Korea

Korea Utara Tunjukkan Kreativitas dengan Balon dalam Upaya Selamatkan Kapal Perang 5.000 Ton yang Nyaris Tenggelam

Korea Utara Tunjukkan Kreativitas dengan Balon dalam Upaya Selamatkan Kapal Perang 5.000 Ton yang Nyaris Tenggelam
Korea Utara Tunjukkan Kreativitas dengan Balon dalam Upaya Selamatkan Kapal Perang 5.000 Ton yang Nyaris Tenggelam

JAKARTA - Korea Utara kembali menjadi sorotan dunia setelah citra satelit terbaru memperlihatkan upaya unik dan inovatif negara tersebut dalam menyelamatkan kapal perang baru yang hampir tenggelam. Kapal perang yang dimaksud adalah kapal perusak berpeluru kendali seberat 5.000 ton, yang mengalami insiden serius saat upacara peresmian pekan lalu. Upaya penyelamatan kapal tersebut dilakukan dengan mengerahkan banyak balon sebagai metode tak biasa untuk mengangkat dan menstabilkan kapal.

Insiden Kapal Perang yang Mengundang Perhatian Dunia

Kapal perusak baru ini dirancang untuk menjadi simbol prestise dan kekuatan Angkatan Laut Korea Utara. Sebagai negara yang sebagian besar armadanya terdiri dari kapal perang tua dan kapal serang cepat kecil, pembangunan kapal perang berpeluru kendali berukuran besar ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan kekuatan militernya. Kapal yang mengalami insiden adalah kapal kedua yang dibangun, sementara kapal pertama yang dinamakan Cho Hyon dilaporkan sedang menjalani uji coba senjata akhir bulan lalu.

Namun, insiden kapal nyaris tenggelam pada saat peresmian tersebut menyebabkan kehebohan besar di dalam negeri dan menjadi aib bagi Kim Jong-un, sang pemimpin Korea Utara. Akibat kejadian ini, sejumlah pejabat tinggi militer dan teknis dikabarkan telah ditahan karena dianggap bertanggung jawab atas kecelakaan yang tidak semestinya terjadi.

Balon Sebagai Inovasi dalam Penyelamatan Kapal

Foto satelit yang diambil oleh perusahaan satelit komersial asal Amerika Serikat, Planet, menunjukkan bahwa kapal yang sebagian tenggelam tersebut ditutupi dengan terpal biru. Upaya ini diduga untuk menyembunyikan kerusakan serius pada lambung kapal dari pengamatan eksternal. Selain itu, citra satelit yang dianalisis oleh Decker Eveleth, seorang analis pasukan strategis dari Center for Naval Analyses di Virginia, memperlihatkan ribuan balon yang dilepaskan di atas kapal sebagai bagian dari upaya teknis untuk mengangkat kapal tersebut.

“Korea Utara tampaknya berupaya mengangkat kapal perusak mereka dengan metode yang terinspirasi oleh film Pixar tahun 2009, Up. Perhatikan banyaknya balon di udara di atas kapal perusak itu,” tulis Eveleth di akun X-nya.

Balon-balon ini diyakini membantu memberikan daya angkat tambahan agar kapal yang beratnya mencapai 5.000 ton dapat kembali tegak dan tidak tenggelam lebih jauh. Metode ini unik dan belum pernah terlihat dalam operasi penyelamatan kapal militer skala besar sebelumnya, sehingga menarik perhatian pengamat internasional.

Klaim dan Keraguan dari Berbagai Pihak

Media pemerintah Korea Utara, KCNA, menanggapi insiden ini dengan menyatakan bahwa kerusakan kapal tidak separah yang telah dilaporkan oleh media luar negeri. Mereka juga memastikan bahwa upaya pemompaan air dari ruang yang terendam sedang dilakukan secara aktif di bawah pengawasan dan bimbingan teknis dari para ahli.

“Di lokasi kecelakaan peluncuran kapal perusak, pekerjaan untuk memulihkan keseimbangan kapal perang secara menyeluruh sedang dilakukan secara aktif di bawah bimbingan teknis dari kelompok ahli sesuai dengan jadwalnya,” tulis KCNA.

Namun, sejumlah analis Barat meragukan kemampuan Korea Utara untuk memenuhi jadwal pemulihan yang ditetapkan, yakni dalam waktu 10 hari. Mereka menilai kerusakan yang dialami kapal kemungkinan besar lebih parah dan memerlukan waktu lebih lama untuk pulih sepenuhnya.

Jennifer Jun, analis citra dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), mengingatkan bahwa ada faktor politik yang membuat laporan dari pihak Korea Utara bisa jadi terlalu optimistis.

“Bahkan jika Korea Utara berhasil meluruskan kapal dalam ‘10 hari’, memulihkan kemampuan aslinya hampir pasti akan memakan waktu lebih lama. Saya juga akan lalai jika tidak menyebutkan bahwa mengingat taruhan politik, mereka yang bertanggung jawab untuk melaporkan hal ini kepada Kim Jong-un memiliki insentif yang kuat untuk mengecilkan tingkat kerusakan,” ujar Jennifer Jun kepada The War Zone.

Penahanan Pejabat yang Bertanggung Jawab

Menanggapi insiden ini, media pemerintah Korea Utara melaporkan bahwa pihak berwenang telah melakukan penyelidikan menyeluruh untuk mengungkap penyebab kecelakaan yang disebut tidak dapat ditoleransi dan tidak seharusnya terjadi. Ri Hyong Son, Wakil Direktur Departemen Industri Amunisi Partai Buruh yang berkuasa, telah ditahan karena dianggap “sangat bertanggung jawab” atas kejadian tersebut.

Langkah penahanan ini menunjukkan tekanan besar yang dirasakan oleh rezim atas kegagalan dalam proyek kapal perang yang dinilai strategis. Hal ini sekaligus menjadi peringatan bagi pejabat lain agar lebih berhati-hati dalam melaksanakan tugasnya, khususnya proyek-proyek militer penting.

Simbol Kekuatan yang Perlu Pulih Cepat

Kapal perusak berpeluru kendali ini sangat penting bagi Korea Utara dalam upayanya memperkuat kemampuan angkatan laut. Dengan menggunakan kapal berukuran besar dan teknologi baru, Korea Utara berharap dapat meningkatkan posisi tawarnya di kawasan Asia Timur yang penuh ketegangan militer.

Kendati mengalami insiden memalukan, upaya penyelamatan dengan balon ini menunjukkan semangat inovasi dan kerja keras dari para teknisi dan petugas militer Korea Utara. Mereka berjuang keras agar kapal tersebut dapat kembali beroperasi dalam waktu dekat, demi mempertahankan wajah dan prestise nasional.

Insiden kapal perang Korea Utara yang hampir tenggelam dan upaya penyelamatan dengan metode balon menjadi perhatian global karena menunjukkan kombinasi antara tantangan teknis dan tekanan politik di balik pembangunan kapal militer baru. Meskipun masih banyak keraguan, upaya Korea Utara menegakkan kapal dengan cara yang kreatif ini tetap menjadi bukti komitmen mereka terhadap modernisasi angkatan laut.

Seiring proses penyelamatan yang berlangsung, dunia akan terus memantau bagaimana Korea Utara menghadapi krisis ini, baik dari sisi teknis maupun politik. Pengalaman ini juga bisa menjadi pelajaran berharga bagi negara lain dalam mengelola proyek-proyek militer besar yang penuh risiko.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index