JAKARTA - Listrik prabayar adalah solusi praktis yang banyak digunakan pelanggan PLN untuk mengatur konsumsi listrik di rumah. Dengan membeli token listrik sesuai nominal yang diinginkan, pelanggan dapat memastikan pasokan listrik tetap menyala tanpa harus menunggu tagihan bulanan. Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah, jika membeli token listrik senilai Rp 50.000, berapa lama token tersebut dapat digunakan?
Pembelian token listrik prabayar oleh pelanggan PLN tersedia dalam berbagai nominal, mulai dari Rp 20.000, Rp 50.000, Rp 100.000, hingga Rp 1 juta. Besaran nominal ini tidak diatur secara ketat, sehingga pelanggan bisa menyesuaikan pembelian sesuai kebutuhan atau kemampuan finansial agar listrik di rumah tetap menyala tanpa gangguan. Namun, untuk mendapatkan gambaran jelas tentang durasi pemakaian token Rp 50.000, perlu diketahui bagaimana perhitungan pemakaian listrik dihitung.
Token listrik yang dibeli nantinya akan dikonversi ke satuan kilowatt hour (kWh) saat dimasukkan ke dalam meteran listrik rumah. Meteran kemudian akan menampilkan jumlah kWh yang didapatkan pelanggan dari token tersebut. Namun, nominal token listrik tidak sepenuhnya menjadi jumlah kWh karena ada potongan berupa Pajak Penerangan Jalan (PPJ) yang diberlakukan oleh pemerintah daerah sesuai wilayah masing-masing. Selain itu, tarif dasar listrik pun bervariasi berdasarkan golongan pelanggan dan kapasitas daya listrik yang digunakan, yang dinyatakan dalam volt ampere (VA).
- Baca Juga Harga BBM Pertamina Terbaru Hari Ini
Rumus dasar untuk menghitung kWh yang diperoleh dari pembelian token listrik adalah:
(Harga token - PPJ daerah) ÷ tarif dasar listrik = jumlah kWh yang didapatkan
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci mengenai durasi pemakaian token listrik Rp 50.000, berikut penjelasan berdasarkan golongan pelanggan rumah tangga yang berbeda, dikupas bersama Subuh Pramono, dosen teknik elektro Universitas Sebelas Maret (UNS).
Rumah Tangga Kecil
Pelanggan rumah tangga kecil umumnya menggunakan daya listrik 900 VA non-subsidi dengan tarif dasar listrik Rp 1.352 per kWh per Agustus 2025. Sedangkan pelanggan dengan daya 1.300 VA dan 2.200 VA membayar tarif dasar listrik Rp 1.444,70 per kWh.
Misalnya, untuk wilayah Jakarta, PPJ yang dikenakan adalah 2,4% dari nominal token listrik. Berdasarkan perhitungan tersebut, pelanggan dengan daya 900 VA akan mendapatkan sekitar 36,09 kWh dari token listrik senilai Rp 50.000. Sedangkan pelanggan daya 1.300 VA dan 2.200 VA memperoleh 33,78 kWh.
Menurut Subuh Pramono, kebutuhan listrik rumah tangga kecil berkisar antara 2 hingga 2,5 kWh per hari. Jadi, token listrik senilai Rp 50.000 dapat bertahan hingga sekitar 18 hari bagi pelanggan daya 900 VA dan sekitar 16 hari untuk pelanggan daya 1.300 VA dan 2.200 VA.
Rumah Tangga Menengah
Untuk pelanggan rumah tangga menengah dengan daya listrik antara 3.500 VA hingga 5.500 VA, tarif dasar listrik yang berlaku adalah Rp 1.699,53 per kWh. Sedangkan PPJ di Jakarta untuk golongan ini sebesar 3% dari nominal token.
Dengan perhitungan tersebut, pembelian token Rp 50.000 akan menghasilkan sekitar 28,54 kWh untuk pelanggan golongan ini. Subuh menjelaskan bahwa kebutuhan listrik rumah tangga menengah berkisar antara 3 sampai 8 kWh per hari. Dengan demikian, token Rp 50.000 bisa digunakan selama 3 hingga 9 hari oleh pelanggan golongan ini.
Rumah Tangga Besar
Golongan rumah tangga besar dengan daya listrik 6.600 VA ke atas juga dikenakan tarif dasar listrik sebesar Rp 1.699,53 per kWh. Namun, PPJ yang berlaku di Jakarta untuk golongan ini lebih tinggi, yaitu 4% dari nominal token yang dibeli.
Akibatnya, pembelian token listrik Rp 50.000 akan memberikan pelanggan sekitar 28,75 kWh listrik. Mengingat kebutuhan listrik golongan rumah tangga besar lebih dari 8 kWh per hari, penggunaan token Rp 50.000 hanya akan cukup untuk sekitar tiga hari atau bahkan kurang.
Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Listrik
Selain golongan dan kapasitas daya listrik, konsumsi listrik tiap rumah tangga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lain. Menurut Subuh Pramono, beberapa faktor utama yang menentukan berapa lama token listrik akan bertahan antara lain adalah jumlah dan jenis perangkat elektronik yang ada di rumah, lama pemakaian perangkat tersebut, jumlah anggota keluarga, kebiasaan penggunaan listrik, serta ukuran rumah itu sendiri.
Perangkat elektronik yang terus menyala seperti kulkas, lampu, televisi, dan AC akan meningkatkan penggunaan listrik secara signifikan. Begitu pula jika perangkat digunakan dalam durasi panjang setiap harinya. Sebaliknya, rumah dengan penggunaan perangkat elektronik yang hemat listrik dan kebiasaan menghemat energi akan dapat memperpanjang masa pakai token listrik.
Memahami Tarif dan Kebijakan Lokal
Tarif dasar listrik dan pajak penerangan jalan yang berbeda-beda antar daerah mempengaruhi jumlah kWh yang didapat dari nominal token yang sama. Misalnya, PPJ Jakarta sebesar 2,4% hingga 4% tergantung golongan pelanggan, berbeda dengan daerah lain yang bisa memberlakukan tarif berbeda sesuai kebijakan daerahnya. Oleh karena itu, hasil konversi kWh dari token Rp 50.000 bisa sedikit berbeda bila dibandingkan antar wilayah.
Membeli token listrik Rp 50.000 dapat memberikan pasokan listrik selama beberapa hari, namun durasi tepatnya sangat bergantung pada golongan pelanggan dan daya listrik yang digunakan. Untuk pelanggan rumah tangga kecil, token ini dapat bertahan hingga 16-18 hari. Sedangkan untuk rumah tangga menengah durasinya lebih singkat, sekitar 3 hingga 9 hari. Pelanggan rumah tangga besar dengan kebutuhan listrik tinggi hanya dapat memanfaatkan token Rp 50.000 selama sekitar tiga hari atau kurang.
Memahami perhitungan ini membantu pelanggan dalam mengatur pembelian token listrik sesuai kebutuhan agar pengelolaan listrik rumah tangga menjadi lebih efisien dan hemat. Dengan begitu, tidak hanya listrik tetap menyala, tetapi juga pengeluaran listrik menjadi lebih terkontrol.