JAKARTA – Bank Indonesia (BI) kembali mengambil langkah strategis dengan menurunkan suku bunga acuan (BI-Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 5,5 persen. Kebijakan ini direspons positif oleh berbagai pihak, khususnya oleh Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait, yang menilai keputusan BI tersebut akan memberikan dampak positif signifikan bagi pertumbuhan sektor perumahan nasional.
“Pasti berdampak positif,” ujar Ara, sapaan akrab Maruarar Sirait, saat ditemui di Jakarta. Ia menilai penurunan suku bunga ini akan menjadi stimulus penting untuk mendorong permintaan dan investasi di sektor properti, yang merupakan salah satu pilar penggerak ekonomi nasional.
BI Turunkan Suku Bunga Acuan: Kebijakan Proaktif untuk Stabilitas dan Pertumbuhan
Penurunan BI-Rate menjadi 5,5 persen ini merupakan bagian dari rangkaian kebijakan moneter Bank Indonesia yang bertujuan untuk menjaga inflasi tetap rendah dan stabil. Target inflasi nasional untuk tahun 2025 dan 2026 diperkirakan berada pada kisaran 2,5±1 persen, dan langkah ini dinilai sejalan dengan proyeksi tersebut.
Selain memangkas suku bunga acuan, BI juga menurunkan suku bunga fasilitas deposit menjadi 4,75 persen dan suku bunga lending facility menjadi 6,25 persen. Penyesuaian ini diambil untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah berdasarkan fundamental ekonomi Indonesia, sekaligus tetap memberikan ruang bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Gubernur Bank Indonesia dalam keterangannya menyatakan bahwa kebijakan moneter akan terus diarahkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan inflasi yang sesuai sasaran. Sementara itu, ruang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi juga tetap diperhitungkan dengan mempertimbangkan dinamika global maupun domestik yang terus berkembang.
Dampak Positif bagi Sektor Perumahan: Dorongan untuk Pertumbuhan Ekonomi
Menteri PKP Maruarar Sirait menyampaikan bahwa pelonggaran suku bunga oleh Bank Indonesia merupakan kabar baik bagi sektor perumahan yang sempat melambat akibat tekanan suku bunga tinggi dan kondisi ekonomi global yang tidak menentu.
“Dengan adanya penurunan suku bunga, BI aware dengan situasi sekarang. Jadi ini langkah yang bijak dari BI,” tegas Ara. Ia menambahkan, keputusan BI tersebut memberikan dorongan positif bagi Kementerian PKP untuk terus menjalankan kebijakan yang pro rakyat, terutama dalam menyediakan rumah terjangkau dan meningkatkan akses perumahan bagi masyarakat luas.
Menurut Ara, sektor perumahan tidak hanya berperan sebagai kebutuhan primer, tetapi juga sebagai penggerak ekonomi yang mampu menciptakan lapangan kerja dan mendorong berbagai sektor terkait seperti bahan bangunan, konstruksi, hingga jasa keuangan.
Penurunan Suku Bunga Kredit Diharapkan Dongkrak Permintaan Properti
Sejalan dengan penurunan BI-Rate, Bank Indonesia juga mengantisipasi penurunan suku bunga kredit perbankan yang biasanya mengikuti kebijakan suku bunga acuan. Hal ini akan meringankan beban masyarakat yang ingin membeli rumah secara kredit (KPR).
Berdasarkan laporan BI, bank-bank baru akan mulai menurunkan suku bunga kredit satu tahun setelah penurunan BI-Rate diumumkan. Penurunan suku bunga kredit ini menjadi faktor kunci dalam mendorong pertumbuhan sektor perumahan dan mempercepat pemulihan ekonomi pasca pandemi.
Kebijakan Makroprudensial Akomodatif untuk Percepat Pertumbuhan Kredit
Selain penurunan suku bunga, Bank Indonesia juga mengoptimalkan kebijakan makroprudensial yang bersifat akomodatif. Kebijakan ini bertujuan memberikan ruang bagi bank untuk meningkatkan likuiditas dan mendorong pertumbuhan kredit.
BI akan mendorong fleksibilitas likuiditas perbankan sehingga sektor perbankan dapat memberikan dukungan yang lebih besar kepada segmen ekonomi produktif, termasuk pembiayaan perumahan.
“Kebijakan makroprudensial akomodatif yang kami jalankan akan mempercepat pertumbuhan kredit, khususnya di sektor perumahan, sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” kata perwakilan BI dalam konferensi pers terbaru.
Tantangan dan Prospek Sektor Perumahan di Tahun 2025
Meski optimisme tinggi menyambut penurunan suku bunga, Menteri PKP Maruarar Sirait juga mengingatkan bahwa sektor perumahan menghadapi sejumlah tantangan. Antara lain, fluktuasi harga bahan bangunan, ketersediaan lahan, dan daya beli masyarakat yang masih perlu terus diperkuat.
“Kami terus berupaya mengatasi hambatan-hambatan tersebut dengan berbagai program perumahan rakyat dan kemudahan pembiayaan. Penurunan suku bunga ini tentu saja akan membantu mendorong investasi di sektor ini,” ujar Ara.
Selain itu, pemerintah melalui Kementerian PKP juga fokus pada pengembangan rumah bersubsidi dan program rumah khusus untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) agar lebih banyak rakyat yang dapat memiliki hunian layak.
Sinergi Kebijakan Bank Indonesia dan Kementerian PKP untuk Masyarakat
Penurunan suku bunga ini sekaligus menguatkan sinergi antara kebijakan moneter Bank Indonesia dengan kebijakan sektor perumahan dari Kementerian PKP. Ara menegaskan bahwa koordinasi yang erat antara kedua institusi sangat diperlukan untuk menciptakan ekosistem properti yang sehat dan berkelanjutan.
“Kami sangat mengapresiasi kebijakan BI yang mendukung pertumbuhan ekonomi secara umum dan sektor perumahan secara khusus. Ini menjadi momentum bagi kami untuk memperkuat program perumahan yang terjangkau dan berkualitas bagi masyarakat,” ujar Maruarar Sirait.
Momentum Positif untuk Kebangkitan Sektor Properti Nasional
Dengan langkah Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan dan melonggarkan kebijakan makroprudensial, sektor perumahan diprediksi akan mengalami akselerasi pertumbuhan yang signifikan pada 2025. Penurunan biaya pembiayaan ini diyakini akan menggenjot permintaan rumah serta meningkatkan daya beli masyarakat.
Menteri PKP Maruarar Sirait optimistis bahwa kebijakan ini sejalan dengan upaya pemerintah dalam mewujudkan rumah layak huni bagi seluruh lapisan masyarakat sekaligus mendorong perekonomian nasional yang lebih kuat dan inklusif.
Penurunan suku bunga oleh BI bukan hanya soal angka, melainkan sebuah sinyal kuat bahwa Indonesia siap melangkah menuju pertumbuhan ekonomi yang lebih berkelanjutan, dengan sektor perumahan sebagai salah satu motor penggeraknya.