JAKARTA - Bursa saham Asia pagi ini, Rabu 28 Mei 2025, dibuka menguat, melanjutkan tren positif yang terjadi pada sesi penutupan bursa utama di Eropa dan Wall Street. Kondisi ini menandakan optimisme investor terhadap prospek ekonomi global, meski mereka tetap waspada terhadap rilis data dan keputusan kebijakan moneter yang dinantikan hari ini.
Kinerja Positif Bursa Asia pada Awal Perdagangan
Melansir dari CNBC, indeks ASX 200 Australia menguat sebesar 0,21 persen pada pembukaan dan terus naik 0,36 persen menjadi 8.437,5 poin, meningkat 29,9 poin. Di Korea Selatan, indeks Kospi dibuka naik 0,65 persen dan berlanjut melonjak 1,69 persen ke level 2.681,92. Indeks Kosdaq juga mengalami kenaikan sebesar 0,53 persen.
Sementara itu, di Jepang, indeks Nikkei 225 naik signifikan 0,86 persen atau 324,94 poin ke posisi 38.049,05, setelah dibuka melaju 1,06 persen. Indeks Topix juga meningkat 0,88 persen. Kondisi ini menunjukkan adanya sentimen positif di pasar saham Asia.
Pergerakan IHSG dan Potensi Kenaikan Terbatas
Meski bursa Asia secara umum menguat, ETF saham Indonesia, yaitu iShares MSCI Indonesia ETF (EIDO), yang diperdagangkan di New York Stock Exchange justru melemah 0,78 persen ke harga 19,04 dolar AS. Bursa Efek Indonesia (BEI) sendiri akan libur pada Kamis, 29 Mei 2025, untuk memperingati Hari Kenaikan Yesus Kristus, sehingga perdagangan hari ini menjadi sesi terakhir di bulan Mei.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan ditutup menguat tipis 0,15 persen di posisi 7.198. Namun, beberapa analis memperkirakan pergerakan IHSG hari ini masih berpotensi melanjutkan kenaikan terbatas. Di sisi lain, ada risiko berbalik melemah akibat aksi ambil untung menjelang libur panjang.
“Secara teknikal, IHSG rawan berbalik terkoreksi ke bawah level 7.150 dengan peluang rebound ke level 7.200,” ujar seorang analis pasar modal yang dikutip dari sumber terpercaya.
Fokus Investor pada Data Inflasi dan Kebijakan Moneter
Investor saat ini menantikan laporan indeks harga konsumen (CPI) Australia yang akan dirilis hari ini. Data inflasi tersebut menjadi salah satu indikator utama yang akan menentukan arah kebijakan suku bunga Bank Sentral Australia. Selain itu, Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) juga dijadwalkan merilis pernyataan kebijakan moneternya, yang diprediksi akan berpengaruh pada sentimen pasar di kawasan Asia-Pasifik.
Rilis data dan kebijakan ini menjadi momen krusial bagi para investor untuk menyesuaikan strategi investasi mereka dalam menghadapi kondisi pasar yang masih penuh ketidakpastian akibat dinamika global.
Sentimen Pasar Global dan Risiko yang Perlu Diwaspadai
Kondisi pasar global yang relatif stabil turut mendukung penguatan bursa saham Asia. Namun, pelaku pasar tetap mewaspadai risiko-risiko seperti ketegangan geopolitik, fluktuasi harga komoditas, serta tekanan inflasi yang masih menjadi perhatian utama. Hal ini membuat volatilitas pasar masih tinggi dan investor cenderung mengambil langkah berhati-hati.
Pelaku pasar juga memperhatikan potensi masuknya modal asing yang dapat menjadi katalis positif bagi indeks saham di Asia, termasuk Indonesia. Namun, sikap waspada tetap harus dipegang untuk mengantisipasi kemungkinan koreksi pasar.
Gambaran Indeks Saham Asia Pagi Ini
Berikut adalah gambaran singkat beberapa indeks utama di bursa saham Asia pagi ini:
ASX 200 Australia: Menguat 0,36 persen ke 8.437,5 poin
Kospi Korea Selatan: Melonjak 1,69 persen ke 2.681,92 poin
Kosdaq Korea Selatan: Naik 0,53 persen
Nikkei 225 Jepang: Menguat 0,86 persen ke 38.049,05 poin
Topix Jepang: Naik 0,88 persen
Optimisme Tumbuh, Namun Investor Tetap Waspada
Bursa saham Asia pagi ini menunjukkan optimisme yang cukup kuat, ditunjukkan dengan kenaikan di berbagai indeks utama. Sentimen positif didukung oleh ekspektasi rilis data ekonomi Australia dan pernyataan kebijakan moneter Selandia Baru yang akan memberikan arah baru bagi pasar.
Namun, di tengah momentum penguatan ini, pelaku pasar harus tetap waspada dengan risiko koreksi terutama menjelang libur panjang dan potensi aksi ambil untung. Di Indonesia, IHSG diprediksi bergerak terbatas dengan peluang kenaikan yang moderat.
Investor disarankan untuk terus memantau perkembangan data ekonomi dan kebijakan bank sentral agar bisa mengambil keputusan investasi yang tepat dan optimal di tengah dinamika pasar global yang cepat berubah.
“Secara teknikal, IHSG rawan berbalik terkoreksi ke bawah level 7.150 dengan peluang rebound ke level 7.200,” ujar analis pasar modal yang memantau pergerakan indeks.