JAKARTA - Autisme atau gangguan spektrum autisme (ASD) merupakan gangguan neurodevelopmental yang memengaruhi kemampuan interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku anak. Gangguan ini dapat dikenali sejak usia dini apabila orang tua dan pengasuh memiliki pemahaman yang baik tentang gejalanya.
Seorang dokter spesialis anak subspesialis tumbuh kembang anak mengungkapkan bahwa autisme memiliki ciri khas berupa kesulitan dalam bersosialisasi, ketertarikan yang terbatas, serta munculnya perilaku berulang atau repetitif. Menurutnya, gangguan spektrum autisme bukan hanya berdampak pada keterampilan sosial, tetapi juga pada pola pikir dan perilaku sehari-hari anak.
“Autisme adalah gangguan perkembangan saraf dengan ciri khas yakni kekurangan kemampuan dalam bersosialisasi, keterbatasan minat, serta adanya kebiasaan perilaku yang diulang-ulang atau repetitif,” jelasnya.
Ia juga menegaskan pentingnya deteksi dini terhadap gangguan ini. Menurutnya, semakin awal autisme dikenali, maka semakin besar peluang keberhasilan intervensi yang dapat dilakukan. Penanganan sedini mungkin akan membantu meminimalkan gangguan perkembangan yang dialami anak.
“Semakin dini autisme dideteksi maka intervensi yang dapat dilakukan akan semakin maksimal. Hal ini penting agar gangguan dalam perkembangan anak dapat ditekan dan anak bisa berkembang sesuai potensinya,” tegasnya.
Gejala Autisme yang Perlu Diwaspadai
Tanda-tanda awal autisme sangat bervariasi antar individu. Namun, terdapat beberapa ciri umum yang dapat menjadi indikator awal, terutama pada bayi dan balita. Salah satu gejala pertama yang dapat diperhatikan adalah tidak adanya respons saat anak dipanggil namanya pada usia 12 bulan.
“Ketika anak tidak merespons panggilan pada usia 12 bulan, kita perlu mempertanyakan apakah ada gangguan pendengaran atau gangguan lainnya,” ujarnya.
Selain itu, anak yang tidak bisa menunjuk ke arah objek atau orang pada usia 14 bulan juga bisa menjadi pertanda awal. Kemampuan menunjuk merupakan bagian penting dari komunikasi non-verbal, dan keterlambatan dalam aspek ini dapat mengindikasikan adanya masalah dalam perkembangan sosial dan komunikasi.
Mayoritas anak dengan autisme juga mengalami kesulitan dalam bermain pura-pura atau berpura-pura, seperti memainkan boneka seolah-olah sedang berbicara atau memberi makan. Mereka cenderung tidak menunjukkan minat terhadap permainan imajinatif atau interaksi sosial sederhana dengan teman sebayanya.
“Sebagian besar anak autis kesulitan menunjuk, bermain pura-pura, dan terlibat dalam interaksi sosial,” ungkapnya.
Kontak mata yang minim atau bahkan tidak ada juga menjadi salah satu tanda klasik dari autisme. Saat diajak berbicara, anak tampak tidak memperhatikan lawan bicaranya atau seolah-olah tidak mendengar sama sekali, meskipun pendengarannya normal.
“Ketika diajak berbicara, anak seperti tidak menghiraukan atau tidak merespons, padahal sebenarnya ia bisa mendengar. Ini bisa menjadi tanda bahwa anak mengalami hambatan dalam komunikasi sosial,” tambahnya.
Keterlambatan Bicara dan Kesulitan Memahami
Anak dengan gangguan spektrum autisme umumnya juga mengalami keterlambatan dalam berbicara. Mereka mungkin terlambat mengucapkan kata pertama, tidak merangkai dua kata pada usia dua tahun, atau tidak mampu menggunakan bahasa secara fungsional dalam percakapan sehari-hari.
