Minyak

Minyak Nilam Aceh Tembus Pasar Prancis, Diekspor Langsung dari Bandara Sultan Iskandar Muda

Minyak Nilam Aceh Tembus Pasar Prancis, Diekspor Langsung dari Bandara Sultan Iskandar Muda
Minyak Nilam Aceh Tembus Pasar Prancis, Diekspor Langsung dari Bandara Sultan Iskandar Muda

JAKARTA - Industri minyak nilam Aceh semakin berkembang dan kini mampu menembus pasar internasional, khususnya di Eropa. Sebanyak satu ton minyak nilam asal Aceh berhasil diekspor ke Prancis oleh PT U Green Aromatics International, sebuah anak usaha dari Atsiri Research Center (ARC) Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh. Keberhasilan ekspor ini menjadi tonggak sejarah penting bagi sektor ekonomi Aceh, karena untuk pertama kalinya, pengiriman dilakukan langsung dari Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM), Aceh Besar, menggunakan pesawat Garuda Indonesia.

Pengiriman Langsung dari Aceh: Terobosan Baru Ekspor Minyak Nilam

Sebagian besar ekspor minyak nilam sebelumnya dilakukan melalui Pelabuhan Belawan, Sumatera Utara. Namun, kali ini, PT U Green Aromatics International berhasil melakukan pengiriman langsung dari Aceh, sebuah terobosan baru yang didukung penuh oleh Garuda Indonesia. Pengiriman tersebut dikirim ke perusahaan asal Prancis, Nat’ Green, dengan nilai ekspor mencapai sekitar Rp 1,5 miliar.

"Alhamdulillah hari ini kita kembali ekspor minyak nilam langsung ke Prancis menggunakan pesawat Garuda Indonesia," ujar Faisal, Direktur PT U Green Aromatics International, saat ditemui di Aceh Besar. Faisal juga menjelaskan bahwa minyak nilam yang diekspor tersebut berasal dari petani di berbagai daerah di Aceh, seperti Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Selatan, Gayo Lues, dan Aceh Tamiang. Minyak nilam dibeli dengan harga Rp 1,2 juta per kilogram dari petani lokal.

Ekspor Minyak Nilam ke Eropa: 30 Kali Pengiriman ke Prancis

Sejak 2018, PT U Green Aromatics International telah melakukan 33 kali ekspor minyak nilam ke Eropa. Negara tujuan utama ekspor mereka adalah Prancis, yang memiliki permintaan cukup tinggi terhadap minyak nilam Aceh. Faisal mengungkapkan bahwa ekspor kali ini merupakan yang ke-30 mereka ke Prancis, dengan pengiriman sebelumnya juga dilakukan ke Barcelona sebanyak tiga kali.

"Permintaan dari Prancis bisa mencapai dua hingga lima ton per bulan, tetapi produksi minyak nilam di Aceh belum mencukupi untuk memenuhi permintaan tersebut," jelas Faisal. Ia menambahkan bahwa meskipun permintaan dari Prancis sangat besar, mereka terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan pasar dengan meningkatkan produksi. "Ke depan, Insya Allah kami akan memperbaiki dan meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan pasar yang terus berkembang," kata Faisal optimis.

Peran Universitas Syiah Kuala dalam Mendukung Ekspor Minyak Nilam

Rektor Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, Prof. Marwan, turut memberikan apresiasi atas keberhasilan ekspor langsung dari Aceh ini. Menurutnya, sebelumnya ekspor minyak nilam hanya dilakukan melalui Sumatera Utara. Namun, dengan dukungan Garuda Indonesia, ekspor kini bisa langsung dilakukan dari Aceh, sebuah langkah yang tentunya memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah.

"Ini adalah pencapaian besar bagi kami, karena ekspor minyak nilam bisa langsung dilakukan dari Aceh. Kami juga berharap Garuda Indonesia dapat mendukung ekspor produk turunan lainnya, termasuk parfum yang dihasilkan oleh UMKM binaan USK," ujar Prof. Marwan. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung proses ekspor ini, termasuk Bea Cukai, yang telah membantu kelancaran perizinan dan administrasi ekspor.

Tantangan dan Peluang di Masa Depan

Meskipun ekspor minyak nilam Aceh ke Prancis dan negara-negara Eropa lainnya menunjukkan perkembangan yang menggembirakan, Faisal mengakui masih ada tantangan yang harus dihadapi, terutama dalam hal kapasitas produksi. Permintaan yang terus meningkat membutuhkan upaya maksimal untuk meningkatkan hasil dari petani lokal.

"Permintaan dari pasar global, khususnya Eropa, terus meningkat, tetapi kami terkendala oleh kapasitas produksi yang belum dapat memenuhi seluruh permintaan tersebut. Oleh karena itu, kami akan terus berusaha memperbaiki sistem produksi agar bisa memenuhi permintaan pasar yang semakin besar," ujar Faisal.

Manfaat Ekspor Minyak Nilam bagi Aceh

Ekspor minyak nilam ini tidak hanya memberikan keuntungan ekonomi bagi PT U Green Aromatics International, tetapi juga membuka peluang bagi petani Aceh. Dengan adanya pasar internasional, pendapatan petani meningkat karena mereka dapat menjual hasil pertanian mereka dengan harga yang lebih tinggi. Selain itu, ekspor ini juga membuka peluang bagi sektor lain, seperti industri pengolahan minyak atsiri dan parfum, untuk berkembang.

Dalam jangka panjang, ekspor minyak nilam juga berpotensi meningkatkan daya saing produk Aceh di pasar global. Produk lokal yang berkualitas dapat dikenal di pasar internasional, sekaligus membuka peluang kerja baru dan meningkatkan perekonomian daerah.

Keberhasilan ekspor minyak nilam dari Aceh ke Prancis melalui Bandara Sultan Iskandar Muda (SIM) menjadi sebuah terobosan besar bagi perekonomian Aceh. Dengan dukungan Garuda Indonesia, ekspor langsung dari Aceh ini membuka peluang bagi produk lokal untuk menembus pasar internasional. Meskipun tantangan terkait kapasitas produksi masih ada, upaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk akan terus dilakukan. Sementara itu, kontribusi Universitas Syiah Kuala (USK) dalam mendukung pengembangan produk-produk lokal, seperti parfum, turut memberikan harapan besar bagi perkembangan industri minyak atsiri di Aceh.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index