JAKARTA – Harga minyak mentah menguat lebih dari 1% pada perdagangan, seiring dengan meningkatnya kekhawatiran mengenai pasokan global. Penguatan ini dipicu oleh keputusan OPEC untuk mempertahankan kebijakan produksi minyak mereka dan larangan ekspor minyak Venezuela oleh pemerintah Amerika Serikat yang berdampak pada perusahaan Chevron.
Pada perdagangan hari itu, harga minyak mentah jenis Brent tercatat naik 81 sen atau 1,26%, ditutup pada level US$64,90 per barel, sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 95 sen atau 1,56%, berada di posisi US$61,84 per barel. Meskipun sebelumnya investor mengharapkan adanya keputusan peningkatan produksi oleh kelompok produsen minyak OPEC+, keputusan untuk tidak mengubah kebijakan produksi menciptakan ketidakpastian yang cukup besar di pasar.
Keputusan OPEC+: Tidak Ada Perubahan Kebijakan Produksi
Dalam pertemuan terbarunya, OPEC+, yang terdiri dari negara-negara penghasil minyak terbesar dunia, memutuskan untuk tidak mengubah kebijakan produksi mereka. Kelompok ini lebih fokus pada penetapan mekanisme patokan produksi yang berlaku hingga tahun 2027, sebuah keputusan yang dinilai akan memiliki dampak jangka panjang terhadap pasar energi global.
Bob Yawger, Direktur Pasar Energi Berjangka di Mizuho, menyatakan bahwa sebagian besar negara produsen minyak dalam pertemuan OPEC+ tersebut tidak memiliki kapasitas produksi yang cukup untuk menambah pasokan minyak secara signifikan. "Mereka berharap untuk memperlambat laju kenaikan produksi dan menghentikan tekanan terhadap harga, namun hasilnya belum seperti yang diharapkan," jelas Yawger, menggarisbawahi ketidakseimbangan antara permintaan dan kapasitas produksi yang ada.
Pasar kini berfokus pada keputusan OPEC+ selanjutnya, yang direncanakan pada pertemuan Sabtu mendatang. Delapan negara anggota OPEC+ dijadwalkan untuk kembali membahas potensi kenaikan produksi minyak pada bulan Juli. Meskipun demikian, analis dari Goldman Sachs memperkirakan bahwa produksi minyak OPEC+ akan tetap stabil setelah kenaikan yang terbatas tersebut.
"Risiko terhadap proyeksi pasokan OPEC+ cenderung meningkat, terutama jika kepatuhan terhadap kuota produksi tidak membaik atau jika permintaan global melonjak lebih tinggi dari perkiraan," ungkap para analis Goldman Sachs, menekankan ketidakpastian yang melingkupi dinamika pasar energi global.
Kekhawatiran Pasokan Memuncak: Larangan Ekspor Minyak Venezuela oleh AS
Selain ketidakpastian mengenai keputusan OPEC+, pasar minyak juga dilanda kekhawatiran yang semakin memuncak terkait pasokan global. Salah satu faktor yang memengaruhi adalah larangan ekspor minyak mentah Venezuela yang diterapkan oleh pemerintah AS terhadap perusahaan minyak Chevron. Meskipun Chevron tetap mempertahankan sejumlah staf di Venezuela, keputusan untuk menghentikan kontrak produksi dan layanan migas ini memicu kekhawatiran lebih lanjut tentang ketergantungan pasar pada pasokan minyak dari negara-negara yang memiliki cadangan besar seperti Venezuela.
Langkah ini menjadi perhatian utama para pelaku pasar karena Venezuela, yang memiliki cadangan minyak terbesar di dunia, kini menghadapi kesulitan besar dalam produksi dan ekspor minyak akibat sanksi internasional. Meskipun ekspor minyak dari Venezuela ke pasar global telah berkurang tajam dalam beberapa tahun terakhir, keputusan baru dari pemerintah AS semakin menambah ketegangan dan mendorong harga minyak naik dalam dua sesi perdagangan terakhir.
