JAKARTA - Harga minyak mentah global mengalami lonjakan signifikan pada penutupan perdagangan setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mencabut izin produksi yang sebelumnya diberikan kepada perusahaan minyak AS, Chevron, untuk beroperasi di Venezuela. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya AS untuk menekan pemerintahan Venezuela di bawah Nicolás Maduro.
Menurut laporan yang dikutip pada Jumat, 28 Februari 2025, harga minyak mentah Brent mencatat kenaikan sebesar USD 1,51 menjadi USD 74,04 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik lebih tinggi dengan peningkatan USD 1,73, menetap pada USD 70,35 per barel.
Tamas Varga, analis di PVM, menjelaskan bahwa pasar cenderung merespon lebih positif pada kepastian dibanding ketidakpastian. "Pasar lebih menyukai kejelasan daripada ketidakpastian. Kecuali jika ada jalur yang jelas terkait tarif dan perdamaian Eropa Timur, harga minyak akan tetap defensif dengan reli sporadis dan spontan berdasarkan berita utama," ungkap Varga, menyoroti dinamika pasar minyak di tengah kondisi geopolitik yang volatile.
Dengan dicabutnya izin tersebut, Chevron tidak lagi dapat mengekspor minyak mentah dari Venezuela. Akibatnya, jika perusahaan minyak negara Venezuela, PDVSA, bermaksud untuk mengekspor minyak yang sebelumnya ditangani Chevron, kilang minyak AS akan terdiskualifikasi dari pembelian tersebut karena sanksi Amerika yang eksis terhadap Venezuela.
Analis dari TD Cowen juga memberikan pandangannya terkait perkembangan tersebut. "Keluarnya Chevron dapat mengurangi produksi (minyak) Venezuela, sehingga memberikan kapasitas OPEC+ untuk meningkatkan produksi. Jika ini terjadi, penyuling minyak pesisir AS dapat menanggung biaya pengadaan yang lebih tinggi," ujar analis TD Cowen dalam sebuah catatan. Hal ini menggambarkan dampak luas dari keputusan ini, tidak hanya kepada Chevron dan Venezuela, tetapi juga terhadap dinamika produksi minyak global serta distribusinya.
Lebih jauh, kebijakan ini juga berpotensi membuka ruang untuk negosiasi perjanjian baru antara produsen AS dan perusahaan minyak milik negara Venezuela, PDVSA, untuk mencari pasar baru di luar AS. Perdagangan internasional dalam sektor energi di kawasan ini diperkirakan akan mengalami perubahan signifikan seiring dengan pembenahan kontrak dan strategi pemasaran minyak mentah Venezuela di pasar global.
Chevron sendiri memiliki kontribusi signifikan dalam produksi minyak Venezuela dengan mengekspor sekitar 240.000 barel per hari (bpd), jumlah ini lebih dari seperempat total produksi minyak Venezuela. Pencabutan izin tersebut dapat mempengaruhi produksi domestik dan ekspor sesuai dengan kapasitas dan kemampuan PDVSA untuk menyesuaikan rute pemasaran.
Di samping perkembangan di sektor minyak, harga komoditas lainnya juga mengalami perubahan. Di bursa ICE Newcastle (Australia), harga batu bara untuk kontrak pengiriman Maret 2025 turun USD 1,30, menjadikannya berada di angka USD 100 per ton.
Sementara itu, harga minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) naik sebesar 0,40 persen menjadi MYR 4.529 per ton, menurut data dari situs Barchart. Harga nikel di London Metal Exchange (LME) juga meningkat, mencatat kenaikan sebesar 1,62 persen menjadi USD 15.832 per ton. Namun, harga timah mengalami penurunan sebesar 2,16 persen, menjadikan harganya USD 31.704 per ton.
Perubahan harga komoditas global ini menyoroti ketidakstabilan yang disebabkan oleh kebijakan politik dan perdagangan internasional. Dalam konteks ini, keputusan AS untuk mencabut izin operasi Chevron di Venezuela dianggap sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi dinamika harga minyak global, sekaligus memberikan sinyal kuat kepada negara produsen lain tentang pentingnya kepatuhan terhadap kebijakan sanksi internasional.
Pasar diharapkan untuk terus memantau perkembangan situasi ini, serta bagaimana OPEC+ dan negara-negara produsen minyak lainnya akan merespons perubahan dalam produksi dan distribusi minyak mentah Venezuela. Keputusan seperti ini memiliki implikasi ekonomi yang luas, dan dapat mempengaruhi stabilitas pasar energi global dalam jangka panjang.