Emas

Ekspor Perdana Emas PTFI dari Gresik ke Swiss Sumbang Devisa Rp 3,6 Triliun

Ekspor Perdana Emas PTFI dari Gresik ke Swiss Sumbang Devisa Rp 3,6 Triliun
Ekspor Perdana Emas PTFI dari Gresik ke Swiss Sumbang Devisa Rp 3,6 Triliun

JAKARTA — Indonesia mencetak sejarah baru dalam sektor hilirisasi mineral dengan terlaksananya ekspor perdana emas batangan dari fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik. Emas murni yang diekspor ke Swiss tersebut berhasil menyumbang devisa negara sebesar Rp 3,6 triliun.

Pelepasan ekspor dilakukan secara resmi dan dihadiri sejumlah pejabat penting, termasuk Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani, perwakilan Kamar Dagang dan Industri (KADIN), Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), serta jajaran Bea Cukai Gresik dan Administrator KEK Gresik.

Ekspor ini menjadi tonggak penting dalam pelaksanaan hilirisasi industri tambang nasional, yang bertujuan meningkatkan nilai tambah komoditas mineral sebelum dijual ke pasar global. Dengan memproses bahan tambang di dalam negeri, Indonesia tidak hanya menciptakan lapangan kerja, tetapi juga memperkuat cadangan devisa dan meningkatkan daya saing industri nasional.

“Ini bukan hanya momen penting bagi pelaku industri di KEK Gresik, tetapi juga bagi Kabupaten Gresik dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional,” tegas Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani.

Emas Murni Gresik Tembus Pasar Internasional

Produk yang diekspor ke Swiss berupa emas batangan dengan spesifikasi Fine Gold Bar 1 Kg LT <99,99%, hasil pemurnian dari smelter PT Freeport Indonesia. Ini adalah pertama kalinya produk emas batangan dari KEK Gresik dipasarkan secara langsung ke luar negeri, mempertegas peran Indonesia sebagai negara produsen mineral bernilai tinggi.

Kepala Kantor Bea Cukai Gresik, Wahjudi Adrijanto, menyatakan bahwa keberhasilan ekspor ini merupakan hasil kolaborasi kuat antara pelaku industri, otoritas kepabeanan, dan pemerintah daerah.

“Kami dari Bea Cukai Gresik sangat mengapresiasi kerja sama semua pihak yang terlibat, khususnya dalam memastikan proses ekspor berjalan lancar dan tepat waktu,” ujarnya.

Ia menambahkan, Bea Cukai Gresik telah memastikan pelayanan kepabeanan berjalan optimal sembari tetap menjalankan fungsi pengawasan secara ketat terhadap komoditas strategis seperti emas.

Kapasitas Produksi Smelter Tertinggi di Indonesia

Fasilitas pemurnian logam mulia PT Freeport Indonesia yang berada di KEK Gresik merupakan salah satu yang terbesar di Asia Tenggara. Dengan kapasitas produksi mencapai 50 ton emas per tahun, smelter ini menjadi penopang utama dalam mendukung hilirisasi komoditas tambang strategis.

Dari total kapasitas tersebut, sekitar 30 ton telah diserap oleh pasar domestik, dan sisanya diekspor ke pasar internasional seperti Swiss. Ini mencerminkan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan dalam negeri dan kontribusi terhadap devisa negara melalui ekspor.

Selain emas, fasilitas ini juga berpotensi mengolah berbagai mineral lain seperti perak dan tembaga, yang akan memperluas kontribusi industri ini terhadap perekonomian nasional.

Perkuat Posisi Gresik Sebagai Pusat Industri Strategis

Keberhasilan ekspor emas batangan ini turut mengangkat posisi Kabupaten Gresik sebagai daerah industri strategis yang memiliki daya saing global. KEK Gresik telah berkembang menjadi pusat investasi dan inovasi industri berat, terutama di sektor pertambangan dan logam.

“Dengan dimulainya ekspor emas dari kawasan industri ini, kami berharap kontribusi Kabupaten Gresik terhadap ekspor nasional semakin meningkat,” tambah Fandi.

Langkah ini juga sejalan dengan visi pemerintah untuk memperluas kontribusi daerah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional serta meningkatkan rasio ekspor produk hilirisasi terhadap total ekspor mineral Indonesia.

Komitmen Terhadap Hilirisasi dan Devisa

Program hilirisasi mineral merupakan bagian dari kebijakan strategis nasional untuk menciptakan nilai tambah di dalam negeri. Ekspor perdana ini menjadi bukti nyata bahwa Indonesia mulai menuai hasil dari kebijakan tersebut, baik dalam bentuk peningkatan devisa maupun dalam penguatan industri domestik.

Dengan menyumbang lebih dari Rp 3,6 triliun, ekspor emas dari Smelter Freeport Gresik menjadi langkah awal menuju kemandirian ekonomi berbasis industri dalam negeri. Ini sekaligus membuka peluang baru bagi pengembangan sektor logam mulia dan teknologi pemurnian di Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index