JAKARTA - Banyak orang tak menyadari bahwa penyakit serius seperti ginjal kronis bisa berkembang diam-diam tanpa gejala yang jelas. Padahal, menurut para ahli, penyakit ini kini mulai menyerang usia muda dan menyebabkan beban ekonomi kesehatan yang terus meningkat. Tak jarang pula, gejalanya justru disangka sebagai gangguan ringan seperti maag.
Berdasarkan laporan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, pembiayaan untuk penyakit ginjal kronis meningkat hampir dua kali lipat dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2019, BPJS mencatat pembiayaan sebesar Rp 6,5 triliun untuk penyakit ginjal, sedangkan pada tahun 2024 angka ini melonjak menjadi Rp 11 triliun.
Fenomena ini menunjukkan bahwa penyakit ginjal kronis semakin umum terjadi, bahkan pada usia produktif. Faktor pemicunya pun sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari, seperti pola makan yang buruk, kurang olahraga, hingga konsumsi garam dan gula yang berlebihan.
Gejala Awal Sering Tak Terasa
Salah satu alasan utama mengapa penyakit ginjal kronis sulit dideteksi sejak dini adalah karena pada stadium awal, penyakit ini tidak menunjukkan gejala yang signifikan. Hal ini diungkapkan oleh dr Pringgodigdo Nugroho, SpPD-KGH, seorang spesialis penyakit dalam dan konsultan ginjal-hipertensi.
"Stadium awal (1-2) seringkali tanpa gejala (asimtomatik), hanya terdeteksi melalui pemeriksaan laboratorium," kata dr Pringgodigdo.
Pasien umumnya baru menyadari adanya gangguan ginjal setelah penyakit berkembang ke tahap yang lebih serius. Ini yang membuat banyak kasus baru ditemukan saat sudah masuk stadium lanjut.
Stadium Lanjut: Gejala Mulai Terasa
Memasuki stadium lanjut (stadium 3 hingga 5), barulah gejala-gejala penyakit ginjal kronis mulai muncul. Menurut dr Pringgodigdo, keluhan yang dialami pasien pada tahap ini bisa sangat bervariasi, namun ada beberapa tanda yang paling umum dirasakan:
Kelelahan dan kelemahan
Sesak napas
Mual dan muntah (bisa mirip gejala maag)
Kehilangan nafsu makan
Pembengkakan di kaki, pergelangan kaki, atau wajah
Gangguan tidur
Penurunan produksi urine atau sebaliknya
Gatal-gatal pada kulit
Rasa logam di mulut
Tekanan darah tinggi
"Memang benar bahwa gejala mual dan muntah pada penyakit ginjal bisa mirip dengan gejala maag, sehingga sering terjadi kesalahan diagnosis awal," tambahnya.
Gejala seperti mual dan lemas yang dianggap biasa oleh pasien bisa menyesatkan. Banyak yang kemudian mengira dirinya hanya mengalami gangguan lambung atau masalah pencernaan ringan.
Deteksi Dini Bisa Selamatkan Fungsi Ginjal
Salah satu cara terbaik untuk menghindari komplikasi lebih lanjut dari penyakit ginjal kronis adalah dengan melakukan deteksi dini. Terutama bagi mereka yang memiliki faktor risiko, seperti:
Riwayat diabetes mellitus
Hipertensi (tekanan darah tinggi)
Memiliki anggota keluarga yang juga menderita penyakit ginjal
dr Pringgodigdo menyarankan agar pemeriksaan laboratorium rutin menjadi bagian dari gaya hidup sehat. Beberapa tes sederhana seperti kreatinin serum dan urinalisis bisa membantu mengungkap masalah ginjal sejak awal, bahkan sebelum gejala muncul.
“Deteksi dini bisa sangat membantu memperlambat perkembangan penyakit dan menjaga fungsi ginjal agar tetap bekerja secara optimal,” ujarnya.
Gaya Hidup Modern Picu Gangguan Ginjal
Gaya hidup masyarakat modern yang serba cepat dan praktis secara tidak langsung memicu kerusakan ginjal lebih cepat dari yang diduga. Konsumsi makanan instan tinggi garam, kebiasaan minum kurang dari dua liter air per hari, serta minimnya aktivitas fisik menjadi penyumbang besar terhadap risiko penyakit ginjal kronis.
Kondisi ini diperparah dengan kebiasaan mengonsumsi obat tanpa resep, terutama obat anti nyeri dan suplemen tertentu yang dapat memperberat kerja ginjal jika dikonsumsi dalam jangka panjang.
Meski demikian, banyak orang baru menyadari pentingnya menjaga kesehatan ginjal ketika gejalanya sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti kelelahan berlebih atau sulit tidur akibat rasa gatal.
Salah Diagnosis Bisa Fatal
Karena banyak gejala stadium lanjut penyakit ginjal yang menyerupai penyakit lain seperti maag atau kelelahan biasa, maka penting bagi tenaga medis untuk lebih waspada dan mempertimbangkan pemeriksaan penunjang. Begitu pula pasien, sebaiknya tidak menganggap remeh gejala yang berulang, terlebih jika memiliki faktor risiko.
Salah diagnosis pada tahap awal bisa membuat waktu penanganan terlambat, dan ketika pasien datang ke rumah sakit, sering kali kondisinya sudah sangat serius.
Kapan Harus Periksa?
Jika Anda atau keluarga memiliki salah satu kondisi berikut, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan ginjal:
Sering merasa lelah tanpa sebab
Nafsu makan menurun
Tekanan darah sulit dikontrol
Riwayat diabetes atau hipertensi
Urine berbusa, sedikit, atau terlalu banyak
Ada pembengkakan di area kaki atau wajah
Pemeriksaan tidak perlu menunggu gejala berat muncul. Semakin cepat terdeteksi, semakin besar peluang untuk menjaga kualitas hidup tanpa ketergantungan pada terapi cuci darah atau transplantasi.
Mencegah Lebih Baik daripada Mengobati
Penyakit ginjal kronis bisa menimpa siapa saja. Namun dengan pengetahuan yang cukup, gaya hidup sehat, dan pemeriksaan rutin, risiko dapat ditekan. Jangan tunggu sampai gejala berat muncul baru memeriksakan diri.
Seperti yang dijelaskan oleh dr Pringgodigdo, pencegahan dan deteksi dini jauh lebih mudah dan murah dibandingkan menanggung beban penyakit ginjal kronis yang sudah masuk stadium lanjut. Waspadai gejala, kenali risikonya, dan segera lakukan langkah antisipatif.