JAKARTA - Selama dua dekade terakhir, penerapan nanopartikel dalam industri telah menjadi topik yang semakin mendapat perhatian. Nanopartikel (NP), berkat kemajuan signifikan dalam teknologi, kini digunakan dalam berbagai bidang termasuk obat-obatan, kosmetik, makanan laut, dan banyak lagi. Namun, meski menjanjikan banyak manfaat, nanopartikel juga menimbulkan kekhawatiran tentang potensi ancaman bagi kesehatan manusia dan lingkungan.
Sebagai bagian dari upaya untuk menyajikan efek berbahaya dari bahan nano, penilaian risiko nanopartikel di lingkungan menjadi sangat penting. Fokus utamanya adalah pada reaktivitas, persistensi, dan toksisitas lingkungan dari nanopartikel tersebut. "Kita harus memahami dampak nyata dari bahan nano pada lingkungan dan kesehatan manusia," ujar Dr. Hadi Ambar, seorang peneliti lingkungan dari Universitas Teknologi Indonesia. Meskipun penelitian tentang topik ini sedang berkembang, sampai saat ini hanya ada sejumlah kecil teknik investigasi kuantitatif yang tersedia untuk mengukur bahaya nanopartikel.
Literatur yang tersedia lebih banyak menyoroti manfaat dari nanopartikel daripada bahayanya, yang mengisyaratkan kebutuhan mendesak untuk penelitian lebih lanjut. Dr. Ambar menambahkan, "Mayoritas literatur yang ada cenderung menekankan kebaikan nanopartikel, sehingga informasi tentang potensi bahayanya masih sangat terbatas." Seperti yang diakui oleh banyak ahli di bidang ini, perilaku nanopartikel di lingkungan dan dampaknya belum sepenuhnya dipahami.
Hasil dari studi ekologi menunjukkan bahwa beberapa nanopartikel memiliki dampak khusus pada organisme. Dalam beberapa kasus, nanopartikel bisa mempengaruhi ekosistem dan menimbulkan reaksi yang kompleks dan beragam di berbagai sistem lingkungan. Penyebaran luas dari bahan ini dalam lingkungan telah menyebabkan peningkatan tingkat paparan manusia terhadap nanopartikel, baik secara internal maupun eksternal. "Efek dari paparan ini bisa sangat luas, mengingat manusia berinteraksi secara langsung dengan elemen-elemen lingkungan," jelas Dr. Ambar.
Masalah ini diperparah oleh fakta bahwa tidak ada produk, baik makanan maupun obat-obatan, yang memiliki kemurnian dan keamanan 100%. Oleh karena itu, pemahaman komprehensif tentang sumber, potensi risiko, penilaian risiko, dan interaksi nanopartikel terhadap lingkungan sangatlah penting.
Langkah awal dalam penilaian risiko nanopartikel adalah dengan mengidentifikasi jenis dan fungsi dari nanopartikel tersebut. Banyak nanopartikel yang digunakan dalam proses industri memiliki fungsi spesifik, dan upaya yang lebih baru telah difokuskan untuk menggambarkan toksisitas bahan nano tersebut terhadap lingkungan. Ini termasuk dampaknya pada manusia, kehidupan akuatik, udara, dan tanah.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menilai paparan dan dampak dari berbagai jenis nanopartikel, khususnya yang banyak digunakan dalam proses industri. Sebelum nanopartikel disetujui untuk dipasarkan setelah uji klinis, interaksinya dengan biomolekul serta potensi efek berbahaya harus dijelaskan secara menyeluruh. Konsentrasi dan pedoman yang tepat untuk penggunaan yang aman juga harus diuraikan dengan jelas dalam informasi produk.
Penting untuk disadari bahwa meskipun ada dampak berbahaya yang minimal dari penggunaan nanopartikel, faktor-faktor tersebut tetap harus dievaluasi secara hati-hati sebelum digunakan secara luas. Penggunaan nanopartikel yang bertanggung jawab akan memerlukan komitmen untuk terus meneliti dan mengembangkan kebijakan yang tepat untuk melindungi manusia dan lingkungan. Sebagai peneliti, Dr. Ambar menyatakan, "Kita perlu mengambil langkah proaktif untuk memastikan bahwa manfaat dari kemajuan nanoteknologi tidak terganggu oleh potensi bahayanya pada sistem lingkungan dan manusia."
Memahami dan menemukenali tantangan serta risiko yang diajukan oleh penggunaan nanopartikel adalah langkah penting untuk memastikan bahwa inovasi teknologi ini dapat digunakan secara aman dan efektif dalam mendukung kehidupan kita sehari-hari.