JAKARTA - Cadangan Bitcoin di bursa mata uang kripto mengalami penurunan signifikan, mencatatkan angka terendah sejak 2022 dengan hanya tersisa sekitar 2,5 juta BTC. Fenomena ini mengundang kekhawatiran akan potensi krisis pasokan di masa depan, terutama dengan permintaan yang terus meningkat dari investor institusional.
Peningkatan Permintaan Mendorong Penurunan Cadangan
Belakangan ini, dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) Bitcoin berkontribusi besar terhadap penurunan cadangan. ETF ini mengakumulasi Bitcoin dengan kecepatan 20 kali lipat dibandingkan dengan laju penambangan Bitcoin baru. Akibatnya, jumlah Bitcoin yang ada di bursa semakin menipis.
Menurut data dari platform analisis CryptoQuant, cadangan Bitcoin yang tersisa di bursa belum pernah serendah ini sejak pencatatan dimulai. Meskipun volatilitas di pasar kripto masih ada, harga Bitcoin tetap stabil di atas USD 95.000 atau sekitar Rp 1,5 miliar (dengan asumsi kurs Rp 16.370 per dolar AS), menunjukkan ketahanan di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Ryan Lee, kepala analis di Bitget Research, berkomentar mengenai kondisi pasar saat ini, "Dengan pasokan yang makin menipis, peningkatan permintaan sekecil apa pun bisa memicu kenaikan harga yang signifikan," katanya.
Dinamika Pasar dan Tekanan Jual yang Menurun
Para analis menilai penurunan ini bukanlah indikasi tren jangka panjang, namun lebih sebagai bagian dari dinamika pasar. Seluruh tren tetap dinilai positif dengan adanya akumulasi Bitcoin secara institusional dan berkurangnya tekanan jual dari pemegang Bitcoin jangka panjang.
Salah satu indikator utama yang dipantau oleh para trader dan investor adalah konsep "kelelahan penjual." Ini merujuk pada situasi di mana tekanan jual berkurang, sementara permintaan beli meningkat. Dalam skenario seperti ini, Bitcoin kemungkinan akan mengalami reli harga dalam waktu dekat.
Pengaruh Pemerintah dan Peluang Investasi
Selain itu, diskusi mengenai cadangan Bitcoin yang dimiliki pemerintah telah mencuat di Amerika Serikat, dengan sekitar 20 negara bagian mengusulkan agar Bitcoin menjadi bagian dari cadangan mereka. Jika pemerintah mulai membeli Bitcoin dalam jumlah signifikan, jumlah koin yang tersedia di bursa akan semakin berkurang.
Saat ini, sekitar 94,3% dari total Bitcoin yang dapat ditambang sudah beredar. Namun, sebagian dari jumlah tersebut hilang permanen. Dengan pasokan yang berkurang dan permintaan yang meningkat, kemungkinan kenaikan harga Bitcoin terlihat semakin nyata.
Michael Saylor, salah satu tokoh terkemuka di industri kripto, menekankan pentingnya fenomena ini dalam wawancara baru-baru ini. "Semakin banyak miliarder yang membeli Bitcoin dalam jumlah besar, semakin berkurang jumlah koin yang tersedia di pasar," ujar Saylor.
Raksasa Keuangan dan Eksplorasi ke Bitcoin
Raksasa perbankan investasi global seperti Goldman Sachs juga meningkatkan eksposur mereka terhadap Bitcoin. Dalam laporan terbarunya ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC), perusahaan ini mengungkapkan telah hampir menggandakan kepemilikannya dalam ETF Bitcoin. Pada kuartal keempat 2024, Goldman Sachs memiliki saham di iShares Bitcoin Trust ETF (IBIT) senilai USD 1,27 miliar, naik 88% dari periode sebelumnya.
ETF iShares Bitcoin Trust memberikan akses kepada investor institusional untuk berinvestasi di Bitcoin tanpa harus membeli dan menyimpan aset tersebut secara langsung. Langkah ini disertai dengan peningkatan investasi Goldman Sachs di Fidelity Wise Origin Bitcoin Fund (FBTC), yang turut melonjak sebesar 105% dari kuartal sebelumnya.
Kemungkinan Reli Harga di Depan Mata
Dengan semakin terbatasnya pasokan Bitcoin dan meningkatnya permintaan dari berbagai sisi, sinyal untuk sebuah reli harga semakin kuat. Faktor-faktor ekonomi makro seperti kebijakan suku bunga dan perdagangan global memang masih memiliki pengaruh signifikan. Namun, penurunan cadangan Bitcoin di bursa menjadi indikator kunci yang membersitkan harapan akan kenaikan harga yang signifikan di masa depan.
Meskipun peluang ini terlihat menggoda, para investor tetap diimbau untuk melakukan kajian mendalam sebelum membuat keputusan investasi. Setiap langkah yang diambil dalam dunia kripto harus didasari penelitian dan perencanaan matang untuk menghindari risiko.