Prabowo Subianto

Peluncuran Danantara: Mengungkap Inspirasi dan Impian Orang Tua Prabowo Subianto

Peluncuran Danantara: Mengungkap Inspirasi dan Impian Orang Tua Prabowo Subianto
Peluncuran Danantara: Mengungkap Inspirasi dan Impian Orang Tua Prabowo Subianto

JAKARTA - Momen bersejarah tercipta bagi Indonesia dengan diluncurkannya Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara, yang dikenal dengan nama Danantara. Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto secara resmi mengumumkan kehadiran lembaga ini sebagai sovereign wealth fund (SWF) pertama di Indonesia setelah 80 tahun merdeka. Menariknya, Danantara langsung mencatatkan diri sebagai salah satu SWF terbesar di dunia dengan aset melebihi US$ 900 miliar.

Peluncuran ini tidak hanya menjadi pencapaian besar di bidang ekonomi dan investasi, tetapi juga menghidupkan kembali sebuah mimpi yang telah lama ada dalam keluarga Prabowo. Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, yang juga adik Prabowo, menuturkan bahwa ide pembentukan Danantara merupakan gagasan dari ayah mereka, Sumitro Djojohadikusumo.

"Pak Prabowo sangat emosional, ini kejadian emosional bagi beliau. Bagi saya juga Danantara ini gagasan dari orang tua kami," ungkap Hashim.

Sumitro Djojohadikusumo, seorang tokoh ekonomi terkemuka dan mantan Menteri Keuangan Indonesia, pertama kali mencetuskan ide tentang pembentukan badan pengelola investasi pada tahun 1996. Dalam sebuah wawancara yang diungkapkan oleh Suara Karya pada 17 Desember 1996, Sumitro menekankan perlunya lembaga khusus yang dapat menampung dan mengelola dana penyisihan laba dari BUMN. Tujuan dari usulan ini adalah agar tidak terjadi swastanisasi BUMN yang bisa memperkuat kendali konglomerat atas ekonomi Indonesia, serta untuk mengalirkan investasi ke koperasi dan usaha kecil.

“Di samping berperan sebagai investment trust, lembaga itu juga dimungkinkan berperan sebagai dana jaminan yang di kala dianggap dapat turut serta dalam pembelian saham-saham perusahaan swasta maupun BUMN,” tegas Sumitro.

Meskipun ide ini tidak langsung terealisasi, gagasan Sumitro menginspirasi pengembangan Danantara. Setelah menghadapi berbagai reaksi dari beberapa ahli ekonomi pada tahun 1996, termasuk J.B. Sumarlin yang menganggap belum adanya urgensi besar dan Subiakto Tjakrawedaya yang menyambut baik ide tersebut, jalan panjang menuju pembentukan lembaga ini pun dimulai. Namun sayangnya, kondisi ekonomi pada tahun 1997 yang diprediksi oleh Sumitro justru bertolak belakang dengan realitas karena krisis ekonomi melanda Indonesia, yang memperlambat implementasi idenya.

Akhirnya, hampir tiga dekade kemudian, mimpi itu terwujud melalui upaya anak ketiganya, Prabowo Subianto, yang kini menjabat sebagai Presiden. Pembentukan Danantara menjadi realisasi nyata dari visi Sumitro, meskipun konsepnya berkembang lebih jauh. Danantara tidak hanya fokus pada investasi di koperasi dan usaha kecil namun juga mencakup proyek-proyek berkelanjutan dan berdampak tinggi di berbagai sektor, seperti energi terbarukan, manufaktur canggih, industri hilir, dan produksi pangan.

Presiden Prabowo berkomitmen untuk menjadikan Danantara sebagai instrumen penting dalam usaha membangun ekonomi berkelanjutan bagi Indonesia. Selain itu, lembaga ini diharapkan mampu berperan dalam meningkatkan kapasitas ekonomi nasional dan menghadapi tantangan global.

"Danantara akan menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia, yang tidak hanya memberi manfaat bagi pertumbuhan ekonomi nasional tetapi juga pada pembangunan berkelanjutan yang inklusif dan adil," ujar Presiden Prabowo dalam pidatonya saat peresmian.

Keberadaan Danantara juga menandai langkah maju Indonesia dalam mengikuti jejak negara-negara yang lebih dahulu memiliki SWF, seperti Malaysia dengan Sharikat Permodalan Nasional Berhad. Kini, dengan tekad dan visi yang terang, Danantara diharapkan dapat membawa dampak positif jangka panjang bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Keberhasilan merintis Danantara adalah penghormatan besar bagi Sumitro Djojohadikusumo, menjadikannya bukan sekedar sebuah pencapaian ekonomi, tetapi juga sebuah warisan keluarga yang berharga dan simbol dedikasi panjang untuk masa depan Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index