JAKARTA - Perkembangan teknologi telah memasuki babak baru dengan hadirnya kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI), yang menawarkan berbagai potensi dan tantangan dalam berbagai bidang, termasuk literasi. Di Indonesia, adopsi AI berpotensi untuk merevolusi cara masyarakat mengakses informasi dan belajar, namun juga menuntut kehati-hatian agar dampaknya dapat diarahkan positif untuk peningkatan literasi.
Perkembangan Literasi di Indonesia dalam Konteks AI: Peluang Berkembang dan Tantangan Membayangi
AI telah mempercepat akses informasi dan membuka berbagai kesempatan untuk meningkatkan literasi di Indonesia. Melalui aplikasi dan platform berbasis AI, berbagai sumber bacaan dan materi pendidikan kini dapat diakses dengan lebih mudah dan cepat. Sebagai contoh, mesin pencari seperti Google Search dan alat bantu berbasis AI lainnya menyediakan informasi dalam hitungan detik, mendukung pengembangan keterampilan membaca dan berpikir kritis yang sangat diperlukan di era digital ini.
Namun, tantangan besar turut mengiringi kemajuan ini, dimana tingkat literasi di Indonesia masih menunjukkan angka yang mengkhawatirkan. Menurut survei UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia masih sangat rendah, dengan hanya 0,001% dari populasi yang memiliki kebiasaan membaca secara aktif. Data dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) menunjukkan adanya sedikit peningkatan dalam Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat (IPLM) dari 69,42 pada 2023 menjadi 73,52 pada 2024. Meskipun meningkat, angka ini masih jauh dari standar yang diharapkan terhadap perkembangan literasi.
Kondisi Literasi di Indonesia: Memahami Fakta dan Realita
Berbicara tentang kondisi literasi di Indonesia, naiknya Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat dan Tingkat Gemar Membaca pada tahun 2024 merupakan langkah kecil yang positif, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa negara ini masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya. Kondisi ini diperburuk oleh rendahnya literasi digital, seperti dilaporkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada 2022 yang menunjukkan Indeks Literasi Digital hanya mencapai 3,54 dari skala 5, dengan aspek keamanan digital hanya 3,12. Ini menandakan betapa pentingnya edukasi tentang cara menyaring informasi dan menghindari misinformasi di era digital ini.
Dampak AI terhadap Literasi di Indonesia: Lebih Banyak Peluang atau Ancaman?
AI tak diragukan lagi telah membawa dampak signifikan pada literasi, baik secara positif maupun negatif. Berikut adalah beberapa kontribusi utama AI terhadap perkembangan literasi di Indonesia:
1. Peningkatan Akses terhadap Informasi: AI memberikan akses yang luas dan cepat terhadap berbagai sumber informasi, berpotensi meningkatkan keterampilan membaca dan berpikir kritis. Namun, tantangannya adalah memotivasi pengguna untuk tidak hanya membaca sekilas tetapi juga melakukan analisis mendalam.
2. Pembelajaran Bahasa yang Efektif: Aplikasi seperti Grammarly dan Google Translate telah membantu dalam penulisan dan pemahaman bahasa asing. AI juga mendukung alat bantu bagi individu dengan disabilitas, seperti teknologi text-to-speech yang inovatif.
3. Peningkatan Literasi Digital: AI dapat membantu dalam mendeteksi berita palsu melalui algoritma yang menganalisis validitas informasi. Ini akan meningkatan kemampuan masyarakat dalam memilah informasi yang benar.
Meskipun manfaat adanya, AI juga membawa sejumlah tantangan signifikan yang harus diatasi untuk memastikan dampaknya positif terhadap literasi:
1. Ketergantungan pada Teknologi: Kemudahan AI dapat membuat masyarakat terlalu bergantung pada teknologi dan mengurangi kebiasaan membaca secara mendalam. Ini mengancam kualitas pemahaman dan analisis kritis pengguna.
2. Orisinalitas Karya Tulis Terancam: Kemampuan AI dalam menghasilkan teks dapat mengancam keaslian karya tulis, karena banyak yang mulai mengandalkan AI untuk menyelesaikan tugas tanpa riset atau berpikir kritis terlebih dahulu.
3. Kesadaran Keamanan Digital yang Rendah: Dengan meningkatnya interaksi digital, penting bagi masyarakat untuk lebih memahami cara melindungi data pribadi mereka. AI dapat disalahgunakan untuk menyebarkan informasi palsu, menggarisbawahi pentingnya literasi digital yang kuat.
Mengoptimalkan Penggunaan AI untuk Peningkatan Literasi: Langkah Strategis dan Solusi
Untuk memastikan bahwa AI memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan literasi di Indonesia, beberapa strategi dapat diterapkan:
1. Integrasi AI dalam Pendidikan: Pemerintah diharapkan dapat bekerja sama dengan pengembang teknologi untuk menciptakan program pembelajaran berbasis AI yang mendorong pemikiran kritis dan tidak hanya menyediakan informasi semata. Sekolah-sekolah dapat memanfaatkan aplikasi AI yang mendukung pembelajaran berbasis interaktif untuk meningkatkan minat baca siswa.
2. Peningkatan Literasi Digital: Kampanye untuk mengedukasi masyarakat tentang literasi digital harus lebih masif, agar tidak hanya menjadi pengguna teknologi tetapi juga mampu menggunakan AI secara bijak, termasuk dalam memahami keamanan digital.
3. Menjaga Keseimbangan antara Teknologi dan Kebiasaan Membaca: Perpustakaan dan institusi pendidikan dapat berperan penting dalam menjaga kebiasaan membaca tradisional dan penggunaan AI. Kegiatan membaca serta diskusi buku yang mendalam dapat dirancang untuk tidak hanya mengandalkan ringkasan dari AI.
Mengutip pernyataan seorang pakar literasi, "Untuk menghadapi era digital yang semakin pesat, kombinasi antara kebiasaan membaca konvensional dan pemanfaatan teknologi AI yang bijak sangat penting. Ini adalah salah satu cara terbaik untuk membangun literasi yang lebih kuat dan tangguh di Indonesia."
Dengan strategi dan kolaborasi yang tepat antara pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat, AI dapat dimanfaatkan secara optimal demi masa depan literasi yang lebih baik di Indonesia. Ini bukan hanya tentang mengadopsi teknologi, tetapi juga membangun sistem yang memungkinkan literasi berkembang seiring dengan kemajuan teknologi yang ada.