Minyak

Harga Minyak Stabil di Tengah Tantangan Pasokan dan Permintaan, Sanksi AS Terhadap Iran Memberi Dukungan

Harga Minyak Stabil di Tengah Tantangan Pasokan dan Permintaan, Sanksi AS Terhadap Iran Memberi Dukungan
Harga Minyak Stabil di Tengah Tantangan Pasokan dan Permintaan, Sanksi AS Terhadap Iran Memberi Dukungan

JAKARTA - Harga minyak mengalami stabilisasi pada perdagangan Asia pada Kamis pagi setelah mengalami penurunan tajam di awal pekan ini. Penurunan harga tersebut didorong oleh kekhawatiran terkait peningkatan pasokan minyak global dan potensi penurunan permintaan. Meskipun demikian, sanksi baru yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat terhadap Iran memberikan sedikit dukungan terhadap harga minyak.

Pada hari Kamis, 1 Mei 2025 , harga minyak mulai menunjukkan tanda-tanda stabil setelah diperdagangkan lebih rendah sebelumnya. Berdasarkan data yang dilaporkan pada pukul 22:08 ET (02:08 GMT), harga minyak Brent untuk kontrak Juli naik sebesar 0,2% menjadi $61,16 per barel. Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) juga tercatat naik sebesar 0,1%, berada di level $57,68 per barel. Meskipun ada kenaikan kecil ini, harga minyak diperkirakan akan stagnan sepanjang hari akibat volume perdagangan yang sepi, sebagian besar dipengaruhi oleh liburan Hari Buruh yang diperingati di berbagai negara.

Kerugian Besar Harga Minyak pada Pekan Ini

Pada awal pekan, harga minyak tercatat mengalami kerugian besar. Harga minyak Brent dan WTI turun antara 7% hingga 9% sepanjang minggu ini. Penurunan ini dipicu oleh data ekonomi yang menunjukkan kontraksi tak terduga dalam Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat pada kuartal pertama 2025. Kekhawatiran mengenai lambatnya permintaan serta ketidakpastian mengenai kebijakan perdagangan Presiden AS, Donald Trump, semakin memperburuk prospek ekonomi global.

"Data PDB AS yang menunjukkan kontraksi ekonomi pada kuartal pertama ini memberikan dampak yang cukup besar bagi harga minyak. Ketidakpastian dalam kebijakan perdagangan, terutama terkait tarif tinggi terhadap China, semakin menambah keraguan pasar terhadap prospek permintaan minyak," ujar seorang analis pasar energi.

Sanksi Baru AS Terhadap Iran Berikan Dukungan pada Harga Minyak

Amerika Serikat menjatuhkan sanksi tambahan terhadap entitas yang terlibat dalam perdagangan dan pengangkutan minyak Iran secara ilegal. Langkah ini kemungkinan besar memberikan tekanan lebih lanjut pada Teheran menjelang putaran negosiasi tentang rencana nuklir Iran yang dijadwalkan berlangsung dalam waktu dekat.

Departemen Luar Negeri AS mengumumkan bahwa tujuh entitas yang tersebar di Uni Emirat Arab, Turki, dan Iran dikenakan sanksi karena diduga terlibat dalam perdagangan minyak dan produk minyak Iran. Sanksi ini bertujuan untuk membatasi kemampuan Iran dalam mengekspor minyak, yang merupakan salah satu sumber utama pendapatan negara tersebut. Dalam siaran persnya, Departemen Luar Negeri AS menekankan bahwa sanksi ini adalah bagian dari upaya lebih lanjut untuk menekan perekonomian Iran.

"Langkah ini jelas bertujuan untuk membatasi kapasitas Iran dalam menjual minyak, yang sekaligus memberikan tekanan ekonomi tambahan terhadap negara tersebut," kata seorang pejabat AS dalam keterangan tertulis.

Namun, meskipun sanksi ini dapat menyebabkan berkurangnya pasokan minyak global, dampaknya pada harga minyak di pasar internasional masih terbatas. Sanksi ini justru memberikan sedikit dukungan bagi harga minyak yang tertekan oleh ketidakpastian ekonomi dan perlambatan permintaan, terutama dari ekonomi terbesar dunia, yaitu China.

Kondisi Ekonomi Global yang Mempengaruhi Pasar Minyak

Sementara itu, permintaan minyak global semakin tertekan oleh ketidakpastian ekonomi global. Salah satu faktor utama yang membebani pasar minyak adalah data ekonomi yang menunjukkan kontraksi dalam perekonomian AS dan penurunan tajam dalam sektor manufaktur China. Data dari China menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur negara tersebut mengalami penurunan pada bulan April, yang dipicu oleh dampak dari kebijakan perdagangan yang dipicu oleh tarif tinggi yang diberlakukan oleh AS terhadap China.

China, sebagai negara pengimpor minyak terbesar di dunia, mengalami penurunan dalam konsumsi minyak, yang semakin menambah ketegangan di pasar minyak. "Dengan adanya masalah ekonomi di China, yang merupakan konsumen utama minyak, prospek permintaan menjadi lebih tidak pasti," ujar seorang analis pasar energi.

Namun, sanksi terhadap Iran memberikan sedikit harapan bagi pasar, karena dapat mengurangi pasokan minyak dari negara tersebut dan memberikan tekanan pada harga minyak global. Meskipun begitu, ketidakpastian yang lebih besar mengenai kebijakan perdagangan dan ekonomi global tetap menjadi tantangan besar bagi pasar energi dalam waktu dekat.

Masa Depan Harga Minyak

Dengan latar belakang ketidakpastian ekonomi yang masih membayangi, harga minyak di pasar global diperkirakan akan terus dipengaruhi oleh berbagai faktor. Perkembangan dalam negosiasi nuklir Iran dan potensi sanksi lebih lanjut dari AS akan menjadi salah satu faktor penentu yang dapat mempengaruhi pasokan minyak global. Sementara itu, lambatnya pemulihan ekonomi global dan ketidakpastian terkait kebijakan perdagangan tetap menjadi tantangan besar bagi pasar minyak di masa depan.

"Walaupun ada beberapa faktor positif seperti pengurangan pasokan dari Iran, pasar minyak masih rentan terhadap fluktuasi yang dipicu oleh masalah permintaan dan ketidakpastian ekonomi global," ujar seorang analis energi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index