MINYAK

Trump Berlakukan Sanksi Ekspor Minyak Nol untuk Iran, Presiden Iran: “Kami Memiliki Kekayaan Luar Biasa

Trump Berlakukan Sanksi Ekspor Minyak Nol untuk Iran, Presiden Iran: “Kami Memiliki Kekayaan Luar Biasa
Trump Berlakukan Sanksi Ekspor Minyak Nol untuk Iran, Presiden Iran: “Kami Memiliki Kekayaan Luar Biasa

JAKARTA - Dalam langkah yang mempertegas kebijakannya terhadap Republik Islam Iran, Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menerapkan sanksi baru yang bertujuan untuk menghentikan ekspor minyak Iran menjadi nol. Kebijakan ini, yang merupakan bagian dari kampanye “tekanan maksimum” terhadap Teheran, diperkirakan akan memiliki dampak signifikan terhadap ekonomi Iran yang sangat bergantung pada pendapatan dari sektor minyak.

Meskipun demikian, Presiden Iran Masoud Pezeshkian menanggapi sanksi tersebut dengan sikap optimis, menegaskan bahwa kekuatan dan cadangan sumber daya Iran adalah "luar biasa di dunia." Dalam sebuah pertemuan pemerintah yang diadakan baru-baru ini, Pezeshkian mengkritik pandangan AS, dengan berkata, “Amerika percaya bahwa semua yang kita lakukan bergantung pada minyak, dan mereka ingin menghentikan ekspor minyak kita, sementara ada banyak cara untuk menetralisir tujuan mereka.”

Penerapan kebijakan ini tidak lepas dari pengaruh sekutu strategis AS di Timur Tengah, yakni Israel. Langkah Trump tersebut terlihat selaras dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan menciptakan ketegangan dalam setiap upaya untuk mengadakan dialog konstruktif antara AS dan Iran.

Di tengah ketegangan internasional ini, Pezeshkian menekankan pentingnya solidaritas di antara anggota Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Saat menemui Sekretaris Jenderal OPEC, Haitham Al-Ghaidh, Presiden Iran tersebut menekankan perlunya kesepahaman di antara negara-negara anggota untuk melawan tekanan eksternal. "Jika anggota OPEC bertindak secara bersatu, Amerika Serikat tidak akan dapat menjatuhkan sanksi kepada anggota mana pun, atau menekannya," ujarnya.

Selain itu, pencapaian militer Iran juga disorot dalam upaya mempertahankan kedaulatan bangsa. Dalam kunjungannya ke pameran industri rudal Teheran awal pekan ini, Pezeshkian menyampaikan komitmennya untuk memperkuat pertahanan militer Iran. “Kemajuan (militer) seperti itu akan terus berlanjut, bukan dengan tujuan agresi terhadap negara mana pun, tetapi dengan tujuan untuk mencegah negara mana pun yang berani melanggar tanah kami,” jelasnya, seperti yang dikutip dari Tasnim.

Iran telah mengembangkan rudal balistik jarak menengah baru diberi nama "E'temad" atau "kepercayaan," yang memiliki jangkauan 1.700 kilometer. Presiden Pezeshkian juga menyoroti fakta bahwa Iran telah menjadi salah satu dari sedikit negara yang mencapai kemampuan ruang angkasa.

Komandan Angkatan Udara Angkatan Darat Iran, Brigadir Jenderal Hamid Vahedi, mengumumkan kesiapan penuh Angkatan Udara untuk menghadapi setiap ancaman yang datang. Hal ini menunjukkan determinasi Iran di hadapan tantangan eksternal dari musuhnya, meskipun sanksi demi sanksi terus diterapkan.

Hubungan antara Amerika Serikat dan Iran, yang sudah terbilang rapuh, tampaknya semakin jauh dari perbaikan dengan adanya kebijakan terbaru ini. Perlu dicatat bahwa banyak ahli geopolitik menganggap langkah Trump lebih dipengaruhi oleh mitra seperti Netanyahu, dibandingkan dengan pertimbangan diplomatik lembut yang mungkin mendorong negosiasi baru.

Iran, di sisi lain, telah menunjukkan minatnya untuk tetap terbuka terhadap pembicaraan internasional dengan kepentingan strategis Javad Zarif, Wakil Presiden untuk Urusan Strategis, mengadvokasi perundingan meskipun menghadapi tekanan domestik yang signifikan. Zarif dikenal sebagai aktor kunci dalam negosiasi kesepakatan nuklir Iran 2015 yang bersejarah, yang kemudian ditarik Trump setelah ia naik ke tampuk kekuasaan.

Pezeshkian sebelumnya menyinggung masalah kepercayaan antara Iran dan AS, menyatakan keraguannya "jika negosiasi baru diadakan, Amerika Serikat tidak akan mematuhi kewajibannya berdasarkan perjanjian baru, mengingat catatan masa lalunya."

Meskipun harapan untuk perubahan kebijakan AS tampaknya tipis, Trump menyatakan keinginannya untuk mencapai sebuah “kesepakatan hebat” dengan Iran. Namun, dengan kebijakan yang diterapkan saat ini, terciptanya kesepakatan tampak semakin jauh dari kenyataan.

Langkah Trump, walaupun menurutnya diambil dengan keraguan, memperjelas bahwa pendekatan tanpa nuansa akan semakin menekan dialog damai di masa depan. Ketidakpercayaan di antara kedua negara kian meningkat, memperkuat posisi keras di dalam Iran yang secara tegas menolak pembicaraan lebih lanjut jika sanksi tidak dicabut.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index