JAKARTA - Meski energi terbarukan terus berkembang pesat, batu bara tetap menjadi sumber energi dominan di berbagai negara, terutama untuk pembangkit listrik dan industri berat seperti baja dan semen. Ketergantungan pada batu bara ini menjadi tantangan besar bagi upaya transisi energi global menuju penggunaan bahan bakar lebih bersih.
Negara-negara dengan konsumsi batu bara terbesar umumnya adalah negara dengan populasi besar dan aktivitas industri yang masif. Memahami siapa saja pemain utama dalam konsumsi batu bara penting untuk melihat gambaran energi dunia saat ini.
Konsumsi Batu Bara Terbesar: Tiongkok dan India Memimpin
Tiongkok menempati posisi teratas dengan konsumsi mencapai 91,9 exajoule pada 2023, yang merupakan sekitar 56% dari konsumsi global. Lonjakan kebutuhan listrik sebesar 7% pada tahun yang sama banyak dipenuhi melalui pembangkit listrik tenaga batu bara, karena keterbatasan pasokan alternatif seperti energi hidro.
Meskipun perkembangan energi terbarukan makin cepat, pangsa batu bara dalam bauran listrik Tiongkok tetap dominan, sekitar 59% pada 2024. Data dari International Energy Agency (IEA) juga menunjukkan bahwa Asia, terutama Tiongkok dan India, menyumbang lebih dari 80% konsumsi batu bara dunia.
India menempati posisi kedua dengan konsumsi sebesar 22 exajoule di 2023. Pertumbuhan ekonomi yang pesat, pengembangan infrastruktur, dan lonjakan kebutuhan listrik selama gelombang panas memicu peningkatan penggunaan batu bara. Sekitar tiga perempat kapasitas listrik India bergantung pada batu bara, meskipun kapasitas energi terbarukan juga terus bertambah signifikan.
Amerika Serikat dan Jepang: Transisi Meski Masih Tinggi
Amerika Serikat mengonsumsi 8,2 exajoule batu bara di 2023, menjadi salah satu konsumen batu bara terbesar di luar Asia. Namun, tren konsumsi batu bara di AS menurun drastis dalam dua dekade terakhir seiring transisi ke energi bersih dan gas alam. Saat ini, batu bara hanya menyumbang sekitar 9% dari konsumsi energi primer AS, turun jauh dari puncaknya di tahun 1950.
Jepang menempati posisi keempat dengan konsumsi 4,54 exajoule. Batu bara masih menyumbang hampir 29% dari produksi listrik negara ini. Meski begitu, Jepang berencana mengurangi ketergantungan batu bara dengan menutup pembangkit tua dan membatasi pembangunan pembangkit baru tanpa teknologi penangkapan karbon.
Indonesia: Konsumsi Batu Bara dan Tantangan Energi Nasional
Indonesia berada di posisi kelima dunia dengan konsumsi batu bara mencapai 4,32 exajoule pada 2023. Konsumsi domestik batu bara terus meningkat seiring ekspansi pembangkit listrik tenaga uap dan industri pengolahan mineral, termasuk program hilirisasi pertambangan.
Sekitar 48,6% produksi batu bara dialokasikan untuk pasar domestik, termasuk sektor manufaktur, transportasi, dan smelter nikel. Hal ini menempatkan Indonesia tidak hanya sebagai produsen dan eksportir utama batu bara, tetapi juga pasar utama di Asia Tenggara.
Lonjakan konsumsi ini menuntut pemerintah mengatur pasokan agar stabil, terutama di tengah fluktuasi harga dan permintaan ekspor. Namun, tingginya konsumsi dalam negeri menjadi tantangan serius dalam upaya transisi menuju energi yang lebih ramah lingkungan.
Rusia dan Afrika Selatan: Konsumsi Batu Bara yang Masih Signifikan
Rusia menempati peringkat keenam dengan konsumsi 3,83 exajoule di 2023. Meski produksi batu bara masih tinggi, konsumsi domestik mulai bergeser ke gas alam, nuklir, dan energi terbarukan. Pangsa batu bara dalam bauran listrik nasional menurun dari 18% menjadi sekitar 15% pada 2024.
Afrika Selatan berada di posisi ketujuh dengan konsumsi 3,33 exajoule. Batu bara menjadi tulang punggung sistem energi nasional dengan pangsa sekitar 70% dari total energi primer dan 83% dari pembangkit listrik. Pemerintah Afrika Selatan berupaya menambah kapasitas energi terbarukan 20 GW pada 2030 sekaligus menghentikan pembangkit batu bara tua secara bertahap.
Tantangan dan Prospek Konsumsi Batu Bara Dunia
Tiongkok, India, dan Amerika Serikat tetap menjadi tiga konsumen batu bara terbesar dunia, dengan Indonesia masuk lima besar, menegaskan posisinya sebagai negara kunci dalam industri batu bara global.
Tantangan terbesar ke depan adalah bagaimana mengelola konsumsi dan produksi batu bara secara berkelanjutan, di tengah tekanan global untuk beralih ke energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan. Kebijakan dan inovasi teknologi akan sangat menentukan masa depan batu bara dalam bauran energi dunia.