Bursa

Bursa Asia Menguat di Tengah Ketidakpastian Tarif Perdagangan AS

Bursa Asia Menguat di Tengah Ketidakpastian Tarif Perdagangan AS
Bursa Asia Menguat di Tengah Ketidakpastian Tarif Perdagangan AS

JAKARTA - Pada hari Senin, 3 Maret 2025, bursa saham di Asia menunjukkan penguatan di pagi hari setelah merespons perkembangan terbaru terkait rencana tarif perdagangan dari pemerintah Amerika Serikat. Para investor sedang menanti kejelasan tentang langkah yang diambil oleh Presiden AS, Donald Trump, yang berencana untuk memberlakukan tarif pada mitra dagang utama seperti Meksiko dan Kanada.

Penguatan Bursa Asia di Tengah Ketidakpastian

Pagi ini, indeks Nikkei 225 Jepang dibuka naik 0,97 persen, sementara indeks Topix juga mengalami penguatan sebesar 1,12 persen. Di Australia, indeks S&P/ASX 200 menguat lebih tinggi dengan persentase 0,32 persen. Namun, bursa saham di Korea Selatan sedang libur sehingga tidak ada pergerakan pasar yang dilaporkan dari negara tersebut.

Sementara itu, kontrak berjangka untuk indeks Hang Seng Hong Kong dibuka melemah pada level 22.920. Di sisi lain, rilis terbaru dari indeks PMI manufaktur Australia dari S&P Global untuk bulan Februari tercatat 50,4, tidak jauh berbeda dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang berada di level 50,6. Indeks ini merupakan barometer kesehatan sektor manufaktur suatu negara, di mana angka di atas 50 menandakan ekspansi sektor tersebut.

Kebijakan Tarif AS: Antara Ketidakpastian dan Pengaruh

Meskipun masih menunggu kepastian sepenuhnya, tarif yang akan dikenakan oleh AS terhadap Meksiko dan Kanada mulai Selasa, 4 Maret 2025, masih tidak pasti. Menteri Perdagangan AS, Howard Lutnick, dalam wawancaranya dengan Fox News mengungkapkan bahwa tarif tersebut bisa lebih rendah dibandingkan dengan usulan awal sebesar 25 persen. Di sisi lain, kebijakan tarif untuk Tiongkok sudah ditetapkan, yakni sebesar 10 persen.

"Kepastian mengenai tarif ini sangat penting bagi pasar, karena setiap perubahan bisa memberikan dampak signifikan pada perdagangan internasional," ujar Lutnick.

Rencana tarif ini merupakan bagian dari kebijakan proteksionis yang diperkenalkan oleh Presiden Trump untuk melindungi industri lokal, tetapi juga membawa risiko ketegangan dagang dengan negara-negara mitra dagang AS.

Perkembangan Ekonomi Asia: Sorotan pada India dan China

Selain pergerakan bursa, investor juga menaruh perhatian pada saham-saham di India setelah ekonomi Asia Selatan tersebut tumbuh 6,2 persen secara tahunan pada kuartal fiskal ketiga yang berakhir Desember. Pertumbuhan ini menunjukkan pemulihan dari penurunan ekonomi terendah selama tujuh kuartal terakhir.

Di China, indeks PMI Caixin/S&P Global untuk Februari diharapkan dirilis hari ini. Indikator tersebut diperkirakan berada di 50,3, sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang berada pada angka 50,1. Pengumuman ini dinilai akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai kondisi ekonomi China saat ini.

Dampak Global dan Prospek IHSG

Terlepas dari perkembangan global, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia hari ini diperkirakan akan mengalami peluang menguat. Sebelumnya, IHSG mengakhiri sesi perdagangan pekan lalu dengan penurunan 3,3 persen ke level 6.270. Namun, penurunan tersebut juga diikuti dengan melemahnya ETF saham Indonesia, iShares MSCI Indonesia ETF (EIDO), di New York Stocks Exchange sebesar 2,62 persen ke posisi 15,96 Dolar AS.

Tantangan dan Peluang di Depan

Hari ini, investor masih akan terus memonitor segala informasi baru terkait tarif perdagangan dari AS sambil menyesuaikan strategi investasi mereka. Bursa Asia tengah bergerak dengan hati-hati, berusaha mengoptimalkan peluang pertumbuhan yang terlihat di beberapa negara seperti India dan menjaga stabilitas di tengah ketidakpastian dari kebijakan perdagangan AS. Bagi investor global, kondisi ini menggarisbawahi pentingnya memperhatikan risiko dan peluang pasar yang dinamis.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index