Industri

ExxonMobil Pertimbangkan Indonesia sebagai Pusat Industri Petrokimia Asia

ExxonMobil Pertimbangkan Indonesia sebagai Pusat Industri Petrokimia Asia
ExxonMobil Pertimbangkan Indonesia sebagai Pusat Industri Petrokimia Asia

JAKARTA – ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) tengah menjajaki peluang menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan industri petrokimia di Asia. Asia diproyeksikan menjadi pusat pertumbuhan industri polimer dalam 20-30 tahun ke depan, menjadikannya pasar yang strategis bagi industri petrokimia.

VP Public & Government Affairs ExxonMobil Cepu Limited, Dave A. Seta, mengatakan bahwa ExxonMobil dan pemerintah Indonesia sedang bekerja sama dalam melakukan studi kelayakan untuk melihat potensi bisnis petrokimia di Tanah Air.

"Tujuannya adalah kita melihat Indonesia menjadi salah satu tempat untuk pengembangan petrokimia di kawasan (Asia). Dan oleh sebab itu kita bekerja sama dengan pemerintah untuk melakukan studi, apakah peluang ini bisa dikejar di Indonesia atau tidak," ujar Dave dalam acara buka bersama media di Jakarta.

Investasi Besar di Industri Petrokimia dan CCS

Sebagai langkah awal, ExxonMobil telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan pemerintah Indonesia untuk pengembangan proyek Carbon Capture and Storage (CCS) dan pabrik petrokimia.

Nilai investasi awal proyek ini mencapai US$ 10 miliar dan diperkirakan akan meningkat hingga US$ 15 miliar dalam jangka panjang. Rincian investasi meliputi:

US$ 10 miliar untuk pengembangan industri petrokimia

US$ 5 miliar untuk fasilitas Carbon Capture and Storage (CCS)

Dengan investasi besar ini, ExxonMobil berencana untuk mengintegrasikan industri petrokimia dengan teknologi CCS guna mendukung target pengurangan emisi karbon di Indonesia.

CCS Diharapkan Kurangi Emisi Karbon Hingga 90%

Proyek Carbon Capture and Storage (CCS) ExxonMobil diharapkan mampu mengurangi emisi karbon hingga 90%. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam mendorong hilirisasi industri serta pembangunan berkelanjutan.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa proyek ini berpotensi menjadi proyek CCS pertama yang beroperasi di Indonesia.

"Proyek ini tentu mendukung kebijakan hilirisasi dari Bapak Presiden, menciptakan lapangan pekerjaan, dan juga merupakan komitmen terhadap pembangunan berkelanjutan. Pembangunan CCS ini diharapkan bisa mengurangi emisi CO2 sebesar 90%," ujar Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian.

Menurut Airlangga, keberhasilan ExxonMobil dalam proyek ini akan membawa dampak positif bagi industri petrokimia dan energi di Indonesia.

"ExxonMobil telah berada di sini selama bertahun-tahun dan memiliki pengalaman luas di sektor minyak dan gas. Kami berharap proyek ini bisa berjalan sukses dan memberikan manfaat bagi perekonomian nasional," tambahnya.

Mengapa Indonesia Dipilih?

ExxonMobil melihat Indonesia sebagai lokasi strategis untuk pengembangan industri petrokimia karena beberapa faktor, antara lain:

Pertumbuhan industri polimer di Asia yang diproyeksikan meningkat dalam 20-30 tahun ke depan.

Komitmen pemerintah dalam mendukung investasi energi hijau, termasuk melalui penerapan teknologi CCS.

Potensi pasar dalam negeri yang besar, dengan industri manufaktur dan hilirisasi yang terus berkembang.

Dukungan regulasi dan kebijakan investasi yang memudahkan perusahaan asing menanamkan modal di sektor energi dan industri.

Selain itu, proyek ini juga diharapkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi tenaga kerja Indonesia serta meningkatkan daya saing industri petrokimia nasional di pasar global.

Dukungan Pemerintah untuk Proyek Petrokimia dan CCS

Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk terus memberikan dukungan bagi proyek investasi yang berorientasi pada pengurangan emisi karbon dan hilirisasi industri. Beberapa bentuk dukungan yang diberikan meliputi:

Penyusunan regulasi yang mendukung investasi industri petrokimia dan CCS.

Penyediaan insentif fiskal dan non-fiskal bagi perusahaan yang berinvestasi di sektor energi hijau.

Fasilitasi kemitraan antara perusahaan asing dan BUMN untuk mempercepat realisasi proyek.

Dengan langkah ini, Indonesia diharapkan bisa menjadi pusat industri petrokimia terbesar di Asia, sekaligus menjadi contoh dalam penerapan teknologi carbon capture yang berkelanjutan.

ExxonMobil tengah menjajaki potensi menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan industri petrokimia di Asia. Melalui kerja sama dengan pemerintah, perusahaan ini telah menandatangani MoU untuk proyek CCS dan petrokimia dengan investasi awal sebesar US$ 10 miliar.

Proyek ini diharapkan mampu mengurangi emisi karbon hingga 90%, sejalan dengan kebijakan pembangunan berkelanjutan pemerintah Indonesia. Selain itu, investasi ini juga berpotensi menciptakan lapangan kerja baru serta memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama di industri petrokimia global.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index