JAKARTA - Sistem logistik nasional menjadi salah satu pilar penting dalam mempercepat pergerakan barang di Indonesia, sekaligus mendukung daya saing produk dalam pasar global. Menjawab tantangan tersebut, Bea Cukai mengambil peran aktif dengan menerapkan National Logistic Ecosystem (NLE) pada titik-titik strategis di berbagai daerah. Langkah ini tidak hanya bertujuan menyederhanakan proses distribusi, tetapi juga meningkatkan efisiensi dan transparansi layanan logistik di seluruh Indonesia.
Baru-baru ini, Bea Cukai menggelar serangkaian kegiatan untuk memperkuat kolaborasi antarinstansi yang terkait dalam ekosistem logistik nasional. Salah satunya adalah melalui Coffee Morning yang digelar di Balikpapan. Acara yang bertemakan “Sharing NLE” tersebut dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah VII, Karantina, Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP), serta perwakilan maskapai penerbangan. Pertemuan informal ini menjadi ajang strategis untuk evaluasi dan pengawasan pelaksanaan NLE secara menyeluruh.
Menurut Kepala Kantor Bea Cukai Balikpapan, RM Agus Ekawidjaja, keberhasilan sistem logistik nasional bergantung pada sinergi yang kuat antar lembaga pemerintah dan sektor swasta. Ia menekankan bahwa kolaborasi ini memungkinkan pertukaran data yang lebih cepat, penyederhanaan proses bisnis, serta percepatan digitalisasi layanan. Dengan kata lain, NLE menjadi platform yang mengintegrasikan berbagai elemen dalam rantai pasok agar bergerak secara harmonis dan efisien.
Bea Cukai Balikpapan sendiri telah menjadi pelopor dalam implementasi NLE di tiga titik utama: Pelabuhan Kariangau, Pelabuhan Semayang, dan Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan. Di lokasi-lokasi tersebut, inovasi seperti Single Submission (SSm) sudah mulai diterapkan, termasuk berbagai skema seperti SSm Pengangkut, One Siklus SSm Pengangkut, Single Billing, serta SSm Ekspor Produk Marine dan Ekspor Bea Keluar. Hal ini menunjukkan komitmen Bea Cukai dalam memperkenalkan berbagai kemudahan dan percepatan proses bagi pelaku usaha di bidang logistik dan ekspor-impor.
Selain di Balikpapan, Bea Cukai Tanjung Emas di Semarang juga menunjukkan progres signifikan dalam penerapan NLE. Baru-baru ini, kantor Bea Cukai Tanjung Emas bersama Balai Karantina Besar Jawa Tengah-DIY, KSOP Kelas I Tanjung Emas, dan TPKS menandatangani nota kesepahaman mengenai piloting SSm Karantina-Pabean Ekspor. Langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk mendukung kelancaran dan percepatan proses ekspor di Pelabuhan Tanjung Emas dan Bandara Ahmad Yani Semarang.
Kepala Kantor Bea Cukai Tanjung Emas, Tri Utomo Hendro Wibowo, menyatakan bahwa sinergi antarinstansi yang terjalin sudah membuahkan hasil nyata, khususnya dengan penerapan SSm Impor yang telah berjalan dengan tingkat kepatuhan 100 persen. Menurutnya, keberadaan sistem terintegrasi ini sangat penting mengingat adanya regulasi baru dari Badan Karantina yang mengharuskan hampir seluruh komoditas ekspor menjalani pemeriksaan karantina secara ketat.
“Dengan sistem SSm, proses pelayanan bisa berjalan lebih cepat karena mampu menghilangkan prosedur manual dan memperjelas alur layanan,” terang Tri Utomo. Hal ini tentu sangat membantu pengusaha dan eksportir dalam menjalankan aktivitas bisnis mereka dengan lebih efisien tanpa harus menghadapi birokrasi yang berbelit.
Penerapan NLE dan sistem SSm ini juga memberi manfaat lebih luas bagi peningkatan mutu layanan logistik nasional. Selain mempercepat proses, sistem ini juga menjamin kualitas produk yang dikirimkan sampai di tujuan. Kecepatan dan kualitas layanan ini menjadi faktor penting dalam memperkuat daya saing produk Indonesia, baik di pasar domestik maupun internasional.
Pelaksanaan Coffee Morning dan penandatanganan nota kesepahaman terbaru ini tidak hanya menjadi wujud komitmen Bea Cukai dan mitra kerjanya dalam mengimplementasikan NLE, tetapi juga mengirimkan pesan bahwa Indonesia serius membangun ekosistem logistik yang modern, efisien, dan transparan. Peran serta berbagai instansi mulai dari bandara, pelabuhan, karantina, hingga pihak swasta menunjukkan betapa kolaborasi lintas sektor menjadi kunci sukses.
Di tengah tantangan dinamika perdagangan global dan tekanan kebutuhan pelayanan cepat, pengembangan sistem logistik nasional yang terintegrasi menjadi kebutuhan mendesak. Dengan dukungan teknologi digital dan koordinasi antar lembaga yang kuat, proses ekspor-impor dan distribusi barang dalam negeri diharapkan dapat berjalan lebih lancar, murah, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Upaya ini sejalan dengan visi pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai hub logistik regional yang kompetitif. Mempercepat layanan dan memperkuat mutu produk melalui inovasi sistem logistik tidak hanya menguntungkan pelaku bisnis, tapi juga memperkokoh posisi Indonesia di peta perdagangan dunia.
Secara keseluruhan, Bea Cukai membuktikan perannya tidak hanya sebagai penjaga pintu perbatasan negara dari barang ilegal atau berbahaya, tetapi juga sebagai motor penggerak inovasi dalam rantai pasok nasional. Dengan dukungan NLE dan sinergi antarinstansi, Bea Cukai berkontribusi besar dalam menciptakan ekosistem logistik yang sehat dan berkelanjutan, demi mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.