JAKARTA - Menuju swasembada gula nasional bukan hanya tentang peningkatan produksi, tetapi juga penguatan posisi petani sebagai ujung tombak ketahanan pangan. Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pertanian, kembali menegaskan dukungannya terhadap petani tebu dalam upaya mencapai kemandirian produksi gula nasional pada tahun 2025.
Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menggarisbawahi pentingnya peran petani dalam sistem produksi pangan nasional, termasuk dalam hal ini komoditas tebu. Ia menegaskan bahwa swasembada bukan semata-mata soal produksi semata, namun juga menyangkut kesejahteraan petani yang menjadi pelaksana langsung di lapangan.
“Petaninya juga harus sejahtera. Karena kalau petaninya sejahtera, negaranya happy, produksinya naik kita negaranya happy. Kita tidak impor, tidak perlu keluar duit,” kata Sudaryono dalam sarasehan bertajuk Peningkatan Peran Petani Tebu dalam Mendorong Percepatan Swasembada Gula Nasional yang berlangsung di Jakarta.
Target Produksi Gula: Optimisme Tanpa Ketergantungan Impor
Pada tahun 2025, Indonesia menargetkan produksi gula mencapai 2,9 juta ton dalam satu tahun. Jumlah tersebut dinilai mencukupi untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri tanpa perlu lagi bergantung pada impor. Pemerintah pun optimistis bahwa target tersebut bisa dicapai dengan kolaborasi antara petani, pabrik gula, serta kebijakan yang mendukung.
“Target ada 2,9 juta gula kita ingin produksi dalam setahun di tahun 2025. Kalau 2,9 juta tercapai, maka insyaAllah gula untuk kebutuhan konsumsi kita tidak impor,” ujar Sudaryono.
Langkah ini sejalan dengan program besar pemerintah untuk menghentikan impor sejumlah komoditas strategis. Selain gula konsumsi, Presiden juga menargetkan agar Indonesia tidak lagi mengimpor beras, jagung, dan garam konsumsi mulai 2025.
“Kita penuhi gula konsumsi karena presiden sudah mencanangkan atau menargetkan pokoknya tahun 2025 tidak impor beras, jagung, tidak impor gula konsumsi dan tidak impor garam konsumsi,” tambahnya.
Peran Strategis Petani dalam Rantai Produksi
Tak bisa dimungkiri, kunci utama dari terwujudnya swasembada gula ada pada para petani tebu. Pemerintah menyadari bahwa tanpa dukungan dan kesejahteraan petani, target produksi sebesar apapun akan sulit dicapai. Oleh karena itu, arah kebijakan difokuskan untuk memberikan insentif, pelatihan, dan sistem distribusi yang lebih adil bagi petani.
Mahmudi, Direktur Utama PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), dalam forum yang sama menyampaikan harapannya agar diskusi dan sarasehan seperti ini bisa mendorong lahirnya kebijakan yang berpihak kepada petani. Tak hanya dalam bentuk bantuan, tapi juga melalui penguatan pola kemitraan antara pabrik gula dan petani.
“Menjadi solusi konkret memastikan petani mendapatkan harga jual yang adil serta sistem distribusi yang efisien,” ucap Mahmudi.
Menurutnya, kebijakan harga dan tata niaga gula yang sehat akan menjadi faktor penting dalam menjamin kesejahteraan petani tebu. Selain itu, peningkatan produktivitas melalui inovasi dan pendampingan teknis berkelanjutan menjadi bagian dari strategi menyeluruh menuju swasembada.
Kemitraan dan Kebijakan Berpihak: Kunci Sukses Swasembada
Untuk menyukseskan program swasembada, pemerintah melalui berbagai BUMN sektor pangan mendorong pembentukan kemitraan antara petani dan pabrik pengolahan gula. Pola ini diharapkan menciptakan hubungan saling menguntungkan, di mana petani dapat menjual hasil tebunya dengan harga yang layak, dan pabrik mendapat bahan baku berkualitas.
Mahmudi menyebutkan pentingnya keberlanjutan dukungan teknis di lapangan agar petani tidak hanya memproduksi lebih banyak, tapi juga lebih efisien. Upaya ini bisa tercapai jika disertai dengan transfer pengetahuan, penyediaan bibit unggul, pupuk yang tepat, serta sistem distribusi yang tertata baik.
Kesejahteraan petani tak hanya diukur dari jumlah hasil panen, tetapi juga dari kepastian harga dan sistem tata niaga yang berpihak. Oleh sebab itu, reformasi menyeluruh terhadap rantai pasok dan tata niaga gula dinilai menjadi bagian tak terpisahkan dari pencapaian swasembada.
Petani Adalah Pilar Utama Ketahanan Pangan
Dalam upaya mencapai swasembada gula tahun 2025, tidak cukup hanya mengandalkan teknologi atau ekspansi lahan. Pemerintah menyadari bahwa kunci dari semua ini adalah kesejahteraan dan keberdayaan petani. Petani yang diberdayakan dengan baik akan menjadi motor penggerak produksi, sekaligus garda terdepan dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
Melalui pernyataan dan langkah konkret yang telah dijelaskan oleh Wakil Menteri Pertanian dan Dirut PT SGN, arah pembangunan pertanian, khususnya subsektor tebu, tengah diarahkan ke jalur kemandirian yang berkelanjutan. Selama petani mendapat tempat yang layak dalam sistem, harapan untuk swasembada gula bukanlah sekadar wacana, melainkan tujuan yang sangat mungkin terwujud.