Bursa

Kebijakan Stabil The Fed Dorong Sentimen Positif di Bursa Asia-Pasifik

Kebijakan Stabil The Fed Dorong Sentimen Positif di Bursa Asia-Pasifik
Kebijakan Stabil The Fed Dorong Sentimen Positif di Bursa Asia-Pasifik

JAKARTA - Pasar saham di kawasan Asia-Pasifik dibuka bervariasi pada perdagangan Kamis, 8 Mei 2025 pagi, menyusul keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) untuk kembali menahan suku bunga acuannya. Keputusan tersebut diambil di tengah kekhawatiran terhadap inflasi dan ketegangan dagang global yang masih membayangi prospek ekonomi dunia.

Dalam pertemuan yang berlangsung awal pekan ini, Federal Open Market Committee (FOMC) memilih untuk mempertahankan suku bunga pinjaman overnight di kisaran 4,25% hingga 4,5%. Kebijakan ini sudah berlaku sejak Desember 2024 dan dipertahankan untuk memberikan ruang bagi pasar mencerna dampak dari kenaikan suku bunga sebelumnya.

Keputusan The Fed kali ini sudah sesuai dengan ekspektasi pelaku pasar. Namun, pernyataan dari Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, tetap menjadi sorotan utama.

“Jika suku bunga tetap pada level tinggi dalam waktu lama, ada risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi yang signifikan dan potensi tekanan inflasi jangka panjang,” ujar Powell seperti dikutip dari CNBC International.

Bursa Asia-Pasifik Bergerak Beragam

Pasar saham di Asia-Pasifik merespons kebijakan The Fed dengan pergerakan yang tidak seragam. Di Jepang, indeks Nikkei 225 menguat 0,28% saat pembukaan perdagangan, sementara Topix relatif stagnan. Di Korea Selatan, indeks Kospi naik 0,36%, dan Kosdaq mengalami kenaikan lebih tajam sebesar 0,61%.

Sementara itu, bursa saham Australia justru dibuka di zona merah. Indeks acuan S&P/ASX 200 turun tipis sebesar 0,14%, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap prospek inflasi domestik dan arah kebijakan moneter global.

Kontrak berjangka Hang Seng Hong Kong menunjukkan sedikit optimisme dengan berada di level 22.466, lebih tinggi dibandingkan penutupan terakhir indeks HSI di angka 22.691,88. Namun demikian, fluktuasi ini masih sangat dipengaruhi oleh dinamika eksternal, termasuk ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok.

Fokus Investor: Negosiasi Dagang AS-Tiongkok

Selain kebijakan moneter, pelaku pasar juga mencermati perkembangan negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Diketahui, Menteri Keuangan AS Scott Bessent dijadwalkan bertemu dengan mitranya dari China di Swiss pekan ini. Pertemuan tersebut bertujuan membahas isu-isu utama dalam hubungan dagang kedua negara, yang selama ini menjadi faktor utama ketidakpastian pasar global.

“Pasar menunggu sinyal positif dari pembicaraan dagang AS-Tiongkok. Kesepakatan atau kemajuan berarti bisa mendorong reli baru di bursa global,” ujar analis ekonomi senior dari Jakarta Futures Insight, Rian Hartanto.

Ketegangan antara dua raksasa ekonomi dunia itu sebelumnya sempat memicu kekhawatiran akan terhambatnya rantai pasok global, yang pada akhirnya bisa memperlambat pemulihan ekonomi di berbagai kawasan, termasuk Asia.

Wall Street Ditutup Menguat

Meskipun The Fed mempertahankan suku bunga, Wall Street justru menunjukkan performa positif semalam. Tiga indeks utama mencatatkan penguatan dalam sesi perdagangan yang fluktuatif. Indeks S&P 500 naik 0,43% dan ditutup di level 5.631,28. Sementara itu, Nasdaq Composite bertambah 0,27% ke posisi 17.738,16. Dow Jones Industrial Average mencatat kenaikan signifikan sebesar 284,97 poin atau 0,70%, berakhir di 41.113,97.

Namun, indeks berjangka AS sedikit melemah pada pagi hari ini waktu Asia. S&P 500 berjangka turun 0,1%, begitu pula Nasdaq-100 futures. Dow Jones futures juga terkoreksi 42 poin atau sekitar 0,1%.

Outlook Pasar: Masih Rentan terhadap Risiko Global

Meskipun pasar merespons positif keputusan The Fed, analis memperingatkan bahwa ketidakpastian global masih tinggi. Risiko inflasi, gejolak geopolitik, dan ketegangan perdagangan bisa memicu volatilitas dalam beberapa pekan ke depan.

“Investor harus tetap berhati-hati karena suku bunga tinggi dalam jangka panjang bisa menghambat konsumsi dan investasi,” kata Rian.

Saat ini, pasar Asia-Pasifik berada di persimpangan antara harapan akan stabilitas moneter dan kekhawatiran terhadap dampak kebijakan tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi.

Dengan The Fed yang kembali mempertahankan suku bunga, pasar Asia-Pasifik menunjukkan reaksi hati-hati. Pelaku pasar global kini menanti perkembangan lanjutan dari pembicaraan dagang dan indikator ekonomi lainnya untuk menentukan arah pergerakan selanjutnya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index