseluruhan, inisiatif Bank Indonesia untuk mengembangkan rekening rupiah-yen dan QRIS cross border merupakan langkah strategis yang menyatukan inovasi teknologi, perluasan pasar, dan stabilitas keuangan. Dengan pengawasan prudensial, sistem ini menjadi solusi untuk efisiensi transaksi, perlindungan konsumen, dan integrasi pasar yang lebih kuat antara Indonesia dan Jepang.

Inovasi ini membuktikan bahwa langkah digitalisasi dalam sektor keuangan tidak hanya mempercepat transaksi, tetapi juga membuka peluang investasi yang lebih luas, menurunkan biaya, dan memperkuat ketahanan pasar keuangan domestik. Bank Indonesia menegaskan bahwa transformasi ini akan terus dilakukan secara berkelanjutan demi menghadirkan ekosistem keuangan yang inklusif, modern, dan berdaya saing tinggi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index