JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menghadapi dinamika pasar yang cukup menantang pada hari ini, Jumat, 29 Agustus 2025, seiring pergerakan investor menimbang aksi ambil untung pasca rekor penutupan tertinggi. Penurunan tekanan jual di beberapa sektor diimbangi penguatan saham pilihan, membuka peluang bagi pelaku pasar untuk mencermati saham unggulan.
Pada penutupan perdagangan Kamis, 28 Agustus 2025, IHSG menorehkan level tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH), menutup di angka 7.952,09, naik 15,91 poin atau 0,2% dari penutupan sebelumnya. Level intraday tertinggi tercatat 8.022,76, meskipun tidak bertahan hingga akhir sesi. Secara year-to-date (YtD), IHSG mencatat kenaikan sebesar 12,32%, menandai momentum positif bagi pasar saham domestik.
Tim analis MNC Sekuritas menilai penguatan kemarin masih didukung oleh volume pembelian yang cukup solid. “Pergerakan IHSG pun masih cenderung konsolidasi dan kembali tertahan di area resistance. Kami perkirakan posisi IHSG saat ini berada pada bagian wave [v] dari wave 1 dari wave (3) pada label hitam,” tulis tim MNC Sekuritas dalam riset, Jumat, 29 Agustus 2025.
- Baca Juga KUR BRI 2025: Modal Usaha Makin Mudah
Untuk perdagangan hari ini, IHSG diproyeksikan bergerak di area support 7.680—7.848 dan resistance 8.008—8.103. MNC Sekuritas menyarankan strategi buy on weakness untuk saham BBNI, INCO, PNLF, serta speculative buy untuk saham WIRG. Target harga saham BBNI berada di kisaran Rp4.530—Rp4.650, INCO Rp4.030—Rp4.250, dan PNLF Rp282—Rp290 per saham.
Selain itu, Tim Analis BRI Danareksa Sekuritas menyoroti sentimen global, menyatakan bahwa indeks di Wall Street ditutup menguat pada perdagangan sebelumnya. Dow Jones Industrial Average naik 0,16% ke level 45.636,90, S&P 500 meningkat 0,32% ke 6.501,86, dan Nasdaq menguat 0,53% ke 21.705,16. Menurut BRI Danareksa, penguatan pasar global turut mendorong potensi rebound IHSG, meski risiko aksi ambil untung masih tinggi. Saham NCKL, MAPA, dan FILM direkomendasikan beli dengan target harga masing-masing Rp1.135—Rp1.175, Rp670—Rp705, dan Rp3.520—Rp3.770.
Namun, pergerakan IHSG tidak lepas dari faktor domestik. Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta, menekankan pengaruh eskalasi aksi demonstrasi terhadap tekanan jual hari ini. Menurutnya, kondisi politik dan keamanan berperan signifikan terhadap tren indeks jangka pendek. “Kondisi politik dan keamanan domestik berpengaruh besar terhadap pelemahan IHSG. Jika IHSG diperdagangkan di bawah 7.750, potensi fase bearish consolidation terbuka lebar,” jelas Nafan.
Data historis menunjukkan kinerja IHSG pada bulan September cenderung bearish selama lima tahun terakhir. Sebaliknya, periode Oktober hingga Desember biasanya menampilkan tren bullish, sehingga investor perlu memantau secara seksama momentum di pasar saham menjelang akhir kuartal.
Berdasarkan data siang ini, IHSG merosot 180,8 poin atau 2,27% ke posisi 7.771,28 pada akhir sesi I. Rentang perdagangan tercatat antara 7.767,19 hingga 7.913,86, dengan 89 saham menguat, 662 saham turun, dan 49 stagnan. Saham BBCA turun 1,8%, WIFI anjlok 8,68%, BBRI merosot 2,66%, BMRI melemah 1,89%, dan WIRG turun tajam 14,21%. Sementara itu, saham PSAB melesat 13,64%, DSSA naik 1,26%, DUTI melonjak 24,85%, dan BMAS meroket 25%.
Managing Director Research Samuel Sekuritas Indonesia, Harry Su, menegaskan bahwa pelemahan IHSG hari ini dipicu kondisi sosial-politik yang kurang kondusif. Demonstrasi yang meningkat menciptakan sentimen negatif sehingga memicu aksi koreksi. Menurut analis BRI Danareksa Sekuritas, jika aksi demo mereda, indeks berpotensi rebound karena fundamental pasar masih kuat.
Hingga pukul 11.25 WIB, IHSG anjlok 173,34 poin atau 2,18% ke level 7.778,74. Sebanyak 99 saham menguat, 641 saham memerah, dan 58 stagnan. Kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp14.109,22 triliun. Tekanan jual terutama datang dari saham BBCA, WIFI, BBRI, BMRI, WIRG, BREN, ANTM, PTRO, dan CUAN. Sementara beberapa saham seperti DSSA, BMAS, dan PGUN menunjukkan penguatan signifikan.
Pada pembukaan pagi, IHSG dibuka turun 80,92 poin atau 1,02% ke 7.871,16, bergerak di rentang 7.867,87 hingga 7.902,54. Saham BBCA melemah 0,6%, BBRI turun 1,45%, BMRI terkoreksi 1,05%, dan WIRG turun 6,6%. Beberapa saham unggulan seperti DSSA, BMAS, dan PGUN mengalami lonjakan harga.
Dengan kondisi pasar yang dinamis ini, IHSG hari ini menawarkan peluang bagi investor yang cermat memilih saham unggulan, sambil tetap memperhatikan risiko dari faktor politik dan sosial domestik. Strategi buy on weakness menjadi penting untuk memanfaatkan koreksi harga sementara potensi rebound dapat dimaksimalkan oleh investor yang sigap mengikuti pergerakan pasar.