JAKARTA - Industri logistik di Indonesia terus menunjukkan perkembangan positif, terbukti dari peningkatan volume angkutan barang ritel yang diangkut PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI selama paruh pertama tahun ini. Sampai akhir Juni, KAI berhasil mengangkut total 118.077 ton barang ritel, naik 16 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya yang mencapai 101.617 ton.
Kenaikan ini menandai semakin kuatnya kepercayaan masyarakat dan pelaku usaha terhadap layanan angkutan barang ritel berbasis kereta api. Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, mengungkapkan bahwa pada bulan Juni saja, volume pengiriman melalui layanan ini mencapai 19.714 ton, melonjak sekitar 14 persen dari Juni tahun lalu yang sebesar 17.226 ton. “Peningkatan signifikan ini menunjukkan kepercayaan pelanggan terhadap layanan logistik berbasis kereta api yang terus tumbuh, baik dari kalangan pelaku usaha maupun masyarakat umum,” kata Anne dalam keterangannya.
Model bisnis angkutan barang ritel KAI umumnya berbasis business to business (B2B) dengan mitra logistik yang telah menjalin kerja sama resmi. Namun, Anne juga menegaskan bahwa layanan tersebut terbuka untuk masyarakat umum melalui skema business to customer (B2C), memanfaatkan berbagai mitra seperti penyedia jasa ekspedisi, e-commerce fulfillment, hingga pengiriman antar kota.
Fenomena ini menunjukkan bahwa moda kereta api tidak hanya menjadi andalan dalam transportasi penumpang, tetapi juga berperan penting dalam mendukung aktivitas ekonomi sehari-hari. Terlebih bagi pelaku UMKM, toko daring, maupun individu yang membutuhkan distribusi barang dengan cepat dan aman, kereta api memberikan alternatif yang lebih efisien serta berkelanjutan.
Selain memberikan kontribusi pada pemerataan ekonomi, angkutan barang ritel berbasis kereta api juga mendukung target pengurangan emisi karbon. Moda rel dikenal lebih hemat energi dan ramah lingkungan jika dibandingkan dengan angkutan jalan raya, sejalan dengan target Net Zero Emission 2060 yang dicanangkan pemerintah.
Sebagai gambaran aktivitas operasional, terlihat alat berat tengah menata peti kemas ke atas gerbong kereta di Stasiun Jakarta Gudang, Jakarta Utara, sebagai bagian dari kegiatan pengangkutan barang yang terus berlangsung. Gambar ini menjadi simbol kerja keras KAI dalam memperkuat layanan logistik di tengah peningkatan permintaan.
KAI pun tak berhenti berinovasi. Perusahaan terus mengembangkan integrasi logistik multimoda melalui kolaborasi dengan mitra strategis di sektor first mile dan last mile. Langkah ini diharapkan memperkuat ekosistem logistik nasional yang andal, cepat, dan adaptif terhadap kebutuhan digitalisasi serta pertumbuhan belanja daring yang pesat.
Anne menyatakan, ke depan KAI berkomitmen untuk meningkatkan kualitas layanan logistik retail, mulai dari ketepatan waktu pengiriman, transparansi pelacakan barang, hingga keamanan pengiriman. “Kami berkomitmen untuk menghadirkan layanan logistik yang tidak hanya efisien, tetapi juga berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi lokal dan pelestarian lingkungan,” ujarnya.
Selain fokus pada pengembangan layanan, KAI juga menaruh perhatian besar terhadap keselamatan, terutama di perlintasan sebidang kereta api yang kerap menjadi titik rawan kecelakaan. Anne mengimbau masyarakat agar selalu waspada dan disiplin saat melintasi perlintasan tersebut. “Keselamatan adalah tanggung jawab bersama. Dengan disiplin saat melintasi di perlintasan sebidang kereta api, kita turut menjaga nyawa dan kelancaran perjalanan banyak orang,” kata Anne.
Masyarakat diharapkan selalu memperhatikan rambu dan palang pintu serta menengok kanan-kiri sebelum melintas. Upaya ini sangat penting agar kecelakaan dapat dicegah dan perjalanan kereta api berjalan lancar tanpa hambatan.
Dalam rangka meningkatkan keselamatan, KAI telah menutup sebanyak 187 perlintasan sebidang sejak awal tahun hingga akhir Juni. Jumlah ini merupakan bagian dari target penutupan 292 perlintasan pada tahun ini, melanjutkan progres signifikan dari tahun-tahun sebelumnya yang mencatat 123 titik pada 2023 dan 309 titik pada 2024.
Penutupan perlintasan ini sesuai dengan amanat Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 94 Tahun 2018 yang mengatur penutupan perlintasan tanpa penjagaan, tanpa palang, atau yang memiliki lebar kurang dari dua meter. Langkah ini diambil untuk menciptakan perjalanan kereta api yang lebih aman dan tertib bagi semua pihak.
Selain penutupan perlintasan, KAI juga mendorong pembangunan flyover dan underpass sebagai solusi mengubah perlintasan sebidang menjadi tidak sebidang demi meningkatkan keselamatan bersama.
Selain tindakan fisik, edukasi keselamatan juga menjadi fokus KAI. Spanduk, kampanye bersama komunitas pecinta kereta api, dan pendekatan kepada masyarakat sekitar jalur rel terus digalakkan. Sinergi dengan aparat penegak hukum juga diperkuat untuk menindak pelanggaran di perlintasan yang berpotensi membahayakan keselamatan.
Semua upaya ini merupakan bagian dari transformasi KAI menuju layanan transportasi publik yang semakin andal dan berdaya saing di era modern. Dengan pengembangan layanan logistik yang optimal serta perhatian ketat pada aspek keselamatan, KAI berupaya menjadi tulang punggung distribusi barang yang mendukung pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.