JAKARTA - Di tengah geliat kota Blora yang tak pernah benar-benar sunyi saat malam tiba, ada satu pemandangan sederhana namun menggugah selera. Sebuah gerobak dorong yang biasa berhenti di trotoar Jalan Mr. Iskandar, hanya sekitar seratus meter dari arah selatan jembatan Kaliwangan, tampak sudah siap menyambut para penggemar kuliner khas Blora.
Gerobak ini bukan sekadar alat berdagang. Ia memuat lebih dari sekadar nasi, lauk, atau kuah. Di baliknya, tersimpan cerita perjuangan, keuletan, dan cita rasa tradisi kuliner yang terus bertahan lintas waktu. Itulah tempat Suratmi (59), warga Kelurahan Jetis Kecamatan Blora, mengabdikan dirinya untuk menyajikan soto ayam klethuk menu khas yang tidak hanya mengenyangkan, tetapi juga penuh rasa dan kenangan.
Menghidupkan Tradisi Lewat Gerobak Sederhana
Suratmi telah menjual soto ayam klethuk selama 25 tahun. Gerobaknya selalu menjadi magnet di malam hari. Para pelanggan, baik yang sudah lama mengenalnya maupun yang baru saja mendengar tentang soto ini, tampak sabar menunggu gilirannya.
Yang menjadikan soto ayam klethuk ini berbeda dari soto ayam pada umumnya adalah sentuhan rempah yang kuat serta penggunaan bahan khas bernama klethuk. Tak ketinggalan, suwiran ayam kampung, taburan daun kucai, dan irisan telur ayam menciptakan komposisi rasa dan tekstur yang khas. Semua elemen itu menyatu dalam kuah soto yang kaya rempah dan aroma.
Pilihan Lauk Beragam, Rasa Tak Tergantikan
Tak hanya mengandalkan kuah dan nasi, Suratmi juga menyediakan aneka lauk pendamping yang memanjakan lidah. Pembeli bisa memilih berbagai tusukan telur puyuh, jerohan ayam, kepala, paha, dan sayap ayam, hingga lauk seperti tempe, tahu, perkedel, dan kerupuk. Semuanya disajikan hangat dan menggugah selera.
“Untuk menjaga kualitas dan rasa, kami selalu sajikan ayam kampung. Termasuk kecapnya tidak ganti produk, agar rasanya tetap terjaga,” ujar Suratmi sembari melayani pelanggan.
Porsi yang ditawarkan pun fleksibel. Ada pilihan porsi besar seharga Rp15.000,00 dan porsi kecil seharga Rp12.000,00. Pengunjung bisa menikmatinya sambil lesehan di tikar yang digelar di sekitar gerobak, menyatu dengan suasana jalanan malam Blora yang hangat dan akrab.
Klethuk, Rahasia Bunyi dan Tekstur Unik
Salah satu komponen paling menarik dalam soto ayam ini adalah klethuk. Bukan hanya sekadar tambahan, klethuk membawa identitas yang membedakan kuliner ini dari soto lainnya. Terbuat dari singkong, klethuk dipotong dadu kecil lalu digoreng hingga menghasilkan warna cokelat keemasan dan kerenyahan maksimal.
Dinamakan klethuk karena bunyi yang dihasilkan saat dikunyah “klethuk-klethuk” memberikan sensasi unik dan menyenangkan bagi penikmatnya. Namun, proses membuatnya tidak mudah. Singkong harus dikupas, dikukus, lalu ditumbuk atau diblender hingga mencapai tekstur lentur mirip gemblong.
Setelah itu, adonan dipotong, dijemur, dan digoreng melalui teknik khusus. Bahkan intensitas panas matahari turut mempengaruhi hasil akhir kerenyahan klethuk. Proses ini menuntut ketelatenan dan keahlian tersendiri, yang diwariskan secara turun-temurun.
Bukan Sekadar Kuliner, Tapi Penggerak Ekonomi Lokal
Soto ayam klethuk buatan Suratmi tidak hanya menawarkan kelezatan, tetapi juga menjadi simbol perputaran ekonomi dan pemberdayaan UMKM di Blora. Tak heran jika para pelanggannya merasa memiliki ikatan emosional dengan kuliner ini.
Jatmiko, salah satu pelanggan setia, menyampaikan kesannya, “Ya, ini kuliner yang Blora banget, ngangeni dan menggeliatkan UMKM serta perputaran ekonomi masyarakat,” katanya.
Soto ini menghadirkan rasa rindu yang membuat orang ingin kembali lagi. Kombinasi cita rasa otentik dan suasana tradisional yang masih terasa kuat menjadikan soto ayam klethuk tidak sekadar santapan, tetapi juga pengalaman budaya.
Jam Buka Terbatas, Daya Tarik Tak Terbendung
Jika ingin mencicipi soto ini, waktu terbaik adalah selepas maghrib. Suratmi mulai membuka lapaknya setelah waktu salat maghrib dan tutup sekitar pukul 21.00 WIB. Waktu yang terbatas ini justru menambah daya tarik tersendiri. Banyak pelanggan sengaja datang lebih awal agar tidak kehabisan.
Suasana gerobak yang sederhana, pelanggan yang lesehan, dan pemandangan jalanan Blora menciptakan suasana santai dan khas daerah. Momen makan malam pun menjadi lebih bermakna, jauh dari hiruk-pikuk restoran modern, tapi tetap sarat makna dan kehangatan.
Warisan Kuliner yang Layak Dijaga
Di balik soto ayam klethuk, tersimpan lebih dari sekadar resep. Ada dedikasi, kerja keras, dan semangat untuk menjaga warisan rasa yang telah hidup selama puluhan tahun. Suratmi tidak hanya berjualan; ia sedang menjaga denyut nadi kuliner khas daerah yang semakin langka.
Dengan harga terjangkau, rasa khas rempah, dan komponen tradisional seperti klethuk, soto ini layak untuk terus diperkenalkan ke generasi berikutnya. Di tengah gempuran makanan modern cepat saji, kehadiran soto ayam klethuk seperti oase yang menyegarkan, mengingatkan kita pada kekayaan rasa dan budaya kuliner lokal yang tak ternilai.