JAKARTA - Momen pembukaan Piala Presiden di Stadion Utama Gelora Bung Karno mendadak menjadi sorotan bukan karena kemegahan pertandingan atau aksi pemain, melainkan sebuah insiden tak terduga yang melibatkan penyanyi legendaris Rita Butar Butar. Di tengah sorak sorai puluhan ribu penonton dan jutaan pemirsa di layar kaca, Rita yang dipercaya menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, justru melakukan kesalahan lirik yang langsung viral.
Kesalahan tersebut terjadi saat Rita melafalkan frasa “Indonesia Bersatu” menjadi “Indonesia Merdeka.” Kesalahan yang tampak sederhana ini sontak memicu reaksi beragam dari warganet di berbagai media sosial. Mereka memberikan respons mulai dari sindiran tajam hingga pembelaan bagi sang diva senior.
Salah satu komentar di akun Instagram Rita menuliskan, “Bu, masa kalah hafal sama pemain keturunan sih nyanyiin lagu Indonesia Raya nya, malu aku buu.” Komentar-komentar lain juga menunjukkan kehebohan publik yang tak menyangka kejadian seperti ini bisa terjadi dalam acara sebesar Piala Presiden.
Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak Rita Butar Butar terkait insiden salah lirik ini. Meski demikian, insiden ini tidak mengurangi fakta bahwa Rita adalah sosok legendaris di dunia musik Indonesia, yang telah lama dikenal dan dihormati.
Sosok Rita Butar Butar
Rita Butar Butar bukanlah nama asing dalam dunia hiburan tanah air. Ia adalah penyanyi senior yang sudah malang melintang sejak era 1980-an dan dikenal luas khususnya dalam genre musik pop Batak serta lagu rohani Kristen. Lahir di Pematang Siantar, Sumatra Utara, pada tanggal 11 Mei, Rita telah menorehkan banyak karya yang dikenang hingga kini.
Namanya semakin dikenal setelah berkolaborasi dengan maestro musik Rinto Harahap melalui lagu “Seandainya Aku Punya Sayap,” yang menjadi salah satu karya ikonik dan terus dinyanyikan oleh banyak orang sampai sekarang. Selain lagu tersebut, Rita juga pernah merilis lagu-lagu lain seperti “Aku Tak Ingin Mengemis Lagi” (1981) dan “Oh Angin” (1985), meskipun popularitasnya tidak sebesar “Seandainya Aku Punya Sayap.”
Dukungan keluarga, terutama ibundanya, sangat berperan dalam perjalanan karier Rita. Dorongan tersebut membuatnya berani menjajal jalur musik daerah, terutama musik Batak. Dalam proses ini, ia dipertemukan dengan pencipta lagu Batak ternama, Dakka Hutagalung, yang turut membimbingnya di jalur musik daerah melalui sejumlah album.
Dengan latar belakang dan pengalaman yang luas, Rita Butar Butar memang dikenal sebagai sosok penyanyi yang berpengalaman dan dihormati, sehingga kesalahan kecil saat menyanyikan lagu kebangsaan di ajang sebesar Piala Presiden menjadi momen yang sangat disesalkan banyak pihak, sekaligus menjadi pembelajaran bahwa siapa pun bisa melakukan kekhilafan.
Reaksi di Media Sosial
Setelah video penampilan Rita yang salah lirik beredar luas, media sosial langsung ramai dengan berbagai komentar. Beberapa pihak mengkritik dengan nada tajam dan mengecam kejadian tersebut sebagai sesuatu yang tidak pantas, terlebih pada acara sebesar Piala Presiden yang sangat sakral.
Namun, tak sedikit pula yang membela Rita dengan menyatakan bahwa insiden seperti ini adalah hal yang manusiawi dan wajar terjadi pada siapa saja, termasuk seorang penyanyi senior. Mereka juga menyoroti besarnya tekanan dan tanggung jawab saat membawakan lagu kebangsaan di panggung besar yang disaksikan jutaan mata.
Situasi ini menegaskan bahwa penyanyian lagu Indonesia Raya, yang menjadi simbol kebanggaan nasional, memang harus dipersiapkan dengan sangat matang. Bahkan, hal sederhana seperti pengucapan lirik pun dapat menjadi pusat perhatian dan bahan perbincangan nasional.
Di luar kontroversi tersebut, pertandingan pembuka Piala Presiden 2025 juga menyajikan hasil yang kurang menggembirakan bagi tim-tim Indonesia. Di Bandung, Persib harus mengakui keunggulan Port FC dengan skor 0-2. Dua gol Port FC dicetak oleh Bordin Phala dan penalti dari Peeradol Chameasamee pada menit ke-67.
Sementara itu, tim Indonesia All Star juga harus menerima kekalahan dari Oxford United dengan skor 3-6. Tim tamu diperkuat oleh beberapa nama pemain ternama seperti Ole Romeny dan Marselino Ferdinan. Gol Oxford tercipta lewat penampilan cemerlang Mark Harris yang mencetak dua gol, serta Michal Helik, Przemyslaw Placheta, Tom Bradshaw, dan Brian De Keersmaecker yang masing-masing mencetak satu gol.
Indonesia All Star membalas melalui gol dari Riko Simanjuntak, Rizky Dwi, dan Eksel Runtukahu. Meski kalah, penampilan mereka tetap mendapat apresiasi karena berusaha maksimal menghadapi lawan yang tangguh.
Pembelajaran dari Insiden dan Turnamen
Kesalahan lirik oleh Rita Butar Butar sekaligus mengingatkan semua pihak tentang pentingnya persiapan matang dalam setiap aspek acara besar. Hal ini juga menegaskan bahwa di balik kemegahan sebuah turnamen, ada detail kecil yang harus diperhatikan agar tidak terjadi kejadian yang mengundang kontroversi.
Di sisi lain, Piala Presiden tetap menjadi ajang penting untuk mengukur kemampuan tim-tim lokal sebelum menghadapi musim kompetisi resmi. Turnamen ini juga menjadi momentum bagi para pemain untuk menunjukkan performa terbaik dan bagi pelatih untuk melakukan evaluasi strategi.
Piala Presiden 2025, dengan segala kemeriahan dan dinamika yang ada, memperlihatkan betapa sepak bola Indonesia terus bergairah, sekaligus menjadi cermin keberagaman dan semangat nasionalisme yang membara.