JAKARTA - Universitas Hasanuddin (Unhas) telah menetapkan sebuah tonggak sejarah baru dengan mendeklarasikan dirinya sebagai pusat kajian hilirisasi nikel di Indonesia. Upaya ambisius ini bertujuan untuk memberdayakan Indonesia sebagai pemain kunci dalam industri nikel global. Sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia, khususnya Pulau Sulawesi, menjadi fokus perhatian karena memiliki cadangan nikel yang signifikan.
Pulau Sulawesi, yang meliputi Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan, diposisikan dengan cadangan nikel terbesar, menjadikannya sebagai pusat strategis dalam inisiatif hilirisasi ini. Namun, hilirisasi nikel di Indonesia belum mencapai potensinya yang maksimal. Selama ini, Indonesia lebih banyak mengekspor nikel mentah, sementara proses pengolahan dan industrinya dilakukan di luar negeri. Produk yang dihasilkan kemudian diimpor kembali ke Indonesia dengan harga yang lebih tinggi.
Rektor Unhas, Prof. Jamaluddin Jompa, menyatakan bahwa situasi ini harus diubah demi meningkatkan martabat bangsa. "Tuhan memberikan anugerah nikel terbanyak di dunia. Masa kita kirim keluar, padahal itu dibutuhkan kembali oleh bangsa. Jauh lebih martabat bangsa ini kalau dikelola sendiri dengan SDM sendiri, dan mengembangkan teknologi untuk kerja sama global bersama industri," ujarnya menekankan urgensi hilirisasi nikel dari dalam negeri.
Prof. Jompa menggarisbawahi bahwa dengan ubiquity-nya cadangan nikel, seharusnya Indonesia bisa mandiri dalam menghasilkan produk olahan. "Kita itu gemes, kita hasilkan nikel dulu dijual, dikirim ke sana (luar negeri), setelah jadi (barang) diimpor lagi," tambahnya dengan nada prihatin. Unhas sebagai pusat kajian bertujuan untuk memulai perubahan ini dari dunia pendidikan, dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Namun, peran baru Unhas ini tidak datang tanpa tantangan. Menurut Prof. Jompa, salah satu kendala utama adalah ketersediaan sumber daya manusia yang kompeten dan teknologi yang memadai. "Kita butuh SDM kuat, teknologi maju, dan inovasi yang banyak. Hilirisasi ini bukan hanya keinginan, tetapi memerlukan komitmen untuk pengembangan SDM dan inovasi, tentu dengan bekerja sama dengan industri," ujar Prof. Jompa, menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor.
Sebagai wujud nyata dari komitmen tersebut, Ketua Departemen Teknik Geologi Fakultas Teknik Unhas, Dr. Eng. Hendra Pachri, memaparkan roadmap pengembangan hilirisasi nikel untuk periode 2025-2040. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Pulau Sulawesi, terutama Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah, memiliki cadangan nikel terbesar dengan masing-masing 154 dan 85 Izin Usaha Pertambangan (IUP). Sementara, Sulawesi Selatan memiliki 8 IUP. Total cadangan nikel di kawasan ini mencapai 2,6 miliar ton bijih nikel, memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi produsen industri nikel dunia.
Roadmap ini dibagi menjadi empat tahap. Tahap jangka pendek (2025-2027) fokus pada penyusunan kurikulum dan pelatihan bagi dosen dan mahasiswa, serta memulai penelitian dasar tentang teknologi pengolahan nikel dan berkolaborasi dengan perguruan tinggi internasional. Tahap jangka menengah (2026-2030) berupaya membangun fasilitas lengkap untuk pusat penelitian nikel dan menghasilkan publikasi akademis di jurnal internasional bereputasi.
Pada jangka panjang (2031-2036), Unhas diharapkan sudah menjadi rujukan nasional dalam pengembangan teknologi hilirisasi nikel, serta mampu menghasilkan inovasi yang bisa diimplementasikan oleh industri. Tahap akhir (2036-2040), Unhas diharapkan dapat menjadi pusat kajian hilirisasi nikel yang unggul, mandiri, dan berkelanjutan, melalui kolaborasi antara pemerintah, industri, dan komunitas dalam mengimplementasikan hasil penelitian.
Dengan inisiatif ini, Unhas dan Indonesia berkomitmen untuk mengubah lanskap industri nikel dunia, tidak hanya sebagai pemasok bahan mentah tetapi sebagai pemain utama dalam produk bernilai tambah yang dihasilkan dari nikel. Upaya ini diharapkan tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia di panggung global.