JAKARTA - Dalam sebuah inisiatif yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi mengajar dan membekali guru dengan perspektif global, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) Indonesia memulai Program Pertukaran Guru Indonesia-Korea Selatan (Indonesia-Korea Teacher Exchange - IKTE) 2025. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen Indonesia untuk memperbaiki kualitas pendidikan melalui kolaborasi internasional yang strategis, khususnya dengan Korea Selatan.
Program yang berlangsung di bawah naungan Kementerian Pendidikan (MOE) Republik Korea ini, dilaksanakan oleh Pusat Pendidikan Asia-Pasifik untuk Pemahaman Internasional (APCEIU) di bawah naungan UNESCO dan bekerja sama dengan kementerian pendidikan di beberapa negara, termasuk Indonesia.
Direktur Jenderal Guru, Tenaga Kependidikan, dan Pendidikan Guru (GTKPG) Kemendikdasmen, Nunuk Suryani, menekankan pentingnya program ini. "Dalam program ini, guru tidak hanya belajar, tetapi juga berbagi ilmu dan praktik baik selama program ini, jangan berhenti pada diri sendiri, sebarkan kepada peserta didik di sekolah, rekan guru, dan komunitas guru di daerah lain," ujarnya.
Program pertukaran ini dirancang untuk mengirim guru-guru terpilih dari Indonesia ke Korea Selatan dan sebaliknya, di mana guru-guru tersebut akan mengajar di sekolah-sekolah lokal selama beberapa bulan. Pada 2025, program ini akan mencakup 15 daerah di Indonesia, termasuk Bengkulu, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, dan Kalimantan Selatan, menjangkau lebih banyak wilayah daripada tahun sebelumnya.
Guru-guru asal Korea Selatan akan bertugas di Indonesia selama sekitar enam bulan, sementara guru Indonesia akan mengabdi di Korea selama sekitar tiga bulan. Meski begitu, durasi program dapat disesuaikan berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak, memberikan fleksibilitas dalam implementasi.
Sepanjang durasi program, guru akan diperkenalkan dengan sistem pendidikan lokal masing-masing, meningkatkan kompetensi global, dan membangun kemampuan komunikasi antarbudaya dalam mengajar. Mereka akan berkolaborasi dengan guru-guru lokal, berbagi pengetahuan pedagogis, dan memperkuat jaringan pendidikan di Asia-Pasifik.
Seorang peserta program sebelumnya, Idzar Azizi, yang mengajar di SMA Negeri 2 Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat, berbagi pengalamannya. "Kami dulu mendapatkan wawasan baru tentang pengelolaan sekolah di Nowon-Seoul, bagaimana keterlibatan peran aktif siswa dan orangtua dalam meningkatkan kedisiplinan dan hasil pembelajaran siswa," ungkapnya. Pengalaman tersebut menambah wawasan metodologi mengajar dan memperluas jaringan untuk kolaborasi lebih lanjut.
Selain memperkaya pengalaman mengajar para guru, program ini juga dirancang untuk memperkuat kesadaran budaya di kalangan siswa. Penanggung Jawab Kerja Sama Sekretariat Direktorat Jenderal GTKPG Kemendikdasmen, Nissa Afriliana, menegaskan bahwa pertukaran ini berfokus pada Pendidikan Kewarganegaraan Global (Global Citizenship Education/GCED) dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). "Murid juga bisa mendapatkan pembelajaran tentang pentingnya nilai-nilai toleransi, masyarakat global, dan keberagaman," katanya.
Bagi guru yang tertarik mengikuti program ini, pendaftaran dibuka mulai 17 Februari 2025 hingga 18 Maret 2025 melalui laman resmi GTK Kemendikdasmen. Seleksi ini akan diikuti serangkaian tes hingga pengumuman peserta terpilih pada awal Mei 2025. Sesi pertukaran akan berlangsung antara Agustus dan November 2025.
Keterampilan seni dan kebudayaan yang dimiliki para guru dipandang sebagai aset bernilai bagi program ini, memungkinkan mereka untuk memungkinkan pertukaran budaya yang lebih mendalam. Program ini diharapkan tidak hanya meningkatkan keterampilan mengajar, tetapi juga memupuk pemahaman budaya yang lebih baik antara kedua negara, serta memperkuat hubungan bilateral dalam bidang pendidikan.
Pengalaman pengajaran lintas budaya ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih berharga bagi perkembangan sistem pendidikan di Indonesia dan Korea Selatan serta menghasilkan dampak positif jangka panjang bagi para pendidik dan peserta didik.