JAKARTA - Dalam upaya mendukung ketahanan pangan nasional, Perkumpulan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) menyatakan kesiapan untuk menyerap 2,1 juta ton beras dari petani dalam beberapa bulan ke depan. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum Perpadi, Sutarto Alimoeso, saat memberi keterangan di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Senin, 10 Februari 2025.
Sebanyak 169.000 penggilingan padi di seluruh Indonesia terlibat dalam program besar ini, yang dirancang untuk mencapai target penyerapan tersebut hingga April 2025. Adapun secara keseluruhan, Perum Bulog ditargetkan untuk menyerap total 3 juta ton beras dari petani, dengan 2,1 juta ton di antaranya diserap melalui Perpadi.
"Kami memiliki 169.000 penggilingan padi yang tersebar di seluruh Indonesia. Tadi malam kami berdiskusi, bagaimana mencapai target 2,1 juta ton ini dalam beberapa bulan ke depan," ujar Sutarto, menjelaskan upaya intensif yang dilakukan oleh Perpadi bersama para anggotanya.
Penyerapan beras ini menggunakan mekanisme harga pembelian pemerintah (HPP) yang telah ditetapkan. Harga tersebut berada di angka Rp 6.500 per kilogram untuk gabah kering panen (GKP), yang menjadi patokan utama bagi Perpadi dalam pelaksanaan program ini. "Kami tidak akan mempersoalkan harga Rp 6.500 itu. Pokoknya, itu menjadi patokan kami," tegas Sutarto.
Langkah strategis ini menjadi bagian dari upaya untuk memastikan stabilitas harga gabah dan beras di tingkat petani dan konsumen. Dalam konteks ini, Bulog dan Perpadi telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) yang menetapkan kerangka kerja sama, di mana setelah 2,1 juta ton setara beras diserap oleh Perpadi, Bulog akan mengambil alih hasil serapan tersebut.
"Hari ini, kami sepakat bahwa pengusaha penggilingan akan menyerap gabah setara beras sebanyak 2,1 juta ton. Alhamdulillah, kami sudah sepakati dengan seluruh penggilingan se-Indonesia," kata Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, setelah penandatanganan MoU tersebut. Ia menegaskan bahwa kerjasama antara Bulog dan Perpadi ini merupakan bagian penting dari rencana pemerintah untuk mencapai target penyerapan beras nasional secara efektif.
Presiden Prabowo Subianto, yang turut memberikan perhatian khusus terhadap program ini, menargetkan Bulog agar mencapai penyerapan 3 juta ton beras hingga April 2025. Keberhasilan inisiatif ini dianggap krusial mengingat hingga data terakhir pada Minggu, 9 Februari 2025, Perum Bulog baru berhasil menyerap sekitar 45.000 ton beras dari petani.
Penyerapan 3 juta ton oleh Bulog dapat berupa gabah kering panen (GKP) atau beras, bergantung pada situasi di lapangan. Hal ini memastikan fleksibilitas dalam rangkaian proses penyerapan sehingga potensi produksi beras oleh petani dapat diakomodasi dengan baik.
Presiden Prabowo juga memberikan peringatan tegas kepada para penggilingan padi yang berpotensi menyeleweng dari kesepakatan tersebut. "Saya tidak main-main dengan ini," ujarnya, menekankan pentingnya kerjasama jujur dan efektif antara semua pihak yang terlibat.
Dalam konteks global yang penuh tantangan, stabilitas pangan menjadi salah satu prioritas utama. Oleh karena itu, langkah Perpadi ini tidak hanya sekedar memenuhi target statistik belaka, melainkan juga mempunyai dimensi strategis dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
Harapan besar diamanahkan kepada 169.000 penggilingan padi untuk bisa memainkan perannya dengan maksimal. Dengan sinergi yang kuat antara Bulog, Perpadi, dan pemerintah, langkah ini diharapkan dapat mencapai tujuan yang lebih luas, yaitu menjaga kestabilan ekonomi nasional serta kesejahteraan petani. Perpadi dan seluruh pemangku kepentingan berharap program ini dapat terlaksana dengan baik sehingga seluruh bagian dari rantai produksi dan distribusi beras di Indonesia dapat menikmati manfaatnya.
Keberhasilan inisiatif ini menjadi indikator penting bagi pemerintah, khususnya dalam memastikan kesejahteraan petani terjaga dan akses pangan yang stabil bagi seluruh masyarakat Indonesia.