Minyak

Permintaan Energi Meningkat, Harga Minyak Dunia Tembus Kenaikan Tertinggi Bulan Ini

Permintaan Energi Meningkat, Harga Minyak Dunia Tembus Kenaikan Tertinggi Bulan Ini
Permintaan Energi Meningkat, Harga Minyak Dunia Tembus Kenaikan Tertinggi Bulan Ini

JAKARTA  – Harga minyak dunia melonjak signifikan pada perdagangan, dipicu oleh peningkatan tajam permintaan global serta pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat. Tren ini mencerminkan dinamika pasar energi global yang terus bergejolak seiring perkembangan ekonomi dunia.

Minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni 2025 tercatat naik sebesar US$1,96, atau sekitar 3,4 persen, menjadi US$59,09 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, harga minyak mentah Brent yang merupakan acuan global untuk pengiriman bulan yang sama, turut meningkat sebesar US$1,92 atau sekitar 3,2 persen menjadi US$62,15 per barel di London ICE Futures Exchange.

Libur Panjang Dorong Konsumsi Energi

Salah satu pendorong utama kenaikan harga ini berasal dari lonjakan konsumsi bahan bakar di Tiongkok selama libur panjang perayaan May Day. Dalam periode tersebut, mobilitas masyarakat meningkat drastis, yang secara langsung mendongkrak permintaan terhadap bahan bakar minyak.

Data dari sektor transportasi menunjukkan bahwa jumlah perjalanan lintas daerah selama masa liburan mencapai lebih dari 1,4 miliar perjalanan, dengan rata-rata hampir 300 juta perjalanan per hari. Jumlah ini mengalami kenaikan sekitar 8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, menandakan pemulihan kuat sektor mobilitas dan transportasi pasca-pandemi serta keyakinan masyarakat terhadap stabilitas ekonomi domestik.

Seorang analis energi senior menyebutkan bahwa peningkatan aktivitas masyarakat dalam bepergian menjadi sinyal kuat bahwa permintaan energi, khususnya bahan bakar, akan tetap tinggi dalam beberapa bulan mendatang. "Peningkatan jumlah perjalanan merupakan indikator langsung dari pulihnya konsumsi energi. Ini tentu berdampak langsung pada naiknya harga minyak mentah di pasar global," ujarnya.

Dolar Melemah, Harga Komoditas Naik

Selain faktor permintaan, pelemahan nilai tukar dolar AS turut menjadi pemicu kenaikan harga minyak. Melemahnya mata uang dolar membuat harga minyak yang dikutip dalam dolar menjadi relatif lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain. Hal ini memicu peningkatan permintaan internasional dan berdampak pada kenaikan harga komoditas tersebut.

"Dolar yang melemah selalu menjadi pemicu sensitif dalam perdagangan minyak. Hal ini memperluas daya beli negara-negara non-dolar dan pada akhirnya meningkatkan permintaan global," ungkap seorang pakar pasar komoditas.

Kebijakan Produksi Masih Jadi Faktor Risiko

Sementara pasar saat ini tengah didorong oleh sentimen positif dari sisi permintaan, pelaku pasar tetap mewaspadai potensi lonjakan pasokan minyak global. Beberapa negara produsen besar yang tergabung dalam aliansi OPEC+ dikabarkan tengah mempertimbangkan langkah untuk meningkatkan produksi dalam waktu dekat. Langkah ini dapat memicu kelebihan pasokan yang berisiko menekan harga kembali dalam beberapa minggu mendatang.

Seorang ekonom energi mengatakan, “Strategi menaikkan produksi bisa menjadi pedang bermata dua. Di satu sisi, ini dapat menjaga kestabilan pasokan, tetapi jika tidak dikendalikan dengan hati-hati, bisa berujung pada oversupply dan merusak kestabilan harga.”

Meski demikian, untuk saat ini pasar masih bereaksi positif terhadap data permintaan yang kuat, serta ekspektasi pemulihan ekonomi global yang berkelanjutan, terutama di negara-negara dengan populasi besar dan konsumsi energi tinggi.

Prospek Jangka Pendek

Dalam jangka pendek, analis memperkirakan harga minyak akan tetap berada dalam tren menguat, selama permintaan tetap tumbuh dan tidak ada kejutan besar dari sisi pasokan atau kebijakan ekonomi makro. Beberapa faktor lain yang juga diawasi ketat oleh pelaku pasar antara lain perkembangan inflasi global, kebijakan suku bunga bank sentral di negara maju, serta dinamika geopolitik yang dapat mempengaruhi distribusi energi internasional.

Namun, volatilitas pasar minyak tetap tinggi dan keputusan investasi dalam sektor energi tetap memerlukan kewaspadaan tinggi. "Pasar minyak saat ini seperti berdansa di atas tali. Satu langkah salah dari produsen utama atau perubahan drastis dalam permintaan bisa mengubah arah harga secara tiba-tiba," ujar seorang analis energi di Jakarta.

Dengan situasi yang terus berkembang, pelaku pasar, investor, dan pemerintah di berbagai negara disarankan untuk terus memantau perkembangan pasar energi secara intensif guna mengantisipasi fluktuasi harga yang bisa berdampak langsung terhadap inflasi, anggaran negara, serta daya beli masyarakat.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index