Olahraga

Olahraga Rutin Bantu Lansia Cegah Mengompol, Ini Tips Lengkap dari Dokter

Olahraga Rutin Bantu Lansia Cegah Mengompol, Ini Tips Lengkap dari Dokter
Olahraga Rutin Bantu Lansia Cegah Mengompol, Ini Tips Lengkap dari Dokter

JAKARTA — Masalah mengompol atau inkontinensia urine masih sering dianggap sebagai bagian dari proses penuaan yang wajar. Padahal, menurut para ahli, kondisi ini bukan sesuatu yang tidak bisa dicegah. Dengan pendekatan yang tepat, termasuk aktivitas fisik dan perubahan gaya hidup, lansia bisa hidup lebih nyaman tanpa terganggu masalah mengompol.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Geriatri dari RS Hermina Bekasi, dr. Ika Fitriana, SpPD-KGer, menjelaskan bahwa menjaga kekuatan otot, terutama di sekitar panggul dan pinggang, merupakan kunci utama untuk mengatasi dan mencegah inkontinensia urine.

“Tidak hanya panggul ya, tapi otot yang membawa ke pinggangnya juga. Aktivitas fisik ini bisa dalam bentuk olahraga atau kegiatan menyenangkan yang memang fokus pada otot panggul,” ujar dr. Ika dalam diskusi media.

Senam Kegel dan Latihan Pelvic Floor Jadi Andalan

Salah satu jenis latihan yang sangat dianjurkan untuk lansia adalah latihan otot dasar panggul, atau yang lebih dikenal dengan senam Kegel. Latihan ini melibatkan pengencangan dan pelepasan otot-otot panggul secara berulang untuk memperkuat kemampuan menahan urine.

“Sampai tua pun harus tetap beraktivitas fisik, ini memperkuat otot, termasuk otot ketangguhan,” tambah dr. Ika.

Senam Kegel dikenal efektif dalam memperkuat otot-otot yang mengontrol kandung kemih. Latihan ini bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja, bahkan dalam posisi duduk atau berbaring, sehingga cocok bagi lansia dengan mobilitas terbatas.

Selain senam Kegel, aktivitas lain seperti yoga ringan, jalan kaki, dan latihan keseimbangan juga bisa membantu menjaga kesehatan otot panggul dan menstimulasi sistem saraf yang mengatur fungsi kandung kemih.

Waspadai Minuman Pemicu Inkontinensia

Faktor gaya hidup, khususnya pola konsumsi cairan, juga berperan besar dalam mencegah inkontinensia. Beberapa jenis minuman seperti kopi, teh, cokelat, minuman bersoda, dan minuman asam dapat meningkatkan frekuensi buang air kecil dan memperburuk kondisi inkontinensia.

“Minuman seperti kopi, teh, soda, atau yang asam sebaiknya dihindari terutama kalau sudah ada kecenderungan mengompol,” ungkap dr. Ika.

Lebih lanjut, waktu konsumsi juga perlu diperhatikan. Mengonsumsi minuman yang bersifat diuretik pada malam hari bisa memicu gangguan tidur akibat keinginan berkemih yang meningkat.

“Kalau ngopi malam hari, bisa bikin malamnya terganggu karena harus bolak-balik ke WC, bahkan sampai mengompol,” tambahnya.

Peran Keluarga dan Kesehatan Mental Lansia

Masalah mengompol pada lansia tidak hanya berkaitan dengan kondisi fisik, tetapi juga bisa dipicu oleh faktor psikologis dan gangguan fungsi otak. Penderita demensia, misalnya, kerap kehilangan sinyal antara kandung kemih dan otak, sehingga tidak menyadari dorongan untuk buang air kecil.

Dalam kasus seperti ini, penerapan metode time voiding sangat disarankan. Metode ini melibatkan rutinitas buang air kecil secara terjadwal, misalnya setiap dua atau tiga jam sekali, agar tidak sampai terjadi kebocoran urine.

“Kalau udah nggak bisa lagi kontrol, kita gunakan cara time voiding. Jadi, pipisnya dijadwal, sebelum mengompol orang tuanya sudah kita bawa ke kamar mandi,” jelas dr. Ika.

Tak jarang, lansia merasa malu atau enggan membicarakan masalah mengompol, sehingga keluarga perlu lebih peka dan memberikan dukungan. Bau tidak sedap di tempat tidur, keengganan minum air, serta gangguan tidur bisa menjadi tanda-tanda awal inkontinensia yang perlu diwaspadai.

“Tanpa dukungan keluarga, mengompol bisa jadi nggak ketahuan. Karena orang tua malu untuk ngomong, biasanya kita harus lebih peka,” ujarnya.

Pentingnya Pemeriksaan Medis Lanjutan

Mengompol juga bisa menjadi gejala dari kondisi medis lainnya seperti diabetes, penyakit jantung, atau efek samping obat-obatan tertentu yang dikonsumsi lansia. Untuk itu, pemeriksaan medis menyeluruh sangat dianjurkan bila lansia menunjukkan gejala inkontinensia secara berkelanjutan.

“Bisa jadi ada diabetes, karena gejalanya sering pipis. Atau ada penyakit jantung yang bikin minum obat pelancar kencing. Ini harus dikontrol juga,” kata dr. Ika.

Penting bagi dokter untuk memeriksa riwayat kesehatan lengkap dan pengobatan yang sedang dijalani lansia. Dengan begitu, strategi penanganan inkontinensia bisa disesuaikan secara individual, baik melalui perubahan gaya hidup, intervensi medis, hingga pemantauan kondisi secara berkala.

Mengompol pada Lansia Bisa Dicegah, Bukan Takdir

Mengompol pada lansia bukanlah sesuatu yang harus diterima begitu saja sebagai bagian dari proses menua. Dengan kombinasi antara olahraga teratur, pola makan dan minum yang sehat, serta dukungan emosional dari keluarga, lansia bisa tetap menikmati kualitas hidup yang baik tanpa gangguan inkontinensia.

Keluarga memiliki peran penting dalam mendampingi, memahami, dan membantu lansia menjalani kebiasaan baru yang lebih sehat. Edukasi dan empati menjadi kunci dalam mendeteksi serta menangani masalah inkontinensia secara dini dan efektif.

Jadi, mari ubah paradigma bahwa mengompol adalah hal biasa. Dengan langkah pencegahan yang tepat, lansia bisa tetap aktif, sehat, dan percaya diri dalam menjalani masa tuanya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index