ENERGI

Energi Surya dan Limbah Sawit Dorong Transformasi KEK Hijau

Energi Surya dan Limbah Sawit Dorong Transformasi KEK Hijau
Energi Surya dan Limbah Sawit Dorong Transformasi KEK Hijau

JAKARTA - Transformasi kawasan industri menuju energi bersih terus bergulir. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei di Sumatera Utara kini semakin mempertegas arah barunya sebagai pusat industri hijau dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan. Kolaborasi antara dua Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni PT Perkebunan Nusantara III (Persero) dan Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE), menjadi katalis penting dalam pengembangan infrastruktur energi bersih di kawasan tersebut.

Keduanya menjalin kerja sama dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan kapasitas 3 megawatt (MW). Kerja sama ini diformalkan dalam bentuk perjanjian Bangun Guna Serah serta pengembangan energi baru terbarukan (EBT), yang ditandatangani.

Proyek ini bukan yang pertama hadir di Sei Mangkei. Sebelumnya, PLTS berkapasitas 2 MW telah lebih dulu beroperasi sejak 2021. Pembangunan PLTS tambahan ini diharapkan tidak hanya meningkatkan pasokan energi bersih, tetapi juga menjadi landasan untuk mengeksplorasi lebih banyak peluang di sektor energi terbarukan.

“Pertamina berharap perjanjian kerja sama ini menjadi batu loncatan untuk menjajaki peluang energi terbarukan lainnya di masa depan,” ungkap Wakil Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Oki Muraza.

Optimisme terhadap potensi energi surya juga disampaikan Direktur Bisnis PTPN III (Persero), Ryanto Wisnuardhy. Ia menegaskan bahwa sumber daya ini tidak hanya terbarukan, tetapi juga efisien dari sisi teknis dan biaya. “PTPN III bersama Pertamina NRE akan terus mengoptimalkan pemanfaatan EBT di Indonesia,” ujar Ryanto.

Upaya ini tak hanya bertujuan meningkatkan ketahanan energi lokal, tetapi juga diarahkan untuk menjadikan KEK Sei Mangkei sebagai kawasan industri hijau yang menarik bagi investor global. Dalam konteks transisi energi, pengembangan infrastruktur EBT dapat memperkuat daya saing industri dan membuka peluang bisnis baru yang berkelanjutan.

CEO Pertamina NRE, John Anis, menyatakan bahwa pembangunan PLTS ini selaras dengan kebijakan nasional dalam transisi energi dan penyusunan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). “Kami berharap energi terbarukan yang disediakan dapat memberikan nilai tambah bagi industri yang ada di Sei Mangkei,” ujarnya.

Lebih dari sekadar sumber energi, PLTS ini juga membawa potensi nilai ekonomi tambahan melalui perdagangan karbon. Dengan kapasitas 3 MW, pembangkit tersebut diperkirakan mampu mengurangi emisi karbon sebesar 4.100 ton CO2e per tahun. Jika dihitung selama masa kerja sama 25 tahun, total potensi pengurangan emisi mencapai 102.500 ton CO2e.

Selain pengembangan tenaga surya, kerja sama antara PTPN III dan Pertamina NRE juga mencakup pemanfaatan limbah cair kelapa sawit sebagai sumber energi. Di lokasi yang sama, keduanya mengelola Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) dengan kapasitas 2,4 MW. Limbah cair kelapa sawit, atau dikenal dengan istilah palm oil mill effluent (POME), dimanfaatkan sebagai bahan bakar utama PLTBg tersebut.

Volume kredit karbon yang dihasilkan dari PLTBg ini ditargetkan mencapai 66 ribu ton setara CO2 dalam waktu dekat. Ini menjadi peluang strategis dalam meraih pendanaan berkelanjutan dan menciptakan ekosistem ekonomi hijau berbasis karbon.

Dengan total kapasitas terpasang dari PLTS dan PLTBg sebesar 5,4 MW, KEK Sei Mangkei menjadi contoh kawasan industri yang secara nyata mengadopsi sumber energi rendah emisi sebagai bagian dari strategi pembangunan jangka panjang. Pendekatan ini tidak hanya mendukung agenda pengurangan emisi karbon nasional, tetapi juga membuka jalur pertumbuhan ekonomi baru dari sektor energi bersih.

Lebih jauh, Pertamina NRE juga sedang mengkaji pengembangan energi terbarukan berbasis tanaman. Langkah ini bertujuan untuk membangun ekosistem energi yang terintegrasi dengan sektor perkebunan. Selain mengoptimalkan sumber daya lokal, inisiatif ini diharapkan memberikan dampak berganda terhadap perekonomian masyarakat sekitar.

Sinergi antara dua BUMN besar di sektor energi dan perkebunan ini menunjukkan bahwa transformasi energi bukan hanya slogan, melainkan telah masuk ke dalam tahap implementasi yang konkret. Dengan terus mendorong investasi pada proyek-proyek energi terbarukan, KEK Sei Mangkei berpotensi menjadi pusat pertumbuhan baru yang menjawab kebutuhan global terhadap kawasan industri berkelanjutan dan rendah karbon.

Melalui proyek-proyek seperti ini, Indonesia memperkuat posisinya dalam peta transisi energi global, sekaligus menciptakan ruang baru bagi inovasi, kolaborasi, dan pertumbuhan ekonomi berbasis hijau.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index