JAKARTA - Memasuki pekan ini, harga emas dunia menghadapi tantangan berat seiring dengan pemberlakuan tarif impor dagang oleh Amerika Serikat terhadap Meksiko, Kanada, hingga China. Gejolak ekonomi global ini pun memunculkan pertanyaan besar sanggupkah harga emas bertahan dalam kondisi penuh tekanan.
Pada awal perdagangan Senin, 3 Maret 2025, harga emas di pasar spot tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,46% menjadi US$ 2.871,58 per troy ons. Kenaikan ini memberi napas segar setelah harga emas sempat terkoreksi sebesar 0,67% pada Jumat pekan lalu, menutup akhir pekan di level US$ 2.858,6 per troy ons. Penurunan harga emas di pekan sebelumnya merupakan yang terburuk dalam tiga bulan terakhir, menyoroti sentimen pasar yang bergejolak.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergerakan harga emas pekan ini. Pertama, penguatan dolar AS yang mencapai level tertinggi dalam dua minggu terakhir, berkat data inflasi AS yang sesuai dengan ekspektasi. Pada Jumat lalu, indeks dolar AS mencatat kenaikan 0,35% ke level 107,61, menandakan penguatan selama tiga hari berturut-turut.
"Saya pikir elemen utama yang memengaruhi pasar emas adalah aksi ambil untung dalam likuidasi selama seminggu dan indeks dolar AS yang kuat," kata Jim Wyckoff, analis pasar senior di Kitco Metals.
Selain itu, kebijakan tarif impor yang digagas Presiden Trump menghadirkan tantangan tambahan bagi pasar emas. Trump mengumumkan akan menerapkan tarif baru sebesar 25% untuk barang impor dari Meksiko dan Kanada, mulai 4 Maret. Selain itu, tarif tambahan sebesar 10% akan diberlakukan untuk barang-barang dari China.
Peter Grant, wakil presiden dan ahli strategi logam senior di Zaner Metals, menjelaskan, "Kerugian pasar saham telah memicu tekanan deleveraging pada emas yang mengabadikan aksi jual dari rekor tertinggi hari Senin."
Di sisi lain, para pelaku pasar juga menanti data tenaga kerja non-farm payroll (NFP) serta pernyataan dari petinggi bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), yang diharapkan memberikan arah mengenai kebijakan moneter ke depan. Beberapa pejabat The Fed dijadwalkan akan memberikan pidato pada pekan ini, termasuk Gubernur Christopher J. Waller dan Gubernur Michelle W. Bowman, serta Chairman Jerome H. Powell.
Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities, berkomentar, "Harga untuk ekspektasi The Fed secara keseluruhan tidak benar-benar berubah secara material. Pada akhirnya tidak terlalu menjadi pendorong harga emas."
Data ekonomi terbaru menunjukkan bahwa tingkat pengangguran AS turun menjadi 4,0% pada Januari 2025, berhasil melewati ekspektasi pasar sebesar 4,1%. Penurunan tingkat pengangguran ini diimbangi dengan peningkatan lapangan kerja sebesar 2.234 posisi, membawa total lapangan kerja ke angka 163,9 juta.
Meski menghadapi tekanan dari berbagai arah, emas sebagai aset safe haven tetap mencatatkan kenaikan bulanan kedua berturut-turut, didorong oleh kekhawatiran terkait kebijakan tarif AS. Namun, tantangan terbesar bagi emas pekan ini adalah bagaimana pasar merespons data ekonomi yang ada serta pernyataan dari pejabat The Fed.
Pada akhir pekan ini, data terkait U.S. unemployment rate dan Non-Farm Payroll (NFP) akan menjadi perhatian utama pasar. Data ini diperkirakan akan memberikan sinyal jelas mengenai langkah kebijakan The Fed selanjutnya.
Secara keseluruhan, pekan ini akan menjadi penentu bagi pergerakan harga emas. Dengan semua faktor ekonomi dan kebijakan yang mempengaruhi, para investor perlu waspada dan cermat dalam mengambil keputusan. Dapatkah harga emas bertahan atau bahkan bangkit dalam kondisi ekonomi global yang tidak menentu ini? Hanya waktu yang bisa menjawab pertanyaan itu.