JAKARTA - Bagi pelanggan listrik prabayar, membeli token listrik merupakan rutinitas yang biasa dilakukan agar listrik tetap menyala tanpa gangguan. Token listrik tersedia dalam berbagai nominal, mulai dari Rp20.000 hingga Rp1 juta, yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing pelanggan. Salah satu pertanyaan yang kerap muncul adalah, “Token Rp100.000 cukup untuk berapa hari?”
Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita simak perhitungan dan penjelasan dari sisi teknis, termasuk faktor-faktor yang memengaruhi konsumsi listrik di rumah. Memahami hal ini penting agar pengeluaran untuk listrik bisa lebih efisien, serta membantu pelanggan dalam mengelola anggaran rumah tangga secara lebih cermat.
Pengonversian Token Listrik dan Biaya Tambahan
- Baca Juga Harga BBM Pertamina Terbaru Hari Ini
Saat pelanggan membeli token listrik, nominal uang tersebut akan dikonversi ke dalam satuan kilowatt hour (kWh). Proses ini terjadi setelah token dimasukkan ke dalam meteran listrik di rumah. Namun, sebelum dikonversi, nominal token akan dikurangi oleh Pajak Penerangan Jalan (PPJ) yang ditentukan oleh masing-masing pemerintah daerah, dengan persentase antara 2-10 persen.
Selain itu, tarif dasar listrik juga bervariasi, tergantung pada golongan pelanggan dan besaran daya listrik dalam satuan volt ampere (VA). Setiap golongan memiliki karakteristik penggunaan yang berbeda, sehingga hasil akhir konversi kWh juga tidak sama.
Berikut rumus perhitungan kWh dari pembelian token listrik:
(Harga token - PPJ daerah) ÷ tarif dasar listrik = kWh yang didapatkan.
Faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Listrik
Menurut Subuh Pramono, dosen teknik elektro dari Universitas Sebelas Maret (UNS), konsumsi listrik rumah tangga dipengaruhi oleh banyak hal.
“Antara lain jumlah dan jenis perangkat elektronik yang ada di rumah, lama pemakaian, jumlah anggota keluarga, kebiasaan anggota keluarga dalam penggunaan perangkat elektronik, dan bahkan ukuran rumah juga memengaruhi,” katanya pada Rabu, 6 Agustus 2025.
Perangkat elektronik seperti kulkas, mesin cuci, rice cooker, air conditioner (AC), water heater, microwave, hingga kompor listrik biasanya membutuhkan konsumsi listrik yang besar. Sebaliknya, lampu hemat energi, kipas angin, dan peralatan rumah tangga yang minim pemakaian dapat menekan konsumsi harian. Oleh karena itu, mengenal karakteristik peralatan di rumah menjadi hal penting untuk memperkirakan kebutuhan listrik.
Perhitungan untuk Pelanggan Rumah Tangga Kecil
Untuk pelanggan rumah tangga kecil, seperti golongan 900 VA non-subsidi, tarif dasar listrik per 1 Agustus 2025 adalah sebesar Rp1.352 per kWh. Sementara untuk golongan 1.300 VA dan 2.200 VA, tarifnya adalah Rp1.444,70 per kWh. Di wilayah Jakarta, PPJ yang dikenakan untuk pelanggan rumah tangga hingga 2.200 VA adalah 2,4 persen dari nominal token.
Dengan demikian, token Rp100.000 akan menghasilkan sekitar 72,19 kWh untuk pelanggan 900 VA. Untuk pelanggan 1.300 VA dan 2.200 VA, token yang sama menghasilkan 67,56 kWh. Jumlah ini tentu bisa berbeda tergantung kebijakan PPJ di daerah lain.
Subuh menjelaskan bahwa rumah tangga kecil biasanya menggunakan sekitar 2 hingga 2,5 kWh per hari. Artinya, token Rp100.000 bisa digunakan hingga 36 hari bagi pelanggan 900 VA. Sementara pelanggan 1.300 VA dan 2.200 VA dapat menggunakan token tersebut selama sekitar 30 hari.
Dalam praktiknya, hasil ini dapat berubah jika pemakaian listrik meningkat karena penggunaan perangkat seperti AC atau water heater lebih sering. Oleh karena itu, efisiensi dalam penggunaan alat elektronik menjadi kunci.
Perhitungan untuk Pelanggan Rumah Tangga Menengah
Untuk pelanggan rumah tangga menengah dengan daya listrik 3.500-5.500 VA, tarif dasar listrik adalah Rp1.699,53 per kWh. Di Jakarta, PPJ untuk golongan ini sebesar tiga persen. Nominal PPJ yang lebih besar akan mengurangi jumlah kWh yang didapatkan dari token Rp100.000.
Dengan perhitungan tersebut, pelanggan akan memperoleh sekitar 58,10 kWh dari token listrik senilai Rp100.000. Menurut Subuh, konsumsi listrik harian untuk rumah tangga menengah berkisar antara 3 hingga 8 kWh per hari.
Berdasarkan estimasi tersebut, token Rp100.000 dapat digunakan selama 7 hingga 19 hari oleh pelanggan rumah tangga menengah. Rentang waktu ini tergantung seberapa besar penggunaan perangkat elektronik berdaya besar dalam rumah, serta apakah penggunaan dilakukan secara bersamaan atau tidak.
Perhitungan untuk Pelanggan Rumah Tangga Besar
Bagi pelanggan rumah tangga besar, yaitu mereka yang memiliki daya listrik 6.600 VA ke atas, tarif dasar listrik sama seperti pelanggan menengah, yakni Rp1.699,53 per kWh. Namun, PPJ yang dikenakan di Jakarta untuk golongan ini sebesar empat persen.
Dengan token Rp100.000, pelanggan akan mendapatkan sekitar 56,48 kWh. Menurut Subuh, konsumsi listrik harian rumah tangga besar bisa mencapai lebih dari 8 kWh per hari. Artinya, token Rp100.000 hanya cukup digunakan selama kurang lebih tujuh hari.
Rumah tangga besar umumnya memiliki lebih banyak perangkat elektronik dengan daya tinggi yang beroperasi bersamaan, misalnya AC di tiap ruangan, kulkas besar, pompa air otomatis, hingga peralatan hiburan seperti home theater. Maka, wajar jika konsumsi harian jauh lebih besar dibanding rumah tangga kecil atau menengah.
Gunakan Listrik Secara Bijak
Melalui simulasi di atas, kita bisa melihat bahwa durasi penggunaan token listrik Rp100.000 sangat bergantung pada daya listrik yang digunakan serta pola konsumsi masing-masing rumah tangga. Untuk rumah tangga kecil, token tersebut bisa bertahan hingga satu bulan lebih. Sedangkan bagi rumah tangga besar, masa pemakaian jauh lebih singkat, bahkan bisa kurang dari satu minggu.
Karena itu, sangat penting bagi setiap pelanggan untuk memahami kebutuhan listrik di rumah masing-masing dan menggunakannya secara bijak agar tagihan listrik tetap terkendali. Menerapkan kebiasaan hemat listrik seperti mencabut steker perangkat yang tidak digunakan, menggunakan lampu hemat energi, dan menyesuaikan suhu AC juga bisa membantu.
Dengan manajemen pemakaian listrik yang tepat, token listrik Rp100.000 bisa memberikan manfaat maksimal sesuai dengan kebutuhan rumah tangga Anda. Bijak dalam mengatur penggunaan listrik bukan hanya menghemat pengeluaran, tetapi juga ikut menjaga keberlanjutan energi di masa depan.