JAKARTA – Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, penggunaan gadget di kalangan anak-anak menjadi fenomena yang tak bisa dihindari. Meski membawa berbagai manfaat edukatif dan hiburan, penggunaan perangkat digital secara berlebihan justru mengancam tumbuh kembang anak. Pakar pendidikan anak mengingatkan pentingnya pola asuh digital yang tepat agar anak tidak terjebak dalam kecanduan gawai dan tetap seimbang antara dunia virtual dan realitas sosial.
Dalam wawancara dengan sejumlah praktisi pendidikan dan psikolog anak, ditemukan bahwa gadget telah menjadi bagian integral dari keseharian anak sejak usia dini. Namun, tanpa pengawasan dan pendampingan yang cermat, gadget bisa menimbulkan dampak negatif jangka panjang seperti penurunan kemampuan empati, gangguan interaksi sosial, bahkan potensi masalah kesehatan mental.
“Orang tua tidak bisa hanya berkata ‘jangan main HP terus’. Harus ada strategi pengasuhan yang penuh kasih sayang, konsisten, dan berwawasan digital,” kata dr. Indah Puspitasari, M.Psi., psikolog anak dan keluarga dari Lembaga Psikologi Terapan Nusantara, Kamis 26 Juni 2025.
Dampak Negatif Gadget Jika Tidak Diawasi
Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), lebih dari 62% anak di bawah usia 12 tahun di Indonesia menggunakan gadget lebih dari 4 jam sehari. Mayoritas penggunaan dilakukan tanpa pendampingan orang tua dan tidak ada batasan waktu yang jelas.
Hal ini menimbulkan berbagai dampak seperti:
- Kesulitan bersosialisasi secara langsung
- Penurunan kemampuan empati
- Kecanduan gim atau konten tidak edukatif
- Gangguan tidur dan konsentrasi
- Ketergantungan terhadap validasi digital (likes, komentar, dll)
“Anak-anak kehilangan kepekaan sosial karena lebih banyak berinteraksi dengan layar dibandingkan dengan orang lain di dunia nyata,” ujar dr. Indah.
7 Pola Asuh Digital Praktis untuk Orang Tua
Agar anak tetap tumbuh optimal di era digital, berikut adalah 7 pola asuh cerdas yang disarankan pakar:
1. Tetapkan Batasan Waktu Penggunaan Gadget
Tentukan waktu khusus untuk anak menggunakan gadget, misalnya maksimal 1-2 jam per hari di luar waktu belajar. Gunakan aplikasi kontrol orang tua (parental control) untuk memantau durasi dan jenis konten yang dikonsumsi.
“Anak perlu belajar disiplin digital. Batasi durasi layar dan buat jadwal yang konsisten,” kata Indah.
2. Dampingi Saat Anak Menggunakan Gadget
Orang tua disarankan untuk selalu hadir atau mendampingi saat anak menonton video atau bermain aplikasi. Hal ini penting untuk memastikan konten yang dikonsumsi aman, edukatif, dan sesuai usia.
3. Jadwalkan Waktu Bebas Gadget
Sediakan waktu bebas gadget, seperti saat makan bersama, sebelum tidur, atau saat bermain di luar rumah. Waktu tanpa layar membantu anak lebih fokus membangun relasi dan meningkatkan kesehatan emosional.
4. Berikan Contoh Positif
Anak meniru apa yang dilakukan orang tua. Oleh karena itu, hindari terlalu sering memegang ponsel di depan anak, terutama saat sedang bersama mereka. Tunjukkan bahwa dunia nyata lebih menarik dan bermakna.
5. Arahkan ke Konten Edukatif
Jika anak menggunakan gadget, pastikan ia mengakses aplikasi edukatif, cerita anak, atau video pembelajaran yang interaktif. Ajak anak berdiskusi setelah menonton untuk memperdalam pemahaman dan membangun komunikasi dua arah.
6. Dorong Aktivitas Fisik dan Sosial
Gadget tak boleh menggantikan aktivitas fisik dan sosialisasi. Ajak anak bermain di luar, berolahraga ringan, atau berinteraksi dengan teman sebaya. Ini membantu mengembangkan kecakapan sosial dan motorik anak.
7. Diskusikan Etika dan Bahaya Dunia Maya
Ajarkan anak mengenai etika digital, termasuk pentingnya menjaga privasi, tidak berbagi informasi pribadi sembarangan, serta mengenali konten negatif atau hoaks. Ini membentuk karakter anak sebagai pengguna internet yang cerdas dan bertanggung jawab.
Peran Sekolah dan Komunitas dalam Literasi Digital
Tak hanya orang tua, sekolah dan komunitas juga perlu terlibat aktif dalam membentuk literasi digital sejak dini. Kurikulum pendidikan sudah mulai mengintegrasikan pendidikan digital, tetapi masih perlu diperkuat dalam praktik sehari-hari.
“Kolaborasi sekolah dan orang tua menjadi kunci utama. Orang tua tidak bisa menyerahkan semua pada sekolah, begitu juga sebaliknya,” ujar Yulita Nurhayati, Kepala Sekolah SD Digital Cendekia, Jakarta.
Beberapa sekolah kini sudah menjalankan program edukasi digital dan pelatihan bagi orang tua, seperti workshop tentang cara mengatur parental control, mengenali aplikasi aman untuk anak, dan tips mendampingi belajar daring.
Memanfaatkan Teknologi dengan Bijak
Gadget bukanlah musuh jika digunakan secara bijak, terarah, dan proporsional. Sebaliknya, perangkat digital bisa menjadi alat bantu yang sangat berguna dalam mendidik dan membangun kreativitas anak jika penggunaannya dikelola dengan benar.
“Teknologi itu netral. Yang membuatnya berdampak positif atau negatif adalah bagaimana kita memanfaatkannya,” tutup Indah.
Jadilah Orang Tua Digital yang Adaptif dan Peduli
Mengasuh anak di era digital memang penuh tantangan, namun juga membuka peluang baru untuk membentuk karakter dan kecerdasan anak secara lebih dinamis. Dengan menerapkan pola asuh yang penuh cinta, tegas namun fleksibel, serta memanfaatkan teknologi dengan bijak, anak-anak Indonesia bisa tumbuh menjadi generasi yang cerdas digital, beretika, dan tetap berempati di tengah gelombang kemajuan zaman.