MINYAK

Harga Minyak Stabil, Optimisme Tumbuh di Tengah Kenaikan Produksi

Harga Minyak Stabil, Optimisme Tumbuh di Tengah Kenaikan Produksi
Harga Minyak Stabil, Optimisme Tumbuh di Tengah Kenaikan Produksi

JAKARTA — Harga minyak dunia mencatat kenaikan tipis pada penutupan perdagangan, setelah sempat tertekan akibat laporan rencana Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) untuk meningkatkan produksi pada Agustus mendatang.

Laporan mengenai potensi kenaikan pasokan minyak tersebut sempat mengguncang pasar di pertengahan sesi perdagangan, sebelum akhirnya harga kembali menguat menjelang penutupan.

Berdasarkan data terkini, harga minyak mentah Brent ditutup naik ke level US$67,77 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,4% menjadi US$65,52 per barel. Kenaikan ini terjadi setelah OPEC+ mengumumkan rencana untuk menambah produksi sebesar 411.000 barel per hari pada bulan Agustus, melanjutkan peningkatan pasokan yang telah dijadwalkan untuk Juli.

“Begitu laporan tentang rencana kenaikan produksi keluar, harga langsung jatuh,” ujar Phil Flynn, Analis Senior dari Price Futures Group.

Harga Minyak Ditekan Redanya Ketegangan Geopolitik

Sejak awal pekan, harga minyak telah berada dalam tren menurun. Kondisi ini dipicu oleh perkembangan positif di kawasan Timur Tengah, yaitu tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Iran. Sebelumnya, ketegangan kedua negara ini menimbulkan kekhawatiran terhadap potensi gangguan pasokan minyak dari kawasan strategis tersebut.

Dengan adanya gencatan senjata, risiko pasokan global pun menurun, membuat pasar menjadi lebih tenang dan harga minyak mengalami koreksi. Namun demikian, ekspektasi meningkatnya permintaan dalam beberapa bulan mendatang tetap memberikan dukungan terhadap harga.

“Kita mulai melihat adanya premi permintaan pada minyak,” tambah Flynn.

Penurunan Stok dan Rig di Amerika Serikat

Di Amerika Serikat, pasar mencermati penurunan stok minyak mentah dan bahan bakar dalam laporan mingguan terbaru. Penurunan tersebut dipicu oleh meningkatnya aktivitas penyulingan serta permintaan domestik yang lebih tinggi, terutama menjelang musim panas.

Selain itu, jumlah rig minyak dan gas aktif di negara tersebut kembali mengalami penurunan untuk bulan keempat berturut-turut. Rig minyak turun sebanyak enam unit ke posisi 432 rig aktif, merupakan level terendah sejak Oktober. Hal ini menunjukkan adanya kehati-hatian pelaku industri dalam meningkatkan produksi, meski harga tetap stabil.

Kondisi ini menjadi salah satu faktor yang menahan tekanan harga minyak dari rencana penambahan produksi OPEC+. Penurunan jumlah rig berarti pasokan dari produsen non-OPEC, seperti AS, tidak akan meningkat drastis dalam waktu dekat.

China Perkuat Impor Minyak dari Iran

Sementara itu, China konsumen minyak terbesar di dunia  dilaporkan terus mengimpor minyak dari Iran dalam jumlah besar. Berdasarkan data dari perusahaan analitik energi Vortexa, selama periode, China telah membeli lebih dari 1,8 juta barel per hari minyak Iran.

Kilang-kilang independen di China menjadi pihak yang paling aktif dalam menyerap pasokan tersebut. Peningkatan impor ini terjadi di tengah kondisi geopolitik yang sempat memanas, menunjukkan bahwa permintaan dari Asia tetap kuat meski pasar global masih diliputi ketidakpastian.

Langkah China membeli minyak Iran juga mencerminkan kebutuhan negara tersebut untuk mengamankan pasokan energi dengan harga lebih murah, terlebih ketika harga internasional sempat melonjak akibat kekhawatiran geopolitik.

Kenaikan Produksi OPEC+ dan Respons Pasar

Rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi sebanyak 411.000 barel per hari pada Agustus mendatang menjadi bagian dari strategi bertahap untuk menyesuaikan pasokan dengan dinamika pasar. Sebelumnya, OPEC+ telah memulai peningkatan produksi sejak Juli sebagai bagian dari kebijakan relaksasi pengurangan produksi yang sempat dilakukan untuk menstabilkan pasar pasca pandemi.

Namun, analis memperingatkan bahwa langkah ini harus diimbangi dengan pertumbuhan permintaan yang cukup untuk menghindari kelebihan pasokan. Jika tidak, pasar bisa kembali mengalami tekanan harga dalam beberapa bulan ke depan.

Meski demikian, banyak pihak menilai bahwa permintaan global akan terus meningkat seiring pulihnya mobilitas dan aktivitas ekonomi. Musim liburan di belahan bumi utara serta konsumsi energi dari sektor industri akan menjadi pendorong utama permintaan minyak.

Pasar Masih Rentan terhadap Faktor Eksternal

Meskipun harga berhasil naik tipis, sentimen pasar minyak tetap rentan terhadap berbagai faktor eksternal, termasuk keputusan kebijakan moneter di negara-negara besar, kondisi perekonomian global, serta dinamika geopolitik.

Langkah OPEC+ akan terus menjadi perhatian pasar, terlebih jika rencana penambahan produksi ternyata tidak diiringi oleh respons pasar yang proporsional. Di sisi lain, pengurangan produksi di Amerika Serikat dan peningkatan impor oleh negara-negara seperti China dapat membantu menyeimbangkan pasar.

Untuk saat ini, harga minyak masih berada dalam kisaran yang relatif stabil, dengan kecenderungan naik moderat seiring pasar menyesuaikan diri terhadap informasi baru mengenai pasokan dan permintaan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index