PETANI

Inovasi Petani Lamongan Atasi Cuaca Tak Menentu Saat Tanam

Inovasi Petani Lamongan Atasi Cuaca Tak Menentu Saat Tanam
Inovasi Petani Lamongan Atasi Cuaca Tak Menentu Saat Tanam

JAKARTA - Cuaca yang tidak menentu di musim kemarau basah tahun ini mendorong petani tembakau di Lamongan, Jawa Timur, untuk beradaptasi dengan cara baru dalam bertani. Di tengah ancaman kerugian akibat gagal tanam, mereka menemukan solusi sederhana namun efektif: sistem pot tray.

Musim kemarau yang seharusnya kering kini diwarnai dengan hujan yang masih turun secara sporadis di sejumlah wilayah, termasuk Kabupaten Lamongan. Kondisi ini memunculkan tantangan tersendiri bagi para petani tembakau, khususnya dalam fase awal pertumbuhan tanaman.

Curah hujan yang datang tak terduga menyebabkan bibit tembakau yang biasanya disemai di lahan terbuka menjadi mudah rusak, gagal tumbuh, bahkan mati pada usia dini. Ini tentu menjadi kekhawatiran tersendiri bagi petani yang sangat menggantungkan hasil panennya untuk pendapatan utama keluarga.

Di Desa Kuwurejo, Kecamatan Bluluk, Lamongan, para petani tak tinggal diam. Mereka memilih untuk mengubah pendekatan dalam menanam bibit tembakau, tidak lagi mengandalkan cara lama yang langsung di tanah terbuka, tapi beralih ke media pot tray yang dinilai lebih aman dan terkendali.

Sistem Pot Tray, Langkah Kecil Berdampak Besar

Yoyok, salah satu petani setempat, menjelaskan bahwa dalam kondisi cuaca seperti sekarang ini, cara konvensional menanam tembakau menjadi terlalu berisiko. Penyemaian langsung di lahan terbuka justru sering berakhir pada kerugian akibat tanaman muda yang tidak mampu bertahan.

“Proses penanaman tembakau biasanya diawali dengan penyemaian bibit di lahan terbuka,” kata Yoyok, Rabu, 2 Juli 2025.

Namun kini, setelah bibit disemai dan tumbuh sekitar 25 hari, tanaman tidak langsung dipindah ke lahan tanam. Sebaliknya, bibit yang sehat diseleksi terlebih dahulu, lalu dipindahkan ke pot tray yang berisi campuran tanah gembur dan pupuk sebagai media tumbuh sementara.

“Proses ini berlangsung sampai 15 hari ke depan dengan perawatan rutin dan penyiraman berkala, supaya akar tanaman menjadi lebih kuat dan siap ditanam di lahan pertanian,” jelas Yoyok.

Adaptasi Terhadap Fluktuasi Cuaca

Sistem pot tray ini memang tidak sepenuhnya menggantikan proses penanaman di lahan. Namun, ia berfungsi sebagai penyangga awal untuk memastikan hanya bibit terbaik yang akan melanjutkan pertumbuhan di tanah sesungguhnya. Dalam situasi cuaca yang tidak stabil, ini menjadi solusi yang masuk akal dan hemat biaya.

Bibit yang telah melalui fase pembesaran di pot tray kemudian dipindah ke lubang-lubang tanam di lahan terbuka yang sudah disiapkan sebelumnya. Bibit yang lebih kuat diyakini akan lebih mampu bertahan terhadap tantangan cuaca di luar ruangan, termasuk hujan deras yang sewaktu-waktu bisa turun.

Yoyok menyebutkan bahwa metode ini sudah terbukti membantu mengurangi angka kematian tanaman tembakau muda. Hal ini tentunya berdampak langsung pada hasil panen dan efisiensi tenaga kerja yang selama ini banyak tersita untuk penyulaman bibit baru akibat kegagalan tanam.

“Dengan sistem pot tray ini, kami bisa menghindari kerugian lebih besar karena tembakau tidak mudah mati saat masih muda,” ungkapnya.

Harapan Petani di Tengah Tantangan Alam

Inovasi seperti ini mencerminkan kemampuan petani lokal untuk beradaptasi dan bertahan dalam tekanan perubahan iklim yang makin terasa dampaknya. Musim kemarau basah yang seharusnya memberi keuntungan karena ketersediaan air, justru menjadi tantangan karena menyulitkan pengelolaan tanaman yang sensitif terhadap kelebihan air, seperti tembakau.

Para petani di Kuwurejo tidak hanya bergantung pada nasib atau menunggu bantuan dari pihak luar, melainkan mengambil inisiatif sendiri untuk mencoba pendekatan baru yang lebih adaptif. Pot tray menjadi simbol dari ketekunan dan ketangguhan mereka menghadapi ketidakpastian musim.

Langkah-langkah kecil seperti ini berpotensi menjadi inspirasi bagi daerah lain dengan karakter cuaca serupa. Mengingat tembakau merupakan salah satu komoditas bernilai tinggi di wilayah Lamongan, menjaga kontinuitas produksi menjadi hal yang sangat penting.

Sistem pot tray bukanlah teknologi tinggi atau inovasi revolusioner. Tapi di tangan para petani yang cermat membaca perubahan, ia menjadi alat sederhana yang membawa dampak besar. Di tengah musim kemarau yang basah dan tak menentu, pot tray menjadi bentuk perlindungan dini terhadap bibit tembakau, sekaligus wujud nyata dari adaptasi lokal terhadap krisis iklim yang makin terasa di akar rumput.

Petani seperti Yoyok dan rekan-rekannya di Lamongan menunjukkan bahwa keberhasilan bertani tidak selalu bergantung pada cuaca cerah atau bantuan pemerintah, tetapi juga pada kreativitas dan kemauan untuk berubah.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index