JAKARTA - Film independen asal Amerika, Sorry, Baby, siap hadir di bioskop-bioskop Indonesia, membawa serta gelombang antusiasme yang sudah lebih dulu terasa di berbagai festival film internasional. Film bergenre dark comedy ini telah mencuri perhatian para kritikus dan pecinta film independen berkat pendekatan naratifnya yang unik, kisah yang relevan, dan penampilan akting yang kuat.
Disutradarai oleh Eva Victor, yang juga menulis skenario sekaligus membintangi film ini, Sorry, Baby merupakan debut panjang yang tidak main-main. Dukungan penuh datang dari Barry Jenkins, sosok penting di balik film peraih Oscar, yang kali ini duduk di kursi produser. Nama besar Jenkins memberi bobot tersendiri, namun daya tarik utama film ini tetap terletak pada kekuatan naskah dan karakter-karakternya yang hidup dan dekat dengan kenyataan.
Film ini berkisah tentang Agnes, diperankan oleh Eva Victor sendiri, seorang profesor bahasa Inggris muda yang mengajar di sebuah perguruan tinggi kecil di pedesaan New England. Di balik sosoknya yang cerdas dan berdedikasi, Agnes menyimpan luka yang dalam—trauma akibat pelecehan seksual yang pernah ia alami. Trauma ini tidak hanya mengganggu kehidupan pribadinya, tetapi juga mempengaruhi arah karier dan hubungannya dengan lingkungan sekitarnya.
Perjalanan emosional Agnes ditampilkan secara jujur dan kompleks dalam Sorry, Baby. Dalam prosesnya menjalani transisi dari seorang mahasiswa pascasarjana ke posisi pengajar tetap, Agnes dibayangi pengalaman menyakitkan yang sulit ia lepaskan. Namun, di tengah perjuangannya untuk sembuh, ia tidak sendirian. Dukungan datang dari sahabat dekatnya, Lydie (diperankan oleh Naomi Ackie), serta dari para tetangga yang eksentrik namun penuh empati.
Pemeran pendukung dalam film ini memperkuat dinamika cerita dengan karakter yang berlapis. Lucas Hedges berperan sebagai Gavin, John Carroll Lynch sebagai Pete, Louis Cancelmi sebagai Decker, Kelly McCormack sebagai Natasha, E. R. Fightmaster sebagai Fran, dan Hettienne Park memerankan Eleanor Winston. Kehadiran mereka tidak hanya sebagai pelengkap, melainkan memperkaya perjalanan batin Agnes dengan beragam perspektif dan interaksi yang menghidupkan cerita.
Film ini pertama kali tayang di ajang bergengsi Sundance Film Festival dan langsung mendapat sambutan positif dari para kritikus. Kehadirannya sebagai film penutup dalam sesi Directors' Fortnight di Cannes Film Festival semakin memperkuat reputasi Sorry, Baby sebagai salah satu karya indie yang patut diperhitungkan.
Tidak hanya dari sisi penghargaan dan pemutaran festival, Sorry, Baby juga mendapat pengakuan dari berbagai platform ulasan film. Di Rotten Tomatoes, film ini mencatat 97% ulasan positif. Sementara itu, Metacritic memberikan skor 88 dari 100 sebuah angka tinggi yang jarang diraih film debut. Bahkan, film ini berhasil menempati peringkat ke-77 dalam daftar “100 Film Terbaik Dekade 2020-an (Sejauh Ini)” versi IndieWire.
Salah satu alasan film ini begitu disukai adalah karena kemampuannya menggabungkan humor gelap dengan narasi yang relevan dan emosional. Dialog-dialognya terasa tajam, cerdas, namun tetap membumi. Penonton diajak menyelami dunia seorang perempuan muda yang terluka, tanpa harus merasa dipaksa untuk bersimpati. Semuanya disampaikan dengan cara yang alami, jujur, dan manusiawi.
Genre dark comedy yang diusung Sorry, Baby memberikan warna tersendiri dalam pengisahan topik berat seperti pelecehan seksual dan trauma psikologis. Alih-alih terjebak dalam dramatisasi berlebihan, film ini justru menyajikan keseharian tokohnya secara ringan namun tetap dalam. Humor digunakan bukan untuk menutupi luka, melainkan sebagai cara Agnes dan lingkungannya bertahan dan saling mendukung di tengah krisis emosional.
Di balik semua kekuatan teknis dan artistiknya, Sorry, Baby juga menyampaikan pesan penting tentang penyembuhan dan keberanian untuk menghadapi masa lalu. Agnes bukan karakter yang sempurna, namun justru ketidaksempurnaannya itulah yang membuatnya mudah terhubung dengan penonton. Dalam kehidupan nyata, banyak orang seperti Agnes berusaha menjalani hari-hari dengan luka yang tak terlihat, sambil tetap mencoba mencintai diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Penonton di Indonesia akan mendapatkan kesempatan untuk menyaksikan film ini secara langsung di bioskop mulai 16 Juli 2025. Ini menjadi momen penting bagi para pecinta film yang ingin menyaksikan karya independen internasional dengan kualitas tinggi dan pesan mendalam.
Kehadiran Sorry, Baby di Indonesia diharapkan bisa menjadi angin segar dalam pilihan tontonan layar lebar nasional. Di tengah dominasi film-film hiburan ringan dan aksi, kehadiran film dengan tema psikologis dan pendekatan personal seperti ini menjadi alternatif yang patut diapresiasi. Apalagi, film ini juga berhasil menjangkau banyak kalangan lewat gaya penyutradaraan yang inklusif dan tidak elitis.
Lebih dari sekadar tontonan, Sorry, Baby adalah pengalaman sinematik yang menyentuh hati, menyadarkan, dan kadang membuat tertawa di sela air mata. Bagi yang mencari film dengan cerita kuat dan karakter penuh emosi, karya ini wajib masuk dalam daftar tonton.
Dengan kombinasi cerita menyentuh, akting solid, dan penyutradaraan segar dari Eva Victor, Sorry, Baby membuktikan bahwa film independen masih memiliki ruang besar untuk bicara lantang dan menggerakkan hati banyak orang termasuk penonton Indonesia.