JAKARTA - Di tengah gencarnya promosi transportasi massal sebagai solusi mobilitas perkotaan, Kota Makassar justru mengalami tren penurunan peminat. Hal ini terlihat dari layanan transportasi Teman Bus Mamminasata yang kini hanya mengoperasikan satu trayek, yakni Koridor 5. Trayek ini melayani jalur antara Kampus Universitas Hasanuddin (Unhas) Tamalanrea hingga Fakultas Teknik Unhas di Gowa.
Pengurangan trayek ini menjadi indikasi menurunnya minat masyarakat dalam menggunakan transportasi massal. Sebelumnya, Teman Bus Mamminasata memiliki dua koridor lainnya, yaitu Koridor 1 dan Koridor 2. Koridor 1 menghubungkan Mall Panakkukang dengan Pelabuhan Galesong, sedangkan Koridor 2 melayani jalur dari Kampus Unhas Tamalanrea menuju Stasiun Mandai Maros melalui Bandara Sultan Hasanuddin. Kedua koridor tersebut telah dihentikan operasinya akibat pengurangan subsidi yang merupakan bagian dari kesepakatan awal.
Meski demikian, Koridor 5 justru menunjukkan performa positif dengan load factor sebesar 102,33 persen sejak diluncurkan pada Agustus 2024. Angka ini mencerminkan efektivitas trayek tersebut dibandingkan dengan dua koridor yang telah dihentikan.
Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan, Jufri Rahman, menyoroti pentingnya transportasi massal bagi kota besar. "Sebetulnya, ciri suatu negara atau kota besar itu adalah tersedianya transportasi massal yang terjangkau dari segi harga, pelayanan, dan kualitas yang bagus. Kalau itu disiapkan tanpa disuruh pun mereka akan naik,” ungkap Jufri Rahman saat ditemui di kantor Gubernur Sulsel.
Menurut Jufri, ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan masyarakat dalam menggunakan transportasi massal. “Dan yang dibutuhkan masyarakat Sulawesi Selatan itu adalah ketepatan waktu, karena mereka punya program dan janji masing-masing. Kedua kenyamanan dan ketiga keamanan,” tuturnya. Ketiga faktor inilah yang menjadi poin krusial dalam meningkatkan minat masyarakat terhadap transportasi massal.
Jufri Rahman yakin bahwa apabila ketiga faktor tersebut dapat dipenuhi, minat masyarakat untuk menggunakan transportasi massal akan meningkat signifikan. "Inilah yang harus kita penuhi, masyarakat suka itu. Kenapa sekarang mereka tidak berminat memakai transportasi massal ini, karena tiga hal itu belum terpenuhi,” terangnya.
Salah satu tantangan besar yang dihadapi adalah infrastruktur yang belum sepenuhnya mendukung kenyamanan dan keamanan penumpang. Selain itu, kebijakan terkait subsidi dan manajemen operasional yang konsisten juga perlu menjadi perhatian pemerintah daerah.
Pembangunan transportasi massal menjadi krusial di tengah pertambahan populasi dan peningkatan kebutuhan transportasi di Makassar. Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan diharapkan dapat mengatasi tantangan ini dengan memperbaiki kualitas layanan dan menyusun strategi yang tepat guna mendorong penggunaan transportasi massal.
Dalam hal efisiensi dan efektivitas, Jufri menekankan perlunya inovasi dalam sistem transportasi. “Kita harus berpikir bagaimana memberikan pelayanan yang lebih efisien dan berkualitas. Ini adalah tantangan kita bersama untuk membuat transportasi massal ini menjadi pilihan utama masyarakat,” katanya.
Di sisi lain, masyarakat juga diharapkan untuk lebih terbuka terhadap penggunaan transportasi massal demi mengurangi kemacetan dan memperbaiki kualitas udara. Dengan langkah yang tepat dari pemerintah dan dukungan masyarakat, diharapkan Makassar dapat meningkatkan kembali minat warganya untuk menggunakan transportasi massal.
Namun, dengan dihentikannya dua koridor penting, tantangan yang dihadapi semakin kompleks dan menuntut perhatian khusus dari semua pihak yang terlibat. Apakah Makassar dapat mengatasi tantangan ini dan meningkatkan kembali partisipasi warga dalam menggunakan transportasi massal? Waktu yang akan menjawab.
Penggunaan transportasi massal yang optimal diharapkan dapat mempermudah mobilitas warga kota sekaligus berkontribusi pada perkembangan ekonomi dan lingkungan Makassar yang lebih baik di masa mendatang.