JAKARTA - Ketika pandemi COVID-19 mengguncang dunia dan memukul perekonomian, banyak orang kehilangan pekerjaan dan harapan. Namun, di tengah situasi sulit tersebut, lahirlah kisah sukses dari sebuah usaha kuliner kecil yang kemudian menjadi favorit warga Banjaran. Ayam Geprek Jojo bukan hanya bertahan, tetapi justru tumbuh pesat dengan antrean pelanggan yang tak pernah sepi. Kisah ini mengajarkan bagaimana semangat pantang menyerah dan kepedulian sosial dapat membuka jalan menuju keberhasilan yang membanggakan.
Ayam Geprek Jojo dirintis oleh Muhamad Rafi Hijatul Islam pada tahun 2019, saat gelombang PHK melanda berbagai sektor pekerjaan. Melihat banyaknya orang yang kehilangan mata pencaharian, Rafi terdorong untuk membuka usaha ini bukan semata mencari keuntungan pribadi, melainkan juga menciptakan lapangan kerja baru. “Untuk menciptakan lapangan kerja, karna waktu itu banyak karyawan-karyawan yang di PHK,” ujar Rafi.
Awal usaha tidak mudah. Tantangan terbesar yang dihadapi Rafi adalah memperkenalkan produk Ayam Geprek Jojo kepada masyarakat setempat. “Tantanganya banyak, seperti memperkenalkan prodak kepada masyarakat yang tidak gampang, harus mempunyai mental yang kuat agar tidak down saat kurangnya pembeli,” katanya. Namun dengan tekad kuat dan konsistensi menjaga kualitas, usaha ini mampu bertahan dan terus berkembang.
Rahasia kesuksesan Ayam Geprek Jojo menurut Rafi terletak pada kualitas bahan baku dan cita rasa yang unik, hasil racikan resep sendiri. Harga yang ditawarkan pun sangat terjangkau, berkisar antara Rp9.000 sampai Rp12.000 per porsi. Kesegaran ayam selalu menjadi prioritas, dengan pengecekan ketat setiap hari agar kualitas tetap terjaga. Sambal khas buatan sendiri menjadi ciri khas yang sulit ditandingi. Berkat komitmen ini, dalam sehari Ayam Geprek Jojo mampu menjual 250 hingga 300 potong ayam atau sekitar 25-30 kilogram, dengan omzet harian mencapai Rp2 juta. “Selalu dalam pengecekan ayam agar tetap fresh, jadi ayam yang dijual pun dengan kualitas yang bagus,” tambah Rafi.
Respon positif dari konsumen pun mengalir deras. Raihana Salwa, salah satu pelanggan setia, mengaku memilih Ayam Geprek Jojo karena porsi yang besar, harga yang ramah di kantong, dan rasa yang lezat. “Karena Ayam Geprek Jojo murah, worth it dan rasanya enak, dan gede-gede,” ujarnya. Ia bahkan berharap Ayam Geprek Jojo dapat memperluas usahanya agar dapat melayani lebih banyak pelanggan dan mengurangi antrean panjang yang kerap terjadi. “Sarannya besarin lagi tokonya, karena ngantri mulu dan banyakin cabang soalnya cuman ada 1,” tutupnya.
Harapan Rafi untuk membuka cabang baru tidak hanya sekedar memperluas pasar, tetapi juga sebagai wujud nyata dari niat mulia membantu sesama dengan membuka lapangan kerja baru. “Semoga bisa membuka cabang yang lebih banyak agar memperbanyak lapangan kerja,” katanya penuh optimisme.
Kesuksesan Ayam Geprek Jojo membuktikan bahwa dari masa penuh keterbatasan dan niat tulus, sebuah usaha kecil dapat tumbuh menjadi ikon kuliner yang dicintai. Dari dapur sederhana di masa pandemi, kini usaha ini menjadi simbol semangat kewirausahaan yang menginspirasi, memperlihatkan bahwa ketekunan, kualitas produk, dan kepedulian sosial bisa membawa manfaat besar tidak hanya bagi pemilik usaha, tetapi juga masyarakat luas.
Kisah Ayam Geprek Jojo menjadi pengingat pentingnya keberanian mengambil peluang saat situasi sulit sekaligus mengedepankan nilai kemanusiaan. Di era di mana banyak orang terdampak krisis, wirausaha seperti Rafi menunjukkan bahwa dengan kerja keras dan kepedulian, masa sulit dapat diubah menjadi peluang yang menguntungkan sekaligus bermakna.