MINYAK

Sentimen Global Pengaruhi Pergerakan Harga Minyak Dunia

Sentimen Global Pengaruhi Pergerakan Harga Minyak Dunia
Sentimen Global Pengaruhi Pergerakan Harga Minyak Dunia

JAKARTA - Pergerakan harga minyak dunia mengalami kenaikan tipis setelah mengalami tekanan selama tiga hari berturut-turut. Kenaikan ini belum mampu mengangkat harga minyak dari posisi rendahnya karena pasar masih diselimuti berbagai tekanan eksternal. Gejolak geopolitik, kekhawatiran ekonomi makro, dan dinamika pasokan energi global menjadi kombinasi yang membentuk arah pergerakan harga komoditas tersebut saat ini.

Berdasarkan data Refinitiv Rabu, 6 Agustus 2025 pukul 10.00 WIB, harga minyak Brent kontrak Oktober tercatat berada di level US$68,01 per barel. Sementara itu, penutupan sebelumnya berada di level US$67,64. Adapun harga minyak West Texas Intermediate (WTI) berada di angka US$65,51 per barel, naik dari posisi sebelumnya di US$65,16 per barel.

Kendati mencatat kenaikan, harga Brent yang sempat menembus batas bawah kini masih tertahan di sekitar level US$68. Hal ini mencerminkan betapa kuatnya tekanan yang dirasakan pasar dari berbagai sisi, terutama terkait kebijakan luar negeri Amerika Serikat (AS) dan keputusan produsen minyak global dalam menyikapi kondisi pasar energi saat ini.

Kebijakan Trump dan Dampaknya pada Permintaan

Sentimen pasar minyak kian tertekan setelah pernyataan terbaru Presiden AS Donald Trump mengenai kebijakan perdagangannya. Trump kembali mengangkat isu perang dagang dengan mengancam penerapan tarif sekunder terhadap negara-negara yang masih melakukan pembelian minyak dari Rusia. Negara-negara seperti China dan India termasuk dalam daftar yang disebutkan secara eksplisit oleh Presiden Trump sebagai target kebijakan tersebut.

Langkah ini dinilai menambah kekhawatiran pasar terhadap ketegangan global yang dapat memicu penurunan permintaan energi. Pasar melihat bahwa ketidakpastian kebijakan luar negeri AS berdampak langsung pada dinamika perdagangan internasional, terutama di sektor energi yang sangat sensitif terhadap perubahan hubungan antarnegara.

Langkah OPEC+ dan Potensi Oversupply

Di sisi lain, Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) beserta sekutunya yang tergabung dalam OPEC+ justru mengambil langkah berbeda dengan melonggarkan pembatasan produksi. Pada pekan lalu, aliansi ini menyepakati penambahan pasokan minyak global sebesar 547.000 barel per hari mulai bulan September mendatang.

Keputusan ini dipandang sebagian analis sebagai langkah yang berpotensi menciptakan ketidakseimbangan baru antara pasokan dan permintaan. Dengan kondisi permintaan global yang masih belum pulih sepenuhnya, penambahan pasokan justru dikhawatirkan memperlebar jurang antara produksi dan konsumsi. Ini tentu berisiko menekan kembali harga minyak ke level yang lebih rendah jika tidak diimbangi dengan pertumbuhan permintaan yang memadai.

Indikator Ekonomi AS dan Sentimen Pasar

Faktor lain yang turut mempengaruhi harga minyak adalah rilis data ekonomi makro AS yang menunjukkan tanda-tanda pelemahan. Sektor jasa di AS tercatat nyaris stagnan pada bulan Juli. Kondisi ini memperkuat kekhawatiran bahwa perekonomian AS, sebagai negara dengan konsumsi energi terbesar di dunia, sedang mengalami perlambatan.

Tidak hanya itu, pasar tenaga kerja AS juga menunjukkan kinerja yang melemah lebih dari perkiraan. Kinerja sektor ketenagakerjaan yang lesu memberikan tekanan tambahan terhadap proyeksi permintaan energi. Pasar pun merespons hal ini dengan sikap hati-hati, yang terlihat dari kecenderungan pelaku pasar untuk bersikap wait and see dalam menentukan arah investasi mereka di sektor energi.

Pergerakan Stok Minyak AS dan Respons Pasar

Sementara itu, data dari sektor industri memperlihatkan bahwa cadangan minyak mentah AS turun sebesar 4,2 juta barel pada pekan lalu. Penurunan ini seharusnya dapat menjadi katalis positif bagi harga minyak. Namun, peningkatan stok di pusat penyimpanan utama di Cushing, Oklahoma, serta naiknya cadangan distilat, mengimbangi dampak dari penurunan tersebut.

Para pelaku pasar kini menantikan data resmi dari Energy Information Administration (EIA) yang dijadwalkan akan dirilis pada Rabu malam waktu setempat. Rincian data ini sangat penting untuk melihat arah kebijakan dan strategi pelaku pasar energi dalam jangka pendek.

Faktor Geopolitik dan Harapan Negosiasi Damai

Isu geopolitik juga tetap menjadi faktor utama yang mempengaruhi arah pergerakan harga minyak. Rencana kunjungan utusan khusus AS ke Rusia, serta harapan terhadap potensi negosiasi damai terkait konflik Ukraina, menjadi salah satu faktor yang diperhatikan pasar.

Jika negosiasi ini menghasilkan kemajuan yang berarti, maka tensi geopolitik yang selama ini menekan pasar energi bisa sedikit mereda. Namun, hingga ada kepastian, pasar cenderung akan tetap berhati-hati dalam menyikapi pergerakan harga dan dinamika suplai global.

Menanti Kepastian dari Berbagai Sektor

Dengan beragam tekanan eksternal, harga minyak dunia berada dalam fase penuh ketidakpastian. Meskipun ada kenaikan harga dalam jangka pendek, faktor-faktor seperti ancaman perang dagang, pelemahan ekonomi AS, dan potensi oversupply dari OPEC+ masih menjadi beban besar bagi pasar.

Kondisi ini mendorong investor dan pelaku industri untuk lebih mencermati data-data ekonomi dan kebijakan politik internasional sebelum mengambil keputusan jangka panjang. Stabilitas harga minyak masih sangat ditentukan oleh bagaimana perkembangan geopolitik, kebijakan produksi minyak global, serta kekuatan fundamental ekonomi negara-negara utama dalam beberapa pekan ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index