JAKARTA – Indonesia tengah menghadapi peluang besar dalam sektor ketenagakerjaan internasional. Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, mengungkapkan bahwa saat ini terdapat sekitar 1,7 juta lowongan kerja di luar negeri yang terbuka untuk tenaga kerja Indonesia. Kesempatan ini dinilai sebagai langkah strategis untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) nasional dan menekan angka pengangguran, khususnya di kalangan generasi muda.
“Jumlah ini sangat besar, dan ini adalah kesempatan yang tidak boleh disia-siakan. Indonesia harus merespons dengan menyiapkan pelatihan bagi mereka yang tertarik bekerja di luar negeri,” ujar Abdul Kadir Karding dalam keterangannya, Selasa, 15 April 2025.
HIPMI Soroti Peluang Strategis bagi Generasi Muda
Menanggapi pernyataan tersebut, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) melihat peluang ini bukan hanya dari sisi penyerapan tenaga kerja, tetapi juga sebagai medium penting untuk peningkatan kualitas SDM Indonesia. Sekretaris Jenderal HIPMI, Anggawira, menyebut bahwa peluang 1,7 juta pekerjaan luar negeri dapat menjadi jembatan bagi generasi muda Indonesia untuk mendapatkan pengalaman global dan membangun daya saing internasional.
“Ini bukan hanya peluang kerja, tapi juga kesempatan untuk meningkatkan kompetensi, memperoleh penghasilan lebih baik, serta membuka jalan bagi transfer pengetahuan dan budaya kerja global,” ungkap Anggawira.
Menurutnya, dengan pendekatan yang tepat, penempatan tenaga kerja ke luar negeri bisa menjadi langkah maju untuk menciptakan SDM yang unggul dan mampu bersaing di pasar global.
Tantangan dan Risiko: Kesiapan SDM Jadi Sorotan
Namun demikian, Anggawira memberikan catatan penting terkait kesiapan tenaga kerja Indonesia dalam menghadapi persaingan global. Ia menegaskan bahwa keberhasilan memanfaatkan peluang ini bergantung pada strategi penempatan yang terstruktur dan berkelanjutan.
“Potensi ini harus dimanfaatkan dengan pendekatan yang terstruktur agar tenaga kerja kita benar-benar siap secara kompetensi dan mental,” katanya.
Anggawira menambahkan, pelatihan, perlindungan hukum, dan akses informasi yang memadai harus menjadi bagian integral dalam proses persiapan sebelum tenaga kerja diberangkatkan ke luar negeri. Tanpa itu, potensi risiko penempatan yang tidak sesuai atau bahkan eksploitasi bisa saja terjadi.
Pengangguran Tinggi Jadi Latar Belakang
Saat ini, salah satu permasalahan utama di sektor ketenagakerjaan Indonesia adalah tingginya angka pengangguran di kalangan lulusan SMK dan angkatan kerja muda. HIPMI melihat peluang kerja luar negeri sebagai solusi jangka pendek untuk menyerap tenaga kerja tersebut sambil menunggu sektor industri dalam negeri berkembang lebih matang.
“Kerja di luar negeri bisa menjadi buffer yang membantu mengurangi angka pengangguran. Namun perlu digarisbawahi, ini bukan solusi jangka panjang,” ujar Anggawira.
Menurutnya, langkah penting yang harus diambil adalah membangun SDM yang adaptif, produktif, dan sesuai dengan kebutuhan industri, baik di dalam maupun luar negeri.
Ketidaksesuaian Kompetensi dan Minimnya Literasi Digital
Permasalahan lain yang tak kalah krusial adalah mismatch atau ketidaksesuaian antara kompetensi lulusan pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja. Ini mencakup keterampilan teknis hingga aspek soft skills seperti literasi digital, penguasaan bahasa asing, dan pola pikir kewirausahaan.
“Mismatch antara kompetensi dengan kebutuhan pasar kerja masih jadi tantangan besar. Belum lagi keterbatasan dalam bahasa asing, rendahnya mindset wirausaha, dan minimnya literasi digital,” jelas Anggawira.
Ia menilai bahwa pengembangan ekosistem pelatihan vokasional dan keterlibatan dunia industri sangat penting untuk menjembatani kesenjangan ini.
Kerja Sama Pemerintah, Dunia Usaha, dan Pendidikan Diperlukan
Untuk memaksimalkan peluang ini, HIPMI mendorong kolaborasi aktif antara pemerintah, pelaku usaha, dan institusi pendidikan. Sinergi antar-stakeholder ini diharapkan bisa menciptakan ekosistem ketenagakerjaan yang lebih siap dan berdaya saing global.
“Kita tidak boleh hanya mengandalkan peluang kerja di luar negeri sebagai jalan keluar. Kita harus jadikan ini sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk menjadikan tenaga kerja Indonesia sebagai aset yang bernilai tinggi di era persaingan global,” tegas Anggawira.
Strategi Jangka Panjang: SDM Unggul untuk Indonesia Maju
Melalui pendekatan yang tepat dan sistematis, peluang kerja di luar negeri bisa menjadi batu loncatan bagi Indonesia dalam meningkatkan mutu tenaga kerjanya. Tidak hanya menyelesaikan masalah jangka pendek seperti pengangguran, tetapi juga membangun fondasi SDM unggul untuk masa depan.
Peluang ini menunjukkan bahwa Indonesia tidak hanya harus mengirim tenaga kerja ke luar negeri, tetapi juga harus membangun sistem pelatihan, pengawasan, dan perlindungan yang mumpuni agar para pekerja tidak hanya menjadi buruh, tapi juga duta bangsa yang membawa pulang pengalaman dan nilai tambah.
Dengan 1,7 juta lowongan menanti, saatnya Indonesia mengubah tantangan menjadi momentum emas untuk membawa SDM-nya naik kelas di panggung global.