Tak hanya itu, mereka juga kesulitan memahami arti kata-kata. Misalnya, ketika ditunjukkan gambar ayam dan disebutkan kata “ayam”, anak mungkin tidak mengerti maknanya atau tidak bisa mengasosiasikannya dengan hewan sebenarnya.
“Misalnya dikatakan ayam, mereka tidak memahami apa itu ayam. Ini menunjukkan adanya kesulitan dalam pemrosesan bahasa,” paparnya.
Beberapa anak juga menunjukkan perilaku yang tidak biasa dalam menyikapi makanan, seperti hanya mau makan jenis makanan tertentu dalam jangka panjang atau menolak berbagai jenis tekstur makanan. Ini dapat dikaitkan dengan gangguan sensorik yang sering ditemukan pada anak dengan autisme.
Selain itu, kesulitan dalam menjawab pertanyaan secara tepat dan logis juga menjadi salah satu gejala yang kerap ditemui. Anak-anak ini mungkin menjawab dengan topik yang tidak relevan atau tidak menjawab sama sekali, meskipun pertanyaan tersebut sederhana.
Peran Orang Tua Sangat Vital
Dokter tersebut mengingatkan bahwa peran orang tua sangat penting dalam mengenali tanda-tanda awal autisme. Ia mendorong agar setiap orang tua lebih peka terhadap perilaku anak, terutama jika terdapat perbedaan perkembangan yang signifikan dibandingkan anak seusianya.
Jika ada kekhawatiran terhadap perkembangan anak, ia menyarankan agar segera dilakukan skrining atau pemeriksaan lebih lanjut oleh tenaga medis profesional. Semakin cepat dilakukan evaluasi, maka semakin cepat pula penanganan dapat diberikan.
“Orang tua harus segera membawa anak untuk dilakukan skrining apabila merasakan adanya gejala yang tidak biasa. Deteksi dini akan memberikan kesempatan anak mendapatkan penanganan sesuai kebutuhannya,” katanya.
Faktor yang Mempengaruhi Deteksi
Menurutnya, tingkat pendidikan orang tua juga menjadi faktor penting dalam keberhasilan deteksi dini autisme. Orang tua yang memiliki pemahaman lebih tentang tumbuh kembang anak cenderung lebih cepat mengenali kejanggalan dan mencari bantuan medis.
“Pendidikan orang tua memegang peranan penting dalam deteksi gangguan perkembangan. Semakin tinggi pemahaman, maka semakin cepat pula orang tua mengambil tindakan,” jelasnya.
Langkah Selanjutnya: Skrining dan Terapi
Skrining merupakan langkah awal yang penting dalam mendeteksi kemungkinan gangguan spektrum autisme. Setelah dilakukan skrining, anak akan menjalani evaluasi lebih lanjut untuk memastikan diagnosis dan menentukan langkah terapi yang tepat.
Meskipun autisme tidak dapat disembuhkan, berbagai jenis terapi dapat membantu anak mengembangkan potensi maksimalnya. Terapi yang umum diberikan meliputi terapi perilaku, terapi wicara, terapi okupasi, dan terapi sensorik. Pendekatan ini disesuaikan dengan kebutuhan individu anak.
Dengan penanganan yang tepat dan dukungan dari lingkungan sekitar, anak dengan autisme dapat hidup mandiri, berkomunikasi dengan baik, serta berinteraksi dengan lingkungannya secara lebih optimal.
Autisme adalah gangguan perkembangan yang dapat dikenali sejak usia dini melalui berbagai tanda khas, seperti keterlambatan berbicara, minimnya kontak mata, dan perilaku repetitif. Deteksi dini merupakan kunci utama dalam menangani gangguan ini agar anak mendapatkan intervensi dan terapi yang tepat.
Kesadaran orang tua dalam mengenali gejala awal sangat menentukan masa depan anak. Dengan skrining dan penanganan yang cepat, anak dengan autisme tetap memiliki kesempatan besar untuk berkembang secara optimal dan menjalani kehidupan yang produktif.