Permintaan Musim Panas dan Potensi Gangguan Pasokan Global
Di sisi lain, permintaan bahan bakar diprediksi akan meningkat tajam pada musim panas yang akan datang, yang biasanya menjadi pendorong utama harga minyak. Pada saat yang sama, produksi minyak di luar OPEC+ diperkirakan akan tetap datar selama paruh pertama tahun ini, yang berarti pasokan dari negara-negara penghasil minyak utama selain OPEC+ tidak akan banyak berubah.
Namun, pasar minyak juga dihadapkan pada risiko lain yang dapat mengguncang pasokan global. Kebakaran hutan di Kanada, yang telah mengganggu operasi industri minyak di negara tersebut, menambah ketidakpastian pasokan minyak global. Kanada adalah salah satu produsen minyak terbesar di dunia, dan gangguan terhadap produksi minyak pasir bitumen yang terjadi di provinsi Alberta berpotensi menambah kekurangan pasokan di pasar.
Kepala strategi energi global di Standard Chartered, Ehsan Khoman, mengungkapkan, "Risiko gangguan pasokan semakin meningkat dengan adanya kebakaran hutan yang mengancam produksi minyak di Kanada. Ini bisa semakin memperburuk ketegangan pasokan yang sudah ada."
Perdagangan Global dan Hubungan AS-Iran: Faktor Pendukung Harga Minyak
Selain faktor-faktor pasokan yang langsung, pasar juga memantau perkembangan perdagangan global dan hubungan antara Amerika Serikat dengan Iran. Dalam hal ini, ada harapan bahwa jika perundingan perdagangan antara kedua negara berhasil, hal tersebut bisa memberikan dampak positif terhadap harga minyak.
Mohammad Eslami, kepala badan nuklir Iran, baru-baru ini menyatakan bahwa pihaknya mungkin akan mengizinkan inspeksi oleh AS jika negosiasi antara kedua negara berkembang dengan baik. Ini mengarah pada kemungkinan bahwa kesepakatan baru dapat memengaruhi pasokan minyak Iran ke pasar global, yang akan berdampak pada harga minyak internasional.
"Kami mungkin bisa memberikan izin untuk inspeksi oleh AS jika negosiasi kami dengan Washington berhasil. Hal ini bisa membuka peluang untuk mengatasi ketegangan yang ada dalam perdagangan energi global," ujar Eslami.
Penurunan Stok Minyak AS Tambah Perhatian Pasar
Selain faktor produksi dan kebijakan internasional, data terbaru dari American Petroleum Institute (API) juga turut memengaruhi pergerakan harga minyak. API melaporkan bahwa stok minyak mentah AS turun 4,24 juta barel dalam sepekan terakhir, sebuah penurunan yang jauh lebih besar dari yang diperkirakan pasar.
Pelaku pasar kini menantikan laporan resmi pemerintah AS, yang dijadwalkan akan dirilis pada Kamis, 29 Mei 2025. Jika laporan tersebut menunjukkan penurunan lebih lanjut dalam stok minyak AS, ini bisa memperkuat tren kenaikan harga minyak yang sudah terlihat dalam beberapa hari terakhir.
Pasar Minyak Menanti Kepastian Produksi dan Perkembangan Geopolitik
Harga minyak mentah yang menguat lebih dari 1% mencerminkan ketidakpastian besar yang melanda pasar global. Keputusan OPEC+ untuk mempertahankan kebijakan produksi yang ada, ditambah dengan kekhawatiran mengenai pasokan akibat larangan ekspor minyak Venezuela dan gangguan di Kanada, menciptakan suasana ketidakpastian yang mendalam.
Pasar minyak kini menantikan keputusan OPEC+ yang akan datang mengenai potensi kenaikan produksi pada Juli, serta dampak dari hubungan geopolitik internasional, terutama yang melibatkan AS dan Iran. Dengan permintaan yang diperkirakan akan meningkat pada musim panas dan gangguan pasokan yang terus terjadi, harga minyak diprediksi akan tetap volatile dalam waktu dekat.