Inspiratif

Yasmin Najma Falihahz: Cahaya Inspiratif dari Hafidz Cilik Tunanetra yang Menyinari Indonesia

Yasmin Najma Falihahz: Cahaya Inspiratif dari Hafidz Cilik Tunanetra yang Menyinari Indonesia
Yasmin Najma Falihahz: Cahaya Inspiratif dari Hafidz Cilik Tunanetra yang Menyinari Indonesia

JAKARTA – Kisah Yasmin Najma Falihahz, bocah 9 tahun asal Desa Sepanjang, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi, menjadi sorotan publik berkat prestasinya yang luar biasa. Di usia yang masih belia, ia telah mencapai hafalan enam juz Alquran, meskipun ia mengalami keterbatasan dalam penglihatan. Yasmin, seorang tunanetra, membuktikan bahwa cinta dan dedikasi terhadap Alquran mampu mengatasi segala rintangan.

Yasmin kehilangan penglihatan sejak usia 2,5 tahun akibat kanker mata. Namun, hal tersebut tidak mencegahnya untuk mengukir prestasi. Kini, ia berhasil masuk dalam jajaran 24 peserta terbaik dalam kompetisi Hafidz Indonesia. Keberhasilannya menandakan semangat yang tak pernah padam untuk menghafal kitab suci.

Kedua orang tua Yasmin, Moh. Nur Khotib dan Nina Nur Aminah, adalah pengasuh santri di Pondok Pesantren Darul Falah, Desa Sepanjang. Lingkungan keluarga yang religius dan penuh dengan semangat Alquran memberi Yasmin inspirasi dan dukungan penuh untuk menghafal. Dua kakak laki-lakinya yang telah lebih dulu menjadi hafidz 30 juz menjadi pendorong semangat bagi Yasmin untuk mengikuti jejak mereka.

Paman Yasmin, Luluk Khodijah, yang juga berperan sebagai ibu angkatnya, mengungkapkan perjalanan Yasmin dalam menghafal Alquran. "Yasmin cepat sekali menghafal. Jika ada pengucapan huruf yang kurang pas atau panjang pendek yang keliru, umiknya yang membenarkan," ujar Luluk. Metode menghafal Yasmin sangat unik, mengingat ia tidak bisa membaca mushaf. Setiap hari, Yasmin mengandalkan pendengarannya dengan cara mendengarkan rekaman bacaan ayat suci yang diperdengarkan oleh keluarganya, lalu mengulanginya dengan penuh perhatian.

Tekad Yasmin semakin meningkat setelah melihat kakaknya yang juga pernah mengalami kanker mata, namun berhasil menyelesaikan hafalan Alquran 30 juz. Kakak pertamanya saat ini tengah menimba ilmu di Yaman, sedangkan kakak keduanya telah menyelesaikan hafalan saat masih duduk di kelas 5 SD. “Dari kecil memang Yasmin ingin menjadi penghafal Alquran. Ia ingin membuktikan bahwa kehilangan penglihatan bukanlah penghalang untuk tetap berprestasi,” tambah Luluk.

Keberhasilan Yasmin lolos seleksi ribuan peserta Hafidz Indonesia menjadi bukti nyata dari keteguhan hatinya. Sekarang, ia berjuang di Jakarta, ditemani umiknya, untuk mengikuti gelaran final kompetisi tersebut. "Abinya tetap di Banyuwangi untuk mengurus pondok dan anak-anak santri, sementara Yasmin ditemani umiknya selama di Jakarta," jelas Luluk.

Semangat Yasmin dalam menghafal Alquran tidak hanya menyentuh hati keluarganya tetapi juga menginspirasi banyak orang. Dengan ketajaman ingatan dan pendengarannya, Yasmin mampu menghafal ayat demi ayat tanpa melihat mushaf, sesuatu yang bahkan membuat sebagian besar orang dengan penglihatan sempurna merasa kagum.

Lebih dari sekadar perjalanan hafalan, kisah Yasmin adalah cerita mengenai kekuatan iman dan keteguhan hati. Dalam keterbatasannya, Yasmin menunjukkan bahwa cinta dan dedikasi terhadap Alquran mampu menghasilkan cahaya dalam kehidupan seseorang. "Saya bangga dengan Yasmin. Semoga langkahnya dilancarkan dan mendapat hasil terbaik di Hafidz Indonesia," ujar Luluk penuh haru.

Yasmin Najma Falihahz telah menjadi simbol inspirasi bagi banyak orang, menegaskan bahwa dalam keterbatasan, seseorang tetap bisa bersinar dan memberikan dampak positif bagi sekitarnya. Dedikasi dan keajaiban iman yang ia tunjukkan memberikan pelajaran berharga bahwa prestasi besar tidak mengenal batasan fisik. Semoga Yasmin terus melangkah dalam cahayanya sendiri dan menjadi penghafal Alquran yang ulung.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index