Investasi

Industri Asuransi Jiwa Menilai Peluang Investasi Saham di Tengah Ketidakpastian Pasar Modal

Industri Asuransi Jiwa Menilai Peluang Investasi Saham di Tengah Ketidakpastian Pasar Modal
Industri Asuransi Jiwa Menilai Peluang Investasi Saham di Tengah Ketidakpastian Pasar Modal

JAKARTA - Industri asuransi jiwa menghadapi tantangan besar dalam investasi saham, dengan penurunan signifikan pada portofolio saham yang dikelola oleh perusahaan-perusahaan asuransi jiwa. Meskipun demikian, Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mengonfirmasi bahwa meskipun harga saham turun, industri asuransi jiwa tetap mempertahankan komitmennya di pasar modal. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh kondisi pasar yang bergejolak, yang mempengaruhi keputusan investasi.

Menurut Ketua Dewan Pengurus AAJI, Budi Tampubolon, meskipun ada penurunan dalam portofolio investasi di saham, hal tersebut bukan karena keputusan industri untuk menarik investasi. “Jadi, kalau (portofolio investasi) kami turun penempatan di pasar saham, bukan karena kami ambil, tetapi karena kondisi market sedang turun,” ujar Budi dalam konferensi pers mengenai kinerja industri asuransi jiwa 2024, yang digelar pada Sabtu, 1 Maret 2025. 

Budi juga menekankan bahwa perusahaan asuransi jiwa umumnya berfokus pada investasi jangka panjang. “Industri asuransi jiwa pada dasarnya adalah investor jangka panjang. Sekali kami tempatkan, umumnya kami tetap di sana,” imbuhnya.

Produk Asuransi yang Dukung Investasi di Pasar Saham

Untuk mendongkrak penempatan investasi di pasar modal, Budi mengungkapkan pentingnya produk asuransi yang menghubungkan nasabah dengan instrumen investasi, seperti unitlink atau produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI). Produk-produk ini diharapkan bisa meningkatkan proporsi dana yang dapat ditempatkan di pasar saham, sehingga mendorong pertumbuhan portofolio saham di industri asuransi jiwa.

“Kalau kita bisa bersama-sama semua pihak mendorong kembali naiknya proporsi produk unitlink ini, maka dana investasi yang bisa ditempatkan ke pasar saham itu akan meningkat,” jelas Budi, menggarisbawahi potensi yang dimiliki oleh produk unitlink dalam meningkatkan kontribusi investasi saham.

Kondisi Pasar Modal dan Dampaknya Terhadap Imbal Hasil Investasi

Meski demikian, kinerja investasi saham dalam lima tahun terakhir menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Wianto Chen, Kepala Departemen Agency AAJI, mencatat bahwa dalam beberapa tahun terakhir, imbal hasil investasi di pasar modal cenderung tidak lebih tinggi dibandingkan dengan surat utang (bonds). “Hanya ada satu tahun yang positif di tahun 2023, jadi itu juga yang membuat pergeseran alokasi investasi cukup signifikan,” ungkap Wianto.

Wianto juga menyoroti langkah Morgan Stanley, yang baru-baru ini menurunkan peringkat saham Indonesia dalam Morgan Stanley Capital International (MSCI), dari equal-weight (EW) menjadi underweight (UW). Menurutnya, penurunan ini menunjukkan bahwa pasar masih melihat potensi penurunan lebih lanjut dalam nilai saham Indonesia. “Pasar melihat equity ini masih bisa turun,” tambah Wianto, mengindikasikan ketidakpastian yang melanda pasar saham Indonesia.

Waktu yang Tepat untuk Investasi Asuransi Unitlink

Meski menghadapi volatilitas pasar, Wianto melihat bahwa bagi mereka yang berinvestasi melalui produk unitlink, kondisi saat ini bisa menjadi peluang menarik. “Untuk investasi di produk asuransi unitlink, kondisi saat ini menjadi waktu yang baik karena aset sedang murah. Namun demikian, hal ini tetap perlu mempertimbangkan fluktuasi harga,” jelasnya.

Ia juga menekankan pentingnya bagi perusahaan asuransi untuk tetap bijaksana dalam mengelola investasi di pasar modal, mengingat tren aksi jual oleh investor asing yang sedang meningkat. “Perusahaan asuransi perlu bijaksana dalam melihat situasi pasar modal saat ini. Pasar modal masih menghadapi tren aksi jual investor asing, dan ini memberikan dampak terhadap sentimen pasar,” ujar Wianto.

Di sisi lain, ia menambahkan bahwa bagi perusahaan asuransi yang fokus pada produk tradisional, kondisi pasar saham yang tidak stabil tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja mereka. “Mungkin dana lain yang ada sudah masuk, dan mereka membeli pada saat harga saham sedang tertekan atau ‘buy on weakness’,” ungkapnya.

Kontribusi Portofolio Investasi Saham di Industri Asuransi Jiwa

AAJI mencatat bahwa pada tahun 2024, portofolio investasi industri asuransi jiwa yang ditempatkan di saham mencakup sekitar 24,7% dari total investasi. Meskipun terjadi penurunan dalam nilai portofolio saham, yang mencapai Rp 133,99 triliun, penurunan tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan nilai investasi pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp 150,21 triliun. Penurunan ini tercatat sebesar 10,8% dibandingkan tahun sebelumnya.

Angka ini menunjukkan bahwa meskipun pasar saham mengalami tekanan, industri asuransi jiwa tetap menunjukkan komitmen yang kuat untuk berinvestasi di sektor ini dalam jangka panjang. Ini juga mencerminkan kepercayaan terhadap prospek pasar saham meskipun ada fluktuasi harga yang terjadi sepanjang tahun 2024.

Potensi dan Tantangan Industri Asuransi Jiwa

Peluang investasi saham bagi industri asuransi jiwa di Indonesia tampaknya masih menjanjikan meskipun menghadapi tantangan berupa ketidakstabilan pasar modal. Dengan produk-produk seperti unitlink yang mendukung alokasi dana investasi, industri asuransi jiwa diharapkan dapat terus berkontribusi pada pasar saham meskipun dalam kondisi pasar yang bergejolak.

Ke depan, industri asuransi jiwa perlu tetap bijak dalam mengelola portofolio mereka dan memperhatikan dinamika pasar modal. Sementara itu, perusahaan asuransi harus terus berinovasi dalam menghadirkan produk yang dapat menarik minat masyarakat untuk berinvestasi lebih aktif, sekaligus menjaga stabilitas jangka panjang.

Dalam menghadapi ketidakpastian pasar, kunci utama bagi perusahaan asuransi jiwa adalah mempertahankan visi jangka panjang dan memanfaatkan peluang investasi yang ada, sembari tetap waspada terhadap fluktuasi pasar yang bisa mempengaruhi hasil investasi mereka.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index