LOGISTIK

Digitalisasi Logistik Jadi Kunci Kurangi Biaya dan Tingkatkan Daya Saing

Digitalisasi Logistik Jadi Kunci Kurangi Biaya dan Tingkatkan Daya Saing
Digitalisasi Logistik Jadi Kunci Kurangi Biaya dan Tingkatkan Daya Saing

JAKARTA - Indonesia menghadapi tantangan besar dalam sektor logistik yang selama ini menjadi salah satu penghambat utama pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan biaya logistik yang mencapai sekitar 23 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), posisi Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga yang lebih efisien dalam manajemen rantai pasok. Selain itu, peringkat Indonesia pada Logistic Performance Index (LPI) berada di urutan ke-61, mengindikasikan masih adanya ruang besar untuk perbaikan sistem logistik nasional.

Masalah biaya logistik yang tinggi dan performa distribusi yang belum optimal tersebut bukan hanya soal infrastruktur fisik, melainkan juga bagaimana teknologi dan tata kelola dapat dimanfaatkan untuk mengatasi kompleksitas rantai pasok yang ada. Sektor logistik yang selama ini dihadapkan pada tantangan geografis, birokrasi, serta integrasi antar moda transportasi dan sistem informasi memerlukan solusi inovatif agar dapat bersaing secara global.

Menjawab kebutuhan itu, sejumlah pihak dari berbagai lembaga dan institusi berkumpul untuk membahas dan merancang langkah strategis melalui sebuah workshop internasional bertajuk Smart Logistic International Workshop. Acara ini digelar oleh Citiasia Inc., Ikatan Ahli Rantai Suplai Indonesia (IARSI), Universitas Logistik dan Bisnis Internasional (ULBI), serta Institut STIAMI, dengan tujuan mempercepat transformasi digital logistik nasional.

Pada kesempatan tersebut, CEO Citiasia, Fitrah R. Kautsar, membuka diskusi dengan memaparkan kompleksitas yang dihadapi dalam mendistribusikan barang di Indonesia. Ia menekankan perlunya inovasi berbasis teknologi untuk mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi distribusi, khususnya dengan memanfaatkan digitalisasi dan integrasi sistem lintas sektor.

Sejalan dengan hal itu, Dirjen Ekosistem Digital Kominfo RI, Dr. Edwin Hidayat Abdullah, turut menggarisbawahi peran penting digitalisasi dalam memperkuat daya saing rantai pasok Indonesia di kancah global. Menurutnya, penggunaan teknologi mutakhir merupakan cara strategis untuk mengatasi tantangan tradisional yang selama ini menghambat pergerakan barang dan jasa.

Selain diskusi teknologi, workshop tersebut juga diramaikan dengan peluncuran buku Betawi Academia oleh Prof. Sylviana Murni, Rektor Institut STIAMI, sebagai bagian dari upaya meningkatkan literasi dan pemahaman akademis mengenai dinamika logistik dan bisnis.

Sesi diskusi kunci menghadirkan berbagai narasumber yang membahas aspek penting dalam transformasi digital logistik. Prof. Bahrullah Akbar menyoroti pentingnya digitalisasi dalam sistem keuangan daerah, yang secara tidak langsung mempercepat layanan dan transparansi anggaran sektor logistik. Sementara itu, Prof. Beniadi Setiawan menekankan strategi transparansi dan kolaborasi antarsektor untuk menciptakan sistem logistik yang terintegrasi dan dapat dipertanggungjawabkan.

Roland Permana dari Indonesia National Shipowners’ Association (INSA) memaparkan potensi dan tantangan digitalisasi dalam industri pelayaran dan pelabuhan. Ia menegaskan bahwa kesiapan sumber daya manusia serta kebijakan regulasi yang adaptif menjadi kunci agar inovasi teknologi dapat diimplementasikan secara efektif di sektor ini.

Pengalaman praktis juga disampaikan oleh Dr. Prasabri Pesti dari PT Pos Indonesia, yang berbagi keberhasilan transformasi perusahaan menjadi penyedia layanan logistik terintegrasi. Transformasi tersebut berhasil meningkatkan kontribusi logistik dari 12 persen, berkat pengembangan layanan end-to-end berbasis inovasi digital.

Citiasia menegaskan bahwa masa depan logistik nasional harus berlandaskan pada konsep Smart City for Smart Logistics, sebuah kerangka kerja yang menggabungkan Smart Governance, Smart Economy, Smart Living, dan Smart Environment. Dengan pendekatan ini, sistem logistik dapat dirancang tidak hanya untuk efisiensi dan efektivitas distribusi, namun juga berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Teknologi seperti Internet of Things (IoT), Blockchain, Logistics Digital Twin, dan perencanaan berbasis Artificial Intelligence (AI) menjadi tulang punggung pengembangan sistem tersebut. IoT memungkinkan pengawasan real-time pada barang dan kendaraan, Blockchain memberikan transparansi dan keamanan transaksi, sedangkan Digital Twin dan AI membantu perencanaan dan prediksi kebutuhan secara akurat.

Selain solusi teknologi, gagasan pembentukan Badan Khusus Logistik Nasional juga diusulkan sebagai langkah strategis untuk mengatasi persoalan yang bersifat lintas sektor. Badan ini diharapkan mampu menyinergikan berbagai pemangku kepentingan dan mengawal reformasi kebijakan agar ekosistem logistik berjalan lebih terkoordinasi dan responsif terhadap kebutuhan zaman.

Keseluruhan upaya yang dilakukan dalam workshop ini mencerminkan kebutuhan mendesak Indonesia untuk mengejar ketertinggalan di bidang logistik. Dengan mengadopsi transformasi digital dan kolaborasi lintas sektor, Indonesia tidak hanya mampu menekan biaya tinggi, tetapi juga meningkatkan daya saing ekonomi nasional di pasar global yang semakin kompetitif.

Ke depan, keberhasilan transformasi logistik ini akan berdampak positif bagi penguatan ekonomi nasional, pemerataan distribusi barang, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat secara luas. Maka dari itu, implementasi strategi digital dan integrasi sektor menjadi kunci utama yang harus diupayakan secara serius dan konsisten oleh seluruh pihak terkait.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index