NIKEL

Produk Hilir Nikel Bangkit di Tengah Harga yang Stabil

Produk Hilir Nikel Bangkit di Tengah Harga yang Stabil
Produk Hilir Nikel Bangkit di Tengah Harga yang Stabil

JAKARTA - Pemulihan bertahap mulai dirasakan industri nikel nasional seiring dengan mulai stabilnya harga bijih nikel dalam beberapa pekan terakhir. Di saat tekanan pasar global belum sepenuhnya mereda, sektor hilir justru menunjukkan tanda-tanda kebangkitan, membawa harapan baru bagi pelaku usaha di semester kedua 2025.

Stabilitas harga ini tercermin dalam laporan Indonesia Nickel Price Index (INPI) yang dirilis oleh Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI). Data menunjukkan bahwa pergerakan harga nikel dalam beberapa produk mulai mengalami penguatan, khususnya pada produk turunan seperti High-Grade Nickel Matte dan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP). Hal ini menjadi sinyal positif bahwa pasar nikel tengah menuju konsolidasi setelah sebelumnya dilanda tekanan harga yang cukup signifikan.

Harga bijih nikel kadar 1,2% dalam skema Cost, Insurance, and Freight (CIF) tercatat tetap stabil dalam rentang US$24 hingga US$26 per metrik ton (mt), dengan rata-rata masih di angka US$25/mt. Angka ini tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan catatan pada 30 Juni 2025, yang menjadi indikasi bahwa fluktuasi jangka pendek dari sisi pasokan dan permintaan telah mulai mereda.

Namun demikian, tidak semua segmen mencatatkan tren positif. Harga bijih nikel dengan kadar tinggi (1,6% CIF) justru mencatat penurunan sebesar US$0,5 per mt, dari sebelumnya US$52,9 menjadi US$52,4 per mt. Koreksi harga ini menunjukkan bahwa permintaan dari smelter, khususnya terhadap bijih berkadar tinggi, masih relatif lemah. Sejumlah industri pengolahan masih tampak berhati-hati dalam meningkatkan kapasitas produksi akibat belum sepenuhnya pulihnya pasar global.

Hal serupa juga terjadi pada produk Nickel Pig Iron (NPI) dalam skema Free On Board (FOB). Harga NPI tercatat turun tipis dari US$111,1/mt menjadi US$110,9/mt. Meski penurunan hanya sebesar US$0,2, tren ini memperpanjang koreksi harga yang sebelumnya sempat mengalami penurunan lebih tajam, yakni sebesar US$1,2 dalam satu pekan. Koreksi harga ini mencerminkan tekanan dari sektor industri baja nirkarat (stainless steel), yang selama ini menjadi pengguna utama NPI dan tengah menghadapi permintaan yang lesu.

Berbeda dengan tren di sektor hulu, kabar baik justru datang dari segmen hilir. Produk High-Grade Nickel Matte yang sempat tertekan kini mulai bangkit. Dalam skema FOB, produk ini mengalami kenaikan harga sebesar US$15/mt. Meskipun harga rata-rata masih berada di kisaran US$13.141/mt, penguatan yang terjadi menjadi angin segar bagi pelaku industri. Pada pekan sebelumnya, harga sempat mengalami lonjakan yang lebih signifikan, mencapai US$46/mt, mengindikasikan adanya pemulihan permintaan dari konsumen utama.

Sementara itu, produk hilir lainnya yakni Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) juga mencatatkan tren positif. Dalam seminggu terakhir, harga MHP (FOB) naik sebesar US$4 per mt, dari US$12.442 menjadi US$12.512 per mt. Ini menjadi kali kedua secara beruntun harga MHP mengalami kenaikan, menguatkan sinyal adanya pemulihan di pasar global, terutama dari sektor kendaraan listrik.

Permintaan kendaraan listrik di Tiongkok dan kawasan Asia Timur disebut sebagai faktor utama penggerak kenaikan harga MHP. Negara-negara tersebut saat ini sedang mempercepat transisi menuju energi bersih, dan MHP merupakan bahan utama dalam pembuatan baterai kendaraan listrik. Kondisi ini membuka peluang besar bagi sektor hilir nikel Indonesia, yang telah memainkan peran penting dalam rantai pasok global.

Stabilnya harga bijih nikel diikuti dengan peningkatan nilai produk hilir membuat posisi pelaku industri dalam negeri menjadi relatif lebih kuat. Periode konsolidasi harga yang terjadi pekan ini dipandang sebagai momen kunci, terutama setelah melewati masa-masa sulit akibat tekanan harga yang berkepanjangan.

Meski begitu, pelaku industri tetap diingatkan untuk tidak lengah terhadap potensi risiko eksternal. Berbagai faktor seperti kebijakan ekspor-impor, fluktuasi tarif global, hingga ketegangan geopolitik internasional dapat memengaruhi stabilitas rantai pasok dan harga komoditas. Semester kedua tahun ini pun diprediksi menjadi masa yang sangat menentukan arah pergerakan harga nikel ke depan.

Pemerintah bersama asosiasi industri terus mendorong penguatan sektor hilir sebagai strategi jangka panjang guna menambah nilai ekonomi dari sumber daya nikel yang dimiliki Indonesia. Penguatan harga pada produk hilir membuka peluang besar untuk menembus pasar ekspor yang lebih luas, sekaligus meningkatkan daya saing produk nasional di kancah internasional.

Secara keseluruhan, dinamika harga nikel saat ini menunjukkan bahwa pasar tengah berupaya menemukan titik keseimbangannya. Sinyal pemulihan dari produk hilir menjadi elemen penting yang memberikan harapan akan stabilisasi harga secara menyeluruh dalam waktu dekat. Di tengah ketidakpastian global, pelaku industri dituntut untuk lebih adaptif dalam menyikapi perubahan pasar agar tetap mampu mempertahankan kinerja bisnis secara optimal.